Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jogja, Sebuah Sudut Pandang

15 Maret 2021   02:18 Diperbarui: 15 Maret 2021   05:47 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beli rumah? Hampir mustahil. Bukan pesimis, tapi harga properti di sini memang naik cukup signifikan. Makin lama, itu makin tak terbeli dengan standar upah minimum saat ini.

Inilah celah yang banyak dimanfaatkan orang kaya atau pebisnis dari berbagai daerah (dan negara) untuk masuk. Fenomena ini membuat semua terlihat baik-baik saja, meski pertambahan argo upah minimum terlihat santai.

Kebetulan, pada awal tahun ini, saya sempat bekerja sebentar di sebuah grup usaha lokal, sekembalinya dari Jakarta. Secara personal, tak ada masalah, meski ada sedikit uji nyali dalam bekerja.

Tuntutan kerjanya semakin intens dan berorientasi instan dari waktu ke waktu, sementara pada saat bersamaan ada penyesuaian gaji secara konsisten (dengan pertimbangan karena imbas pandemi plus penegakan disiplin).

Alhasil, selama dua bulan bekerja di sana, saya jadi mengalami lagi, bagaimana hidup sebagai "pekerja" di sini. Sebelumnya, hampir lima tahun silam, saya pernah bekerja di sebuah hotel kecil, sebelum akhirnya berhenti karena fisik ambruk akibat kelelahan.

Kali ini, setelah masa percobaan selesai, meski ada kesempatan untuk "lanjut", dengan penyesuaian upah (lagi), saya memutuskan untuk pamit atas kesepakatan bersama, karena memang dirasa kurang cocok, dan kantor sedang berhemat.

Kebetulan, masih ada pemasukan rutin, berupa cicilan tunggakan gaji dari kantor lama saya, yang jumlahnya "cukup" buat saya, dan ada usaha keluarga yang sedang dirintis. Jadi, saya memilih pergi, sambil tetap menulis tentu saja.

Sebagai seorang pekerja di sini, saya cukup beruntung karena tinggal di rumah dengan keluarga. Jadi, saya tidak perlu pusing memikirkan biaya sewa kost dan koleganya.

Tapi, saya masih tetap harus berhemat, supaya gaji tetap bisa ditabung. Oke, ini bisa dilakukan. Di sini, pengalaman dua tahun terakhir menjadi "anak kost" dan pekerja di Jakarta sangat membantu.

Praktis, pengeluaran rutin yang ada banyak berkutat di ongkos transportasi, dan makan siang selama enam hari kerja dalam sepekan.

Pulsa tidak saya hitung, karena sudah terbantu oleh "K-Rewards". Selebihnya, ada sedikit pengeluaran tak terduga, yang frekuensinya hanya sesekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun