Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Keputusan

22 Desember 2020   19:06 Diperbarui: 22 Desember 2020   19:31 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay.com)

"Buat apa kamu ke ibukota lagi? Biaya mahal, harus berhemat habis-habisan, macet, banjir, sumpek. Banyak orang di sana yang ingin ke daerah."

Bak rentetan pukulan jab, hook, dan swing, kata-kata itu kudengar langsung dari orang-orang terdekat. Benar, aku memang punya rencana kembali ke sana suatu saat nanti, kala keadaan sudah kembali normal, dan semua yang kukerjakan sudah beres. Semua itu sudah disetujui bosku di sini.

Sebagai teman lama, bos memang tahu seperti apa masa laluku, dan kebetulan juga pernah merantau ke berbagai tempat, termasuk ibukota. Ia sudah mengalami dan tahu persis, mengapa orang sepertiku justru menikmati kegilaan di ibukota, alih-alih terintimidasi dengannya.

Jujur saja, itu adalah tempat pertama, yang bisa menerimaku apa adanya, dan membiarkanku membaur dengan lepas. Satu hal yang tak benar-benar kutemukan di Kota Klasik, yang kadang melihat tubuh.

Sekembalinya ke Kota Klasik, aku memang mendapat pekerjaan, yang akan dimulai segera setelah tahun baru berlalu. Aku memilih jeda sejenak sebelum memulainya, karena setahun ini sudah sangat melelahkan.

Meski bukan liburan mewah, aku benar-benar menikmatinya. Setidaknya, ada waktu bebas, tak memikirkan apapun, tanpa harus pergi piknik kemana-mana.

Tapi, di waktu inilah aku menyadari, ada belenggu yang ingin mengikat, meski saat aku diminta pulang, tak ada yang keberatan andai aku kembali ke sana suatu saat nanti. Ini membuatku kesal.

Aku sudah membuktikan bisa hidup di ibukota, melewati kesulitan demi kesulitan nyaris seorang diri, tanpa pernah merengek minta kiriman saat kesulitan, termasuk saat pagebluk menyerang.

Ada keluarga besar, yang benar-benar bisa memaklumi situasiku, dan tak pernah menuntut untuk selalu datang. Mereka tahu persis, seperti apa situasi di lapangan, dan itu menjadi satu hal paling melegakan buatku.

Aku memang melihat ada drama di sana-sini, tapi aku hanya diminta duduk manis dan menonton saja. Aku menurut, karena itu memang bukan porsiku.

Jadi, saat aku kembali, ada pergulatan dalam hatiku, karena harus kembali didikte, meski sedang dalam masa istirahat. Apa-apaan ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun