Transfer ke Jerman ini menjadi sebuah lompatan besar, untuk pemain yang sebelumnya kurang bersinar di level junior. Seperti diketahui, Hwang Hee-Chan merupakan salah satu anggota Timnas U-19 Korea Selatan, yang sempat ditekuk 2-3 oleh Timnas U-19 Indonesia angkatan Evan Dimas dkk beberapa tahun silam.
Kebetulan, selain punya pemilik yang sama, RB Salzburg juga punya sistem perekrutan pemain yang mirip. Tak heran, mereka mampu mengorbitkan pemain-pemain macam Erling Braut Haaland (Norwegia), Sadio Mane (Senegal), Moanes Dabour (Israel), dan Takumi Minamino (Jepang).
Selain mendominasi liga domestik, RB Salzburg juga sempat menembus babak semifinal di Liga Europa. Capaian ini diraih pada musim 2017/2018.
Meski belum sampai merajai liga domestik seperti RB Salzburg di Austria, transformasi Die Roten Bullen beberapa tahun terakhir memang istimewa, karena terus menunjukkan peningkatan. Jika kelak mampu memanen trofi juara, bukan tak mungkin sistem yang dikembangkan RB Leipzig akan menjadi tren baru di sepak bola modern.
Menariknya, apa yang ditunjukkan RB Leipzig membuktikan, gelontoran uang lewat transfer pemain bintang  bukan satu-satunya cara cepat membangun sebuah tim solid.Â
Jika mampu dipakai dengan efektif, gelontoran uang dari pemilik klub juga dapat digunakan untuk membangun sistem berkualitas, baik dari akademi maupun belanja pemain. Karena, meski tak mampu membeli pemain top, sebuah sistem berkualitas mampu menciptakan pemain top.
