Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Toko Buku Sepi Pengunjung di Kota Perbatasan Indonesia Timor Leste

15 September 2025   00:09 Diperbarui: 15 September 2025   00:09 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILustrasi (Shafira Cendra Arini/detikcom)

MUNGKINKAH ada Kompasianer yang pernah berkunjung ke kota perbatasan antara Negara Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste, tepatnya di kota Atambua? Pernahkah Anda mencari toko buku di kota tersebut? 

Bagi Anda yang gemar membaca dan ingin berburu buku bacaan sudah pasti anda akan kecewa karena tidak ada toko buku yang sesuai dengan minat anda di kota ini.

Betapa sulitnya menemukan sebuah toko buku yang menjual buku-buku bacaan berkualitas seperti buku-buku terbitan Gramedia. Memang, beberapa tahun silam pernah ada sebuah toko buku di tengah kota Atambua yang isinya menjual buku-buku bacaan umum termasuk juga beberapa buku terbitan Gramedia dan penerbit lainnya.

Namun karena kurangnya minat baca dan daya beli buku masyarakat, akhirnya toko buku Planet itu kini gedungnya dipakai untuk tujuan yang lain.

Menurut salah seorang karyawan yang pernah bekerja di toko buku tersebut, yang meminta namanya tidak disebutkan mengatakan:

"Toko buku kami terpaksa dialihkan ke tujuan lain yaitu disewakan menjadi kantor perusahaan, karena sepinya pengunjung sehingga buku yang sudah dipesan bertahun-tahun tidak pernah laku. Karena itu pemilik toko memilih untuk menyewakan gedungnya kepada perusahaan lain, sedangkan buku-buku sisa yang belum laku terjual di "gudangkan" saja dan sebagian disumbangkan ke perpustakaan sekolah."

Kalau begitu di mana letak persolannya sehingga kota perbatasan antara dua negara ini sepi bahkan tidak ada toko buku. Dulu pernah ada dua atau tiga toko buku tetapi seiring berjalannya waktu, toko-toko buku tersebut ditutup. 

Saat ini kalau pengunjung ingin mencari buku di Atambua paling hanya menemukan toko serba aneka seperti Toko Pondok Rohani Merlyn; Toko Buku Sentrum SVD di Nenuk; dan satu atau dua toko yang menjual buku rohani terbatas lainnya.

Mengapa mereka yang memilih untuk membuka toko buku 'menyerah' dan beralih menjual barang lain? Mengapa berdagang barang lain lebih laris daripada berdagang buku? Mungkin baik kalau kita coba menemukan penyebab atau akar persoalannya.

Mengapa Toko Buku Sepi Pengunjung

Seperti yang disharingkan mantan penjaga toko buku tadi, dikatakan dibandingkan dengan toko yang menjual barang lain, lebih ramai pengunjungnya daripada toko buku. 

Nah, pertanyaannya mengapa toko buku sepi pengunjung atau katakan saja buku tidak laku dijual? Beginilah alasannya:

1. Pergeseran kebiasaan baca masyarakat dari buku atau koran ke media digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun