Pertemuan Pastoral para Uskup Regio Nusa Tenggara di Larantuka, Kota Reinha (1-5/7/2025) diwarnai suasana refleksi dan diskusi mendalam tentang peradaban manusia sebagai migran dan perantau.
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia pada hakekatnya adalah peziarah di bumi ini. Sebagai peziarah, manusia dipanggil untuk berjalan mengarungi zaman menuju tanah idaman yang oleh kitab suci disebut sebagai negeri yang penuh dengan susu dan madu.Â
Tanah tujuan migrasi manusia selalu menjanjikan kesejahteraan. Karena itu supaya mencapai negeri idaman yang penuh dengan susu dan madu para migran dan perantau mesti membekali diri dengan berbagai dokumen sebagai prasyarat menjadi migran dan perantau yang legal.
Dalam kenyataan bumi Nusra yang selalu menjadi penyumbang migran dan perantau terbesar di tanah air ke negeri Jiran Malaysia sebagian terbesar pergi tanpa dokumen yang resmi. Maka mereka sering menjadi sorotan dan tak jarang selalu dikejar aparat keamanan.
Tulisan ini hendak menyoroti alasan-alasan terjadinya migran dan perantau, inspirasi teologis biblis, dan solusi praktis pastoral terhadap masalah migran perantau di Nusa Tenggara.
Alasan-Alasan Terjadinya Migrasi Manusia
Dalam diskusi dan refleksi mengenai berbagai persoalan yang dihadapi manusia di tanah airnya dan mendorongnya untuk melakukan migrasi ke tempat yang baru disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Â Banyak keluarga yang hidup dalam kondisi kemiskinan
Kondisi ini menyebabkan manusia mau tidak mau harus melakukan migrasi sebagai salah satu pilihan untuk memperbaiki nasibnya di tempat yang baru.Â
Kemiskinan yang selalu digadang-gadang sebagai alasan itu sebenarnya merupakan akibat dari lemahnya etos kerja, adanya mental konsumtif, praktek adat yang membelenggu, dan penghasilan yang rendah dapat memicu terjadinya migran dan perantau.
2. Â Dorongan untuk mencari kehidupan yang lebih baik