Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gereja Berwajah Migran sedang Berziarah Menuju Tanah Harapan

10 Juli 2025   19:49 Diperbarui: 10 Juli 2025   19:49 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertemuan pastoral regio Nusra XII (Tribunnews.com)

Dalam hal ini, Pati Lewar mengambil contoh figur Abraham sebagai tokoh kunci, teladan ketaatan dan pengharapan yang teguh. Sosok yang berani meninggalkan zona nyaman demi merespons panggilan Allah.

Maka nilai-nilai seperti iman, kasih, pengharapan, keberanian, kemandirian, ketekunan, dan solidaritas mesti merupakan fondasi spiritualitas pastoral migran masa kini. 

Karena itu kalau Gereja mau berpihak kepada para migran, tidak cukup hanya menggaungkan slogan-slogan solidaritas, tetapi perlu tampil konkret sebagai sacramentum mundi, tanda nyata kasih Allah yang menyertai setiap orang di dalam pengembaraan hidup di dunia ini.

Masalah-Masalah Migran dan Perantau

Dari berbagai diskusi dan refleksi pastoral ditemui adanya banyak sekali masalah menyangkut para migran perantau kita terlebih dari Nusa Tenggara yaitu:

1.   Banyaknya keluarga migran yang hidup dalam kondisi kemiskinan

Meskipun mereka pergi sebagai migran dengan tujuan untuk hidup baik, namun dalam kenyataan banyak yang menderita karena etos kerja yang lemah, adanya mental konsumtif dan terus dihantui dengan praktek adat yang membelenggu.

2.   Banyaknya migran yang tidak memiliki dokumen yang resmi

Lemahnya pengawasan pemerintah dan adanya calo dengan iming-iming yang menggiurkan mereka pergi tanpa dokumen resmi. Akibatnya mereka tidak bisa kerja dengan tenang karena selalu dikejar petugas.

3.   Banyaknya pekerja migran yang tidak memiliki ketrampilan kerja yang memadai

Rendahnya pendidikan, minimnya peluang kerja di daerah sendiri, perekrutan tanpa persiapan berupa pelatihan kerja menjadi kesulitan tersendiri bagi para migran.

4.   Adanya praktek perdagangan manusia (human Trafficking)

Kejahatan ini disebabkan oleh adanya jaringan mafia yang terorganisir, yang mengeksploitasi dan mencari keuntungan ekonomis.

5.   Adanya penelantaran terhadap keluarga

Kurangnya transfer dana dari pekerja migran kepada keluarga mengakibatkan keluarga ditelantarkan dan hilangnya figur ayah atau ibu dalam keluarga.

6.   Praktek pemerasan yang dilakukan oleh calo, perusahaan, dan aparat keamanan terhadap para migran.

Banyaknya calo, perusahaan, dan aparat keamanan yang melakukan pemerasan  terhadap para pekerja migran khususnya mereka yang tidak memiliki dokumen resmi, menyebabkan kehidupan para migran bermasalah.

Solusi Praktis Pastoral

Dalam diskusi secara mendalam di antara para peserta pertemuan pastoral regio Nusa Tenggara ke-12 itu kemudian berhasil ditemukan adanya beberapa solusi praktis pastoral dalam penanganan migran dan perantau sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun