Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perceraian Orangtua Momok bagi Anak

15 Mei 2023   12:00 Diperbarui: 15 Mei 2023   12:10 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak akibat cerai orang tua (Parentalk.id)

Untuk itu soluasinya adalah keluarga, suami istri harus lebih memaksimalkan komunikasi di antara mereka berdua.

2.  Ketidaksetiaan salah satu atau keduabelah pihak

Perselingkuhan sering menjadi penyebab perceraian. Salah satu pihak akan menjadi korban dari ketidaksetiaan pihak yang lain. Atau sebaliknya, karena mengetahui salah satu pihak berselingkuh lalu pihak yang lain punikut berselingkuh. Maka hasil akhirnya adalah sama-sama selingkuh dan berakhir dengan perceraian.

Solusi dalam hal ini adalah setiap pihak pasangan suami istri hendaknya tidak memberi peluang kepada salah satu atau kedua pihak untuk berselingkuh. Membina kesetiaan yang tulus menjadi obat mujarab untuk menghindari perceraian.

3. Adanya kekerasan dalam rumah tangga

Banyak pasangan yang akahirnya memilih untuk bercerai karena adanya kekerasan dalam rumah tangga. KDRT jangan semata-mata dianggap bahwa yang membuat KDRT adalah laki-laki. Pada hal dalam kenyataan juga terjadi sebaliknya, KDRT yang disebabkan oleh pihak istri terhadap suami.

Karena itu mengupayakan keluarga tanpa KDRT menjadi cita-cita langgengnya hidup perkawinan suami istri.

4. Persoalan Ekonomi Rumah Tangga

Selain ketiga hal di atas, persoalan ekonomi juga menjadi pemicu adanya perceraian. Sering karena tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi rumah tangga, maka terjadi percaraian.

Untuk itu diharapkan keluarga-keluarga semakin mengembangkan pemberdayaan ekonomi rumah tangga yang lebih baik.

5. Pernikahan Terlalu Dini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun