Mohon tunggu...
YosArianda
YosArianda Mohon Tunggu... Pelaut - Petani

Terlahir dari tangisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Bahasa Suku Timor, Nusa Tenggara Timur

11 Mei 2019   14:19 Diperbarui: 5 Oktober 2021   10:13 2105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Budaya Bahasa Suku Timor, Nusa Tenggara Timur (unsplash/nick-agus-arya)

Budaya berbahasa orang Timor

Budaya secara umum merupakan suatu kebiasaan baik dari sekelompok orang atau suku yang dijaga dan dilestarikan turun-temurun dan di percaya memiliki nilai lebih

 Seperti budaya berbahasa yang merupakan suatu alat dalam berkomunikasi antar sesama sebelum adanya Bahasa kesatuan yaitu, Bahasa Indonesia. 

Dari sekaian banyak ragam bahasa yang di miliki Negeri ini, salah satunya adalah bahasa Timor yang berasal dari Suku Timor di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang juga menjadi salah  satu identitas dari suku timor itu sendiri.

Bahasa timor adalah bahasa asli Suku Timor di NTT, khususnya di Tanah Timor sendiri seperti di wilayah-wilayah tertentu ada beberapa ragam dialeg dalam mengucapkan kata, dalam bahasa timor misalnya di daerah Kupang Barat (Amarasi) dialegnya mengunakan huruf (R) seperti (Reko=baik), dan di sekitaran Timor Tengah Selatan (TTS) justru mengunakan huruf (L) seperti (Leko=baik).

Baca juga : Tips Mengolah Daun Pepaya ala Orang Timor

Ket foto: pakaian Budaya (Amarasi) | Dokpri
Ket foto: pakaian Budaya (Amarasi) | Dokpri
Ada pula bahasa budaya lokal di campurkan dengan bahasa Indonesia seperti, (au toit makasih) au yang artinya saya, dan toit yang artinya terima dan makasih sendiri adalah bahasa Indonesia yang di campurkan dengan bahasa Timor yang berarti saya meminta terima kasih, dan  ada lagi ( au toit palmis) dalam dialeg Timor Tengah Selatan (TTS) yang mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Timor au toit yang berarti saya meminta dan palmis adalah gabungan dari dialeg (L) dengan bahasa Indonesia yaitu permisi yang di ubah menjadi palmis.

Padahal dalam budaya bahasa Timor ada kalimat yang tidak di ucapkan dengan kata melainkan langsung pada tindakan nyata seperti kata permisi dan kata selamat, dalam budaya bahasa timor justru kata-kata ini tidak di ucapkan, melainkan dengan tindakan yang langsung memberi salam dengan cara berjabatan tangan  yang berarti memberi selamat atau salam kepada sesama 

Karena dalam budaya bahasa Timor justru ini menjadi salah satu bentuk keunikan dalam menghargai sesama, yang biasa di sebut dengan " menghargai dengan tingka laku atau perbuatan bukan dengan kata atau ucapan".

Baca juga : Relasi Filosofi di Balik Rumah Adat Suku Kemak Leo Lima Timor

Tetapi seiring berjalannya waktu ke waktu zaman semakin modern, Bahasa Timor mulai mengalami perubahan, perubahan mengikuti arus globalisasi ini menyebabkan bahaya budaya bahasa timor sudah tidak asli lagi.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan budaya bahasa Timor sudah tidak asli lagi antara lain adalah sebagai berikut;

  • 1. Kawin-mawin antar suku yang berbeda budaya misalnya suku timor dan suku rote, tentu akan menyebabkan campuran antar bahasa dan dominan dalam satu bahasa tertentu.
    2. Kawin-mawin satu suku tapi berbeda dialegnya ini juga dapat menyebabkan campuran antar bahasa yang menyebabkan adanya dominan diantara salah satu dialeg bahasa.
    3. Adanya arus globalisasi yang membawah perubahan terutama pada anak muda di jaman sekarang yang justru di kampung mereka masing-masing lancar dalam mengucapkan kalimat dalam bahasa daerah lalu setelah merantau atau bekerja di kota-kota besar justru malu dan gengsi dalam berbicara bahasa timor
    4. Adanya pemikiran bahwa tidak ada guna dalam mempelajari bahasa budaya karena tidak ada manfaat dalam karier atau pekerjaan.
    5. Adanya pandangan bahwa lebih baik mempelajari bahasa asing yang menunjang karier di masa depan, ini menyebabkan dominannya bahasa asing dari pada bahasa budaya sendiri.
    6. Disanyangkan karena di dunia pendidikan, bahasa budaya lokal tidak di haruskan atau tidak di wajibkan untuk di pelajari sebagai salah satu bahasa budaya lokal yang harusnya dipertahankan sebagai identitas  kita sendiri.
    7. Mulai berkurangnya tokoh-tokoh asli bahasa budaya yang justru merekalah yang hadir sebagai guru bahasa budaya.

Baca juga :Banu, Hukum Adat Konservasi Lingkungan Hidup Suku Dawan (Timor)

Faktor-faktor inilah yang membuat perubahan pada budaya berbahasa yang  terancam akan punah bila tidak di tangngulangi.
Ini perlu menjadi perhatian dan tanggung jawab kita bersama sebagai penerus budaya.

Akhir kata...

Jangan menjadi terasing di Negri sendiri, kreatiflah dalam mempertahan budaya sendiri terutama budaya berbahasa.

Belajarlah pada orangtua terdahulu karena sebenarnya guru bahasa budaya adalah orang Tua kita sendiri, jangan malu berbicara dalam bahasa budaya karena bahasa kita adalah tanda pengenal budaya kita dan budaya kita adalah jati diri kita

UIS NENO NOKAN KIT(Tuhan memberkati kita)

sekian..

(Jegi Y A Taneo)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun