Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Avengers: Endgame", Konklusi Epik dari Babak Akhir yang Emosional

25 April 2019   10:31 Diperbarui: 25 April 2019   14:48 2734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patut diingat, angka tersebut belum termasuk negara lain khususnya China yang juga diprediksi mencatatkan angka fantastis di kisaran $107 juta. Dengan angka-angka fantastis tersebut, tentu menjadi semacam penanda bahwa MCU memang telah menjelma menjadi fenomena global yang luar biasa. Nampaknya tak ada yang tidak menikmati film-film MCU yang ringan, seru, menyenangkan dan berhasil membawa nostalgia akan tokoh superhero yang menjadi teman masa kecil kita.

Akhir Sebuah Saga yang Emosional

Ilustrasi: Inverse.com
Ilustrasi: Inverse.com
Bagi saya, menyaksikan Endgame lebih dari sekadar menyaksikan film superhero. Endgame menjadi sebuah film pamungkas yang tak hanya menampikan sisi seru dan spektakuler sebuah film superhero, namun juga memainkan sisi emosional yang mengaduk-aduk perasaan setiap penontonnya.

Layaknya kepingan lego yang telah kita kumpulkan bertahun-tahun untuk membuat sebuah konstruksi rumit, begitulah Avengers:Endgame bekerja. Perasaan bahagia, bangga hingga haru, bercampur menjadi satu kala sebuah bangunan dari kepingan lego tersebut kemudian berhasil kita bangun bukan? Avengers:Endgame pun demikian.

Ilustrasi: Altpress.com
Ilustrasi: Altpress.com
Meskipun dalam bangunan tersebut masih menyisakan beberapa keping lego yang bisa digunakan untuk membuat bangunan lainnya, namun setidaknya kita bisa tersenyum sesaat melihat hasil akhir yang membahagiakan tersebut. Ya, Endgame memang menjadi sebuah konklusi epik atas perjalanan 11 tahun Marvel Cinematic Universe, walaupun tentu saja MCU belum berhenti disini.

Sajian drama yang kuat dan tone lebih gelap memang diperlukan untuk mengakhiri babak pamungkas saga Infinity Stones yang emosional. Dan penunjukkan Russo Brothers sebagai sutradara film ini jelas tidak salah.

Russo brothers (forbes.com)
Russo brothers (forbes.com)
Joe dan Anthony Russo yang sebelumnya menggarap Captain America: The Winter Soldier dan Captain America: Civil War yang memiliki tone lebih kelam dibanding film MCU lainnya, memang diperlukan untuk menciptakan babak akhir yang jauh lebih serius, kelam dan realistis, dimulai dari Avengers: Infinity War. 

Tak mungkin Jon Favreu yang lebih kasual atau Joss Whedon dan Taika Waititi yang lebih komikal, apalagi James Gunn yang sebelumnya sempat kisruh dengan Disney, ditunjuk untuk menuntaskan babak akhir ini.

Maka, Russo pun berhasil menjawab ekspekstasi fans dan penonton kasual dengan menciptakan babak akhir saga yang tak hanya spektakuler dari sisi special effect, namun juga berhasil memberikan sajian drama yang mengaduk-aduk sisi emosional penonton. Peran sentral trinitas MCU yaitu Iron Man, Thor dan Captain America berhasil di eksploitasi dalam film ini hingga mencapai klimaks yang luar biasa.

Singkatnya, Russo Brothers berhasil menciptakan momen selamat tinggal terbaik pada generasi awal MCU, untuk kemudian diberikan sedikit clue akan apa yang bakal dibangun selanjutnya oleh MCU.

Jawaban atas Kritik Terhadap Superhero Wanita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun