Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari-Hari Nirkarya

6 September 2021   14:29 Diperbarui: 6 September 2021   14:35 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kompasiana.com.

Memang kondisi ini tidak terdapat pada semua karya. Hanya di bagian-bagian tertentu dari tulisan tertentu pula. Secara menyeluruh, semua karya memberi informasi yang menggelitik dinding nalar dan rasa pembaca. Bahkan mengusik budi dan emosi.

Kenapa bisa demikian? Sebab setiap penulis menyatakannya dari apa yang mereka rasa dan alami. Sebab ia berasal dan tercipta dari pengalaman hidup sang penulis. Dan, pastinya, ia bukanlah sebuah karya rekaan yang melayang-layang.

Atas pengalaman dan kekayaan batin yang aku peroleh dari hasil menyunting itu, aku ingin berbagai. Aku ingin menyampaikan kembali hal-hal kurang pas yang membuat tulisan kurang enak dibaca.

Tapi ini bukan hasil bedahan secara teoretis akademik ilmiah. Ini hanya berdasarkan secuil pengalamanku bergelut dengannya. Sehingga bisa saja ia tidak benar. Oleh karena itu, apa yang kusampaikan ini bukanlah suatu keharusan untuk diikuti. Ini hanya sekadar berbagi informasi.

Dari pengalaman itu, hal-hal inilah yang aku dapati.

Kata Bahasa Asing

Menyelipkan kata bahasa asing dalam tulisan adalah sebuah kekayaan. Tapi mesti dengan cara yang semestinya dan sekiranya belum ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Supaya tidak terkesan bahwa bahasa asing itu lebih keren lagi wah dibanding bahasa Indonesia. Atau yang lebih parah lagi adalah agar orang tahu bahwa kita hebat.

Aku dengan hormat dan kerendahan hati mengajak teman-teman untuk giat berliterasi menggunakan bahasa Indonesia. Mari berbangga menulis menyampaikan isi hati dan pikiran dalam bahasa Indonesia di setiap tulisan kita. Sebisa mungkin tidak membiarkan kata-kata asing berseliweran dalam tulisan.

Kenapa? Pertama, agar orang yang membaca tidak tersendat terganjal kata asing. Kedua, sebagai wujud bangga terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa bangsa. Ketiga, demi mengimplementasi UU No. 24 Tahun 2009. Intisarinya adalah, (www.kemendikbud.go.id.): "Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa Daerah dan kuasai bahasa Asing!"

Kita diimbau, tepatnya diperintahkan, oleh undang-undang untuk menguasai bahasa asing. Tapi bukan untuk mengambil alih kedudukan bahasa Indonesia dalam keseharian kita. Apakah dalam bertutur secara lisan dan/atau tertulis.

Kalimat dan Alinea

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun