Lebih jauh, pamali menegaskan kosmologi sebuah masyarakat. Ia menghubungkan dunia manusia (macrocosmos) dengan dunia alam dan dunia roh (macrocosmos). Melanggar pamali tidak hanya berisiko mendatangkan sanksi sosial, tetapi juga mengganggu keseimbangan kosmis. Ini dapat membuat "penunggu" mata air marah, membuat arwah leluhur tidak berkenan, atau membuat Dewi Sri (dewi padi dalam mitologi Sunda dan Jawa) pergi. Kepercayaan ini menempatkan manusia bukan sebagai penguasa alam, melainkan sebagai salah satu elemen dalam sebuah jaringan kehidupan yang saling terhubung, di mana setiap tindakan memiliki konsekuensi kosmis.
Pamali di Era Kontemporer: modernisasi, kesehatan sosial di tengah modernisasi, teknologi.
      Merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dianalisis kerena meskipun kita hidup di dunia yang semakin modern dan global, banyak masyarakat di Indonesia terutama yang masih menjunjung tinggi niali-nilai adat tetep mempertahankan tradisi pamali dalam kehidupan sehari-hari. Era ini ditandai dengan kemajuan teknologi, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup tentu memberikan tantangan bagi eksistensi dari pamali, namun fenomena ini masih tetap relevan, bahkan beradaptasi dengan konteks zaman sekarang. Di era kontemporer, pamali juga dapat dihubungkan dengan etika sosial yang semakin berkembang di kalangan masyarakat, terutama terkait dengan isu-isu lingkingan hidup dan keberlanjutan.
Di dunia modern, eksistensi pamali menghadapi tantangan besar, seperti modernisasi, kesehatan sosial di tengah modernisasi, dan teknologi
1. Pemertahanan nailai tradisional dalam konteks modernisasi:
 Di tengah modernisasi dan globalisasi, pamali masih dapat ditemukan di komunitas adat yang menghargai betul tradisi dan norma local, namun banyak perubahan sosial yang terjadi akibat urbanisasi, yang menyebabkan beberapa pamali dilupakan. Beberapa kelompok adat terutama yang lebih terpencil masih menjalankan pamali dengan ketat, meskipun ada juga komunitas yang beradaptasi dengan cara-cara yang lebih fleksibel dalam menerapkannya. Sistem pendidikan formal mengajarkan cara berpikir logis, empiris yang seringkali bertentangan dengan penjelasan supranatural di balik pamali. Generasi muda yang terdidik secara modern cenderung melihat pamali sebagai produk pemikiran pra-ilmiah yang tidak relevan. Contoh: di kota-kota besar mungkin sebagian orang mulai menganggap pamali sebagi mitos atau kepercayaan kuno dan tidak relevan.
2. Pamali dan kesehatan sosial di tengah modernisasi:
         Dunia semakin berkembang dan akses informasi yang cepat dan gaya hidup yang serba cepat, pamali juga berperan dalam menjaga harmoni sosial dalam komunitas. Banyak pamali yang mengatur perilaku manusia dalam hubungan sosial, seperti larangan berbicara kasar, tidak menghormati orang tua, atau larangan melakukan sesuatu yang bisa mengganggu ketenteraman bersama. Paparan media global dan gaya hidup urban mengikis transmisi pengetahuan lisan antar-generasi. Figur kakek-nenek sebagai penjaga tradisi digantikan oleh figur-figur dari media massa, mempercepat pelunturan nilai-nilai lokal. Contoh: semisal, ada pamali yang melarang berbicara atau beraktivitas saat orang sedang berduka, disini pamali berperan untuk menjaga ketertiban sosial dan menghormati proses berduka yang masih sangat diharga oleh banyak komunitas adat.
3. Pamali dan teknologi:
Penggunaan teknologi membawa dampak besar terhadap cara hidup kita, termasuk dalam hal komunikasi dan interaksi sosial. Mekipun banyak kebiasaan-kebiasaan modern yang lebih bebas, pamali yang berkaitan dengan penghormatan terhadap orang tua dan etika berbicara bisa menjadi pedoman moral dalam dunia yang seba cepat ini. Contoh: media sosial, banyak orang yang cenderung berkomunikasi tanpa batasan, bahkan dengan cara yang kasar atau menyakiti peraan orang lain, disinilah pamali yang mengatur etika berbicara dapat memberikan pengingat kita misalnya mengingatkan kita untuk menghindari ujuaran kebencian atau menghormati orang yang lebih tua.
Fenomena pamali dalam era kontemporer, masih memiliki makna yang relevan dan fungsi sosial, meskipun tantangan modernitas sering kali menguji eksistensinya. Pamali yang berkaitan dengan penghormatan terhadap alam, kesejahteraan sosial, etika berbicara, dan keseimbangan lingkungan menunjjukan bahwa kearifan lokal ini tetap memiliki nilai yang penting dalam menjaga keberlanjuran budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup di tengah arus perubahan zaman ini.