Mohon tunggu...
Yohana Bana
Yohana Bana Mohon Tunggu... Guru - Pengawas Kemenag Kota Kupang

Suka membaca, menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pendidikan dari Sang Petani

10 Februari 2024   04:20 Diperbarui: 10 Februari 2024   20:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                                                                         Pendidikan Dari Sang Petani

Di Suatu kampung yang jauh dari keramaian kota, hiduplah seorang petani bersama 9 orang anaknya. Hidup mereka selalu cukup. Setiap hari banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan oleh semua penghuni rumah. Kesembilan anak ini adakalanya sering salah paham dan berselisih.

Petani ini  merasa sedih memiliki 9 orang anak yang keras kepala. Sebagai kepala keluarga yang sabar, ia berusaha untuk mendidik anak-anaknya dengan baik. Anak-anak selalu memanggilnya dengan sebutan "ayah".  Isterinya selalu berdoa mohon kekuatan dari Tuhan agar anak-anaknya hidup dalam kasih. Persedian untuk pangan terlihat cukup baik karena mereka memiliki beberapa bidang tanah di sekitar rumah dan tiga bidang yang terletak jauh dari rumah. Semua tanah itu menghasilkan bahan makanan yang berkelimpahan. Ayah selalu mengurus tanah-tanah itu dengan  menanam berbagai tanaman.  Beliau sangat cerdas dan mengetahui musim-musim untuk menanam. Tanaman apa saja ditanam sesuai musimnya sehingga hasil panen sangat menuaskan.

Hal yang sangat di sesalkan oleh ayah sembilan orang anak ini adalah kelakuan,sifat dan karakter dari masing-masing anak ini. Untuk mendidik anak-anak ini bukanlah hal yang sangat mudah.

Kesembilan orang anak ini sering berselisih satu sama lainnya. Suka membanding-bandingkan diri di antara satu dengan yang lainnya. Hal ini menimbulkan masalah yang kecil bisa menjadi besar. Tiap-tiap hari anak-anak ini dirundung dengan berbagai masalah. Tidak ada kekompakan di antara mereka.

Jika anak-anak semua di wajibkan untuk bekerja di ladang atau kebun mereka bekerja secara sendiri-sendiri. Agar cepat selesai ayah selalu mengukur dan membaginya dalam beberapa petak. Tiap - tiap orang menyelesaikan satu petak. Siapa yang selesai lebih awal dia berhenti.Begitu seterusnya sampai selesai. Anak-anak itu bekerja bersama di ladang itupun karena  perintah orang tua. Jadi  anak-anak itu bekerja jika ada perintah orang tua. Saat panen tiba hasilnya tidak memuaskan.

Sang ayah memikirkan cara yang tepat untuk membuat anak-anaknya selalu bersatu dalam bekerja. Ayah mulai mengatur waktu untuk selalu memberi nasihat kepada sembilan orang anak ini . Setiap malam menjelang makan malam ayah selalu berada di depan pintu dapur. Dapur ini berbentuk "lopo" dan pintunya hanya satu saja. Saat jam makan malam,semua anak-anak  duduk dan makan di dalam "lopo" itu. Ayah memilih untuk makan dari belakang karena ingin memberi nasihat. Semua anak-anak makan sambil mendengarkan nasihat ayah mereka. Hal itu dilakukan terus menerus setiap malam. Sampai satu malam ayah menemukan ide untuk membimbing anak-anaknya. Ayah mengambil sapu lidi dan memberi contoh kepada anak-anaknya. Jika Sapu itu diikat menjadi satu tidak dapat dipatahkan oleh seorangpun. Tetapi jika satu batang saja  dan berdiri sendiri maka akan dengan mudah dipatahkan.

Ayah melanjutkan cerita bahwa jika anak-anak bersatu seperti sapu ini maka walaupun menghadapi rintangan akan dapat dilewati dengan sangat mudah. Tetapi jika masing-masing berdiri sendiri seperti sebatang lidi tadi maka akan mudah dipatahkan dan akan tercerai-berai.

Anak-anak semua saling berpandangan satu sama lain. Mereka mulai mengerti arti kehidupan. Mereka mulai mengingat peribahasa yang di ajarkan oleh guru mereka: “ Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” Mereka mulai sadar rupanya nasihat ayah mereka telah merasuk otak mereka dan mulai sadar.  Mereka ingin memulai hidup baru. Mereka selalu hidup saling tolong menolong. Mereka mulai mengikuti atau taat akan perintah ayah mereka.

Anak-anak sudah mulai bekerja sama dalam mengelola lahan mereka secara bersama-sama. Kehidupan keuangan mereka mulai membaik. Ayah mulai memiliki tekad untuk menyekolahkan anak.  Anak-anak yang memilki nilai tinggi ke sekolah menengah dan juga sekolah lanjutan tingkat atas bahkan sampai kuliah.

Ayah mulai bekerja dengan tekun membuka lahan-lahan baru . Ayah sudah memiliki beberapa bidang tanah. Dan mulai menanam. Pada saat musim untuk menanam jagung maka jenis jagung yang ditanam. Setelah Panen jagung ayah mulai menanam kuanter/ketumbar. Setelah panen ketumbar, bawang putih dan juga kacang kedelai. Akhirnya di rumah, ayah  menjadi agen bawang putih, ketumbar/kuanter, dan juga kacang kedelai. Setiap hari selasa ayah selalu membawanya di pasar. Jika ibu sangat membutuhkan uang, maka ayah akan membawa sebagian atau satu karung  ke seorang pedagang yang suka membeli yang bernama @ Mis Mollo. @Mis Mollo ini tinggal tidak jauh dari rumah ayah. Bisa dapat di jangkau dengan berjalan kaki. Ia selalu membeli ketumbar,kedelai,bawang putih dari ayah dan menjualnya lagi.

Ayah selalu bersama dengan seorang anak dari antara kesembilan orang anak ini. Ayah gembira sekali jika sudah menerima uang dari @ Mis Mollo. Ayah menyimpan uang dalam saku celana. Ayah menyerahkan uang itu semuanya kepada ibu setelah sampai di rumah.

Ayah memiliki berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sementara menunggu hasil panen di kebun ayah juga selalu berjalan dari kampung ke kampung untuk berdagang. Ayah selaku pedagang kaki 5 yang selalu menjual selimut dan sarung. Kain-kain motif hasil tenunan sang ibu.  Ayah melakukannya dengan setia dan rajin. Ayah mulai hidup bergaul dengan masyarakat di pedesaan lain. Setelah semua kain-kain itu selesai dijual ayah kembali ke rumah dan membawa hasil jualan berupa hewan, uang dan jagung atau padi. Pekerjaan itu sudah rutin dilakukan sehingga ternak di rumah ayah bertambah banyak. Semuanya itu sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan rumah tangga dan menyekolahkan anak-anaknya.

Ayah juga gembira memliki anak-anak yang setia melakukan pekerjaan mereka tanpa diperintahkan. Semuanya hidup berdampingan dan saling mengasihi, menghormati satu sama lainnya. Ayah melihat ada perubahan besar yang terjadi dalam kehidupan keluarganya. Hasil panen yang cukup memuaskan, ternak yang berkembang biak setiap tahunnya. Dan Studi anak-anak berhasil semuanya. Semuanya itu terjadi berkat pertolongan Tuhan yang telah merubah anak-anak selalu bersatu. Anak-anak selalu bekerja keras untuk menghasilkan sesuatu dari tangan mereka sendiri.

Ayah selalu menguji tangan anak-anak sendiri. Ayah mencoba membuat satu atau dua petak dan tanam sendiri pada saat panen semuanya akan melihat apakah hasilnya memuaskan atau tidak. Semuanya bergiliran sampai anak terakhir. Akhirnya semua sukses.

Ayah dan ibu gembira memiliki anak-anak yang selalu diberkati oleh Tuhan. Anak-anak yang hidup dalam kasih. Anak-anak yang selalu hidup rukun cinta satu dengan yang lain. Indahnya hidup rukun.

   “Sungguh, alangkah baik dan indahnya,apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut yang meleleh ke janggut Harun  dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunumng-gunung sion. Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat kehidupan untuk selama-lamanya”.

 ( Mazmur 133 : 1-3 )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun