Mohon tunggu...
Yohana Hartriningtyas
Yohana Hartriningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Seorang ibu rumah tangga dengan seorang anak lelaki, pernah berprofesi sebagai guru dan pernah menjadi buruh pabrik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jiwa yang Berkarat

25 Maret 2021   21:48 Diperbarui: 25 Maret 2021   21:58 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jiwa yang Berkarat
Oleh Yohana Hartriningtyas

Ada perasaan resah ketika Andi tak mendapati istrinya menunggu di teras rumah sore ini. Di ruang tamu pun tak tampak keberadaannya. Sepi. Samar-samar telinganya menangkap suara bayi menangis berasal dari kamar yang hanya dibatasi tembok ruang tamu. Lelaki di liputi kelegaan sesaat sebelum yang melihat istri dan anaknya di kamar.

"Rin! Apa yang kamu lakukan!" teriaknya sambil berlari mengapai bantal yang hampir dijejalkan Rina ke wajah bayi mereka yang baru berusia 3 bulan.

Rina terperanjat. Melompat dan berdiri mematung di pinggiran kasur. Seolah mempersilahkan Andi suaminya merebut bantal dan membuangnya entah ke mana. 

Matanya tenggelam melihat gerakan tangan kekar Andi yang meraih dan mengendong bayi yang tadinya terbaring menangis di hadapannya. Tak ada suara teguran atau sapaan yang keluar dari mulut Andi saat mereka bertemu tatap beberapa detik. Pria itu melangkah pergi begitu saja meninggalkan kamar dan dirinya dalam gemuruh emosi yang berkecamuk.

Beberapa menit berlalu. Suara tangisan bayi bernama Vino perlahan terhenti, membuat kesadaran logika Rina kembali. Wanita itu duduk bersimpuh dan mulai menangis menyesali perbuatannya. 

Apa yang barusan dia lalukan? Kenapa bisa dia setega itu ingin membunuh bayinya sendiri dengan bantal? Bayinya hanya menangis, bukankah wajar karena bayi hanya bisa menangis? Tapi kenapa? Ada apa denganku hingga aku melakukan itu? Entahlah. Setidaknya dia bersyukur akan kedatangan suaminya yang menyelamatkan Vino.

***

Keluar dari kamar Andi memeluk Vino erat. Menimang-nimang bayi kecilnya dengan penuh rasa sayang untuk meredakan tangisnya. Rasa lelah sepulang bekerja menguap entah ke mana saat mendapati perbuatan istrinya tadi. Dirinya sedikit marah namun lelaki itu cukup rasional untuk mengerti keadaan istrinya yang tengah tidak baik-baik saja. 

Ya, Rina tidak dalam keadaan rasional. Babyblues atau depresi mungkin, tapi sepertinya lebih dari itu. Ingin rasanya mengajak Rina memeriksakan diri ke SpkJ rekomendasi temannya, tetapi hatinya tak kuasa. Dia takut istrinya salah sangka menyebutnya gila, tetapi hari ini dia bertekad untuk membicarakannya. Rina sudah terlalu sakit hingga hampir membunuh anaknya. Andi tahu istrinya sedang butuh pertolongan lebih dari sekedar support darinya.

Dilihatnya Rina keluar dari kamar dengan keadaan memprihatinkan. Matanya merah dan sedikit basah habis menangis. Rambutnya kusut serta hidung sedikit berair. Langkah kaki Rina yang mendekat mempertajam bau asam yang berasal dari tubuh wanita itu. Seharian mungkin istrinya belum sempat mandi pikirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun