Mohon tunggu...
Yogi Pradana
Yogi Pradana Mohon Tunggu... -

besar di Mojokerto, penggemar sastra, wayang dan tinggalan masalalu, rajin melaksanakan nilai2 luhur termasuk cuci kaki sebelum berangkat ke warung kopi. lulusan arkeologi UGM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Apa yang Diabadikan dalam Panil-panil Relief di Candi Ceto?

11 Juni 2017   20:55 Diperbarui: 11 Juni 2017   21:09 2442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candi Ceto Kab. Karanganyar Jawa Tengah (Yogi Pradana)

Candi Ceto berada pada lereng barat Gunung Lawu, Kab.Karanganyar. Peninggalan di sekitar lereng barat Gunung Lawu diperkirakan dibangun sekitar abad ke 14-15 M. Selain candi Ceto, peninggalan kebudayaan lain di lereng barat gunung lawu antara lain candi Sukuh, candi Kethek, situs Planggatan situs Menggung dan beberapa struktur punden berundak yang jumlahnya banyak tersebar, baik yang sudah diketahui maupun belum. Candi Ceto secara administratif terletak di dusun Ceto desa Gumeng kecamatan Jenawi kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.Candi ini dibangun pada lahan miring di lereng pegunungan dengan bentuk bertingkat atau berundak.

Keterangan mengenai pertanggalan candi Ceto menurut K. C. Crucq dan A. J Bernet Kempers terdapat pada fitur pada teras atau undakan ke VII yang merupakan sengkalan memet yang berbunyi "welut iku anahut iku" yang bernilai 1373 Saka atau 1451 Masehi. Fitur ini secara keseluruhan berbentuk burungyang dihiasi berbagai macam bentuk hewan lain. Bukti lain yang menunjukkan pertanggalan situs ini ada pada pipi gapura selatan teras ke VII.Berupa inskripsi yang berbunyi "peling pedaml buku tirtasunya hawaki ra ya hilang saka kalanya wiku go anahut iku 1397", artinya: "peringatan pembuatan buku tirta sunya pada tahun (candrasengakala wiku goh anahut iku) 1397 aka."Inskripsi tersebut telah dibaca oleh Riboet Darmosoetopo pada tahun 1975.

Dilihat dari latar belakang agamanya, candi Ceto merupakan candi dari masa Hindu-Budha akhir dengan konsep keyakinan Hindu yang telah mengalami akulturasi dengan religi Jawa. Dalam sebuah bangunan candi masa klasik, latar belakang dan fungsi bisa ditafsirkan melalui beberapa cara, salah satunya dengan mengamati relief cerita yang terdapat dalam bangunan atau kompleks candi tersebut. 

Bukti relief yang terdapat pada kompleks candi Ceto terdapat pada teras ke IX.Kondisi relief yang terdapat pada teras ini sangat mungkin memiliki susunan yang tidak berurutan, hal ini menyulitkan penafsiran relief cerita apakah yang dipahatkan.Namun dari pengamatan awal, banyak peneliti sudah mengajukan interpretasi cerita yaitubagian dari 'cerita pandawa.'Interpretasi itu didapat berdasarkan penggambaran tokoh ksatria dan tokoh pengiring yang sering disebut "punakawan."

Relief yang terdapat pada candi Ceto memiliki gaya seni masa klasik muda (Jawa Timur).Ciri tersebut nampak pada penggambaran tokoh yang tidak proporsional, berbeda dengan relief pada candi-candi dari masa Jawa Tengah (abad 8-11 M).Relief pada masa Jawa Timur terlihat lebih 2 dimensi mirip dengan karakter wayang. Arah hadap tokohnya pun selalu miring. Yang menarik pada beberapa peninggalan di lereng barat gunung Lawu ini adalah munculnya pengaruh gaya seni masa prasejarah pada relief dan arcanya. Gaya seni tersebutterlihat dari penggambaran sederhana pada anatomi tokoh yang ditampilkan.

Sebagai salah satu komponen dari bangunan candi, relief dipahatkan pada dinding kaki atau tubuh candi.Relief cerita atau naratif terdiri dari panil-panil yang menggambarkan adegancerita. Ini juga menjadi ciri relief gaya Jawa Timur yaitu penggambarannya tidak menampilkan keseluruhan cerita melainkan bagian-bagian atau fragmen adegan tertentu saja. Relief di candi Ceto ditemukan tidak menempel pada tubuh candinya, entah pada masanya panil-panil itu menempel pada dinding bangunan atau ditempatkan terpisah.Tetapi jika melihat posisinya sekarang yang ditempatkan melingkari sebuah fondasi bangunan, mungkin relief ini menempel pada dinding bangunan. Sayang, kalaupun  dulu ada, sekarang bangunan itu hanya tersisa fondasi saja.

Tatanan Panil-Panil Relief Pada Teras IX
Tatanan Panil-Panil Relief Pada Teras IX
Panil Relief  sisi utara

Pada sisi utara ini terdapat tiga potongan batu berelief yang terdiri dari tiga panil relief.relief ini menggambarkan empat tokoh laki-laki dengan 2 orang berpakaian seperti bangsawan dan yang dua lainnya kelihatan seperti rakyat jelata dengan ciri-ciri tokoh punakawan. Pada panil batu sebelah timur juga digambarkan sebuah gapura paduraksa yang merupakan pintu gerbang bangunan-bangunan suci pada masa jawa kuno yang berada di sisi salah satu tokoh yang diduga sebagai tokoh pengiring atau punakawan.

Panil no. I Sisi Utara (Yogi Pradana)
Panil no. I Sisi Utara (Yogi Pradana)
Ketiga panil ini kemungkinan telah mengalami pemindahan sehingga penafsiran mengenai cerita yang berhubungan dengan adegan yang diungkapkan pada relief ini sukar untuk dijelaskan.Penggambaran tokoh seperti bangasawan dengan atribut seperti tokoh wayang yang digambarkan kemungkinan berhubungan dengan relief cerita Sudamala dengan tokoh Sadewa sebagai tokoh utama yang diiringi punakawan Semar yang berbadan gendut seperti penggambaran relief di candi Sukuh. Hubungan erat antara candi Ceto dengan Sukuh dari sisi latar belakang fungsi maupun periodesasi memungkinkan penggambaran serupa dengan ciri-ciri yang sama. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan dalam menafsirkan cerita pasti yang menggambarkan relief ini.

Panil no. II Tatanan Sisi Utara (Yogi Pradana)
Panil no. II Tatanan Sisi Utara (Yogi Pradana)
Relief pada panil ke II ini terdiri dari 2 batu berelief yang dari sisi utara memperlihatkan 4 tokoh yang diidentifikasikan sebagai tokoh Sudamala yang memakai hiasan kepala supiturang diiringi oleh punakawan sedang menghadap seorang tokoh dengan hiasan kepala bersorban. Tokoh pada batu sebelah kiri sisi pengamat merupakan sambungan dari batu panil sisi timur yang merupakan tokoh Sudamala.

Panil ini berisi adegan cerita Sudamala pada saat Sudamala bertemu dengan Tambapetra, seorang bengawan atau resi dilihat dariciri penggambarannya yang memakai sorban. Dalam cerita Sudamala, pertemuan antara Sudamala dan sang bengawan Tambapetra merupakan titah dari dewi Uma yang telah berhasil diruwat oleh Sadewa atau Sudamala karena Sudamala akan dinikahkan dengan putri Tambapetra dari Prangalas sebagai hadiah atas keberhasilannya menyelamatkan dewi Uma dan menyembuhkan Tambapetra dari kebutaan, mengenai ikhtisar cerita Sudamala ada pada keterangan panil sisi barat di bagian bawah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun