Mohon tunggu...
Yogie Pranowo
Yogie Pranowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Jakarta

Lahir di Jakarta pada tanggal 8 Juli 1989. Kemudian lulus dari magister Filsafat di Stf Driyarkara tahun 2017. Buku yang sudah terbit antara lain: Perempuan, Moralitas, dan Seni (Ellunar Publisher, 2018), dan Peran Imajinasi dalam Karya Seni (Rua Aksara, 2018). Saat ini aktif menjadi sutradara teater, dan mengajar di beberapa kampus swasta, serta menjadi peneliti di Yayasan Pendidikan Santo Yakobus, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menimbang Ulang Eksistensialisme Lewat "Waiting for Godot"

1 April 2020   10:31 Diperbarui: 1 April 2020   10:29 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waiting for Godot - ilustrasi pribadi

ESTRAGON          : Who believes him?

VLADIMIR            : Everybody. It's the only version they know.

Vladimir mengatakan bahwa salah seorang pencuri diselamatkan karena ia mengakui dosanya, oleh karena itu mereka juga harus mengakui dosa dosa mereka, namun Estragon tidak tahu dosa apa yang harus ia akui. Ia juga tidak begitu paham tentang siapa sang penyelamat itu. Estragon juga mengatakan bahwa injil itu ditulis oleh empat orang, tetapi mengapa hanya seorang yang bicara tentang kisah dua orang penjahat itu, bahkan Estragon mempersoalkan apa sebenarnya isi injil itu sendiri. Walaupun Vladimir dan Estragon merupakan orang yang tidak begitu jelas asal usul dan latar belakang pendidikannya, namun mereka mendiskusikan hal yang mungkin orang lain tidak pedulikan.

"nothing to be done" atau dalam bahasa aslinya "rien faire". Perkataan ini sering diucapkan oleh Vladimir dan Estragon setiap kali mereka menghadapi kebuntuan, ketidakmungkinan, serta kegagalan. Perkataan tersebut diucapkan secara bervariasi dengan nada dasar yang sama, yakni keputusasaan. Hal ini menggambarkan dalam setiap kebuntuan yang dialami oleh manusia tanpa terkecuali, mereka akan mengeluh, namun seperti dalam teks ini, dikatakan bahwa setiap kali mereka (Vladimir dan Estragon) mengingat akan Godot yang mereka nantikan, mereka akan kembali bersemangat. Sama halnya seperti manusia yang sering menggantungkan hidup mereka pada kehadiran dan bantuan Tuhan begitu saja. Seakan Tuhanlah yang bertanggungjawab sepenuhnya akan hidup manusia. Ketika manusia mengalami hal yang tidak mengenakkan mereka lari kepada-Nya, namun ketika manusia dalam keadaan senang dan membahagiakan mereka lupa.

Naskah ini sesungguhnya tidak memiliki jalan cerita yang memiliki klimaks. Berbeda dari naskah drama lainnya, naskah drama Waiting for Godot hanya berisi pengulangan yang menegaskan kebimbangan. Dalam naskah ini, tokoh Vladimir  merupakan tokoh yang digambarkan memiliki tanggung jawab.

ESTRAGON          : We came here yesterday.

VLADIMIR            : Ah no, there you're mistaken.(...)

VLADIMIR            : He said Saturday. (Pause.) I think.(...)

ESTRAGON          : (very insidious). But what Saturday? And is it Saturday? Is it not

  rather Sunday? (Pause.) Or Monday? (Pause.) Or Friday?(...)

VLADIMIR            : What'll we do?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun