"bagaimana kau bisa tau?" sang jantung bertanya padaku
"iya karena...Serambi kanan dan serambi kiri, juga bilik kiri dan bilik kananmu terlihat jelas, waktu disekolah dasar aku belajar tentangmu
"apa lagi yang kau tau tentang aku?" tanyanya kecut
"kau memompa darah keseluruh tubuhku kan? dan menampungnya kembali setelah dibersihkan oleh organ paru-paru, pada saat itu juga kau menyediakan oksigen darah yang cukup dan dialirkan ke seluruh tubuhku, benar kann???" ceritaku antusias
"kau sebut sebut namaku tadi?" seonggok paru paru pucat yang warnanya tak lagi segar menghampiriku
"emhh iya, tapi perbincanganku dengan sang jantung belum usai" nadaku dengan sedih, lalu ku pandang si paru paru pucat itu
"emhh kalau ku jelaskan apa gunaku untukmu, kau akan menyesal" kata si paru paru
"iya iya, aku tau kau datang untuk marah padaku kan?" tanggapku merasa bersalah
"si rokok! musuh kami semua, yang hampir setiap jam kau isap! kau sudah tidak butuh si oksigen ya? kulihat pagi hari kau lebih memilih mengisap si rokok dari pada mencari si udara segar untukku, bangunmu saja siang, belum lagi angin malam yang kau kirim karena kau begadang setiap malam, emmhhh" sepertinya si paru paru ingin menyampaikan banyak hal tentang kekesalannya...
"apakah kata maaf cukup untuk melegakan hatimu, paru paru" pintaku dengan lembut
"aku ini bagian dari dirimu, buat apa kau meminta maaf, aku mulai bosan berbicara denganmu" katanya tidak antusias