Mohon tunggu...
Sastra Menyala
Sastra Menyala Mohon Tunggu... Komunitas

Menyalakan sastra di Negeri Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Bintang Terakhir

25 April 2024   14:07 Diperbarui: 25 April 2024   14:08 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di hamparan beludru hitam pekat, para bintang satu persatu redup. Lenyap cahaya, musnah jejak, kosmos sunyi, hening mencengkram kuat.

Bintang terakhir, teguh bercahaya, sinarnya lembut, tapi tak sirna. Menyaksikan era berganti rupa, kisah semesta diingatinya.

Api batinnya nyala abadi, menjadi saksi kelahiran dan mati. Dentang kejayaan, bisikan duka nestapa. Semua terpahat dalam pancarannya perkasa.

Akankah ia pun padam suatu masa? Menjadi kelam seperti para pendahulu? Ataukah tetap setia, jadi penerang nestapa? Bintang terakhir, di penghujung waktu?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun