Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bahasa Toleransi

8 Desember 2020   18:00 Diperbarui: 8 Desember 2020   18:00 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: shutterstock

Untuk jiwa yang masih terkontaminasi racun dalam sebuah hubungan:

Sabar menghadapi masalah agar dekat selangkah demi selangkah kepada cinta. Berikan keringanan hati dan mudahkan hidup manusia agar tercipta damai. Jati diri kita adalah hidup berdampingan, mau menerima perbedaan.

Diberi akal untuk menjadi plural, bukan tunggal. Setiap jiwa ingin bahagia, ingin dihargai. Jauhi paradigma konflik, logika dominasi, kompetisi negatif. Apakah waktu dan tenaga kita masih disibukkan untuk mencari salah dan menjatuhkan yang berbeda?

Toleransi itu lebih dari sekadar kebajikan, layaknya air dalam kehidupan. Jangan memaksakan pandangan agar seragam. Ketidakpedulian itu rapuh dan mudah diprovokasi. Belajarlah memahami yang lain lalu membuat dialog. Mau saling mendengar dan terima perbedaan.

Temukan persamaan untuk membangun sosial produktif. Berupaya menikmati kebersamaan, meningkatkan kualitas kebaikan kepada sesama. Saling terbuka menciptakan hubungan yang sehat. Bukankah toleransi adalah simbol kekuatan?

Malang, 8 Desember 2020
Yoga Prasetya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun