Mohon tunggu...
Yohanes Bara
Yohanes Bara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Founder TOBEMORE Learning Center Bekerja di Majalah BASIS dan Majalah UTUSAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepotong Kertas Audrey

23 Juli 2018   15:35 Diperbarui: 25 Juli 2018   23:05 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pak, besok teman adek mau ke rumah, Bapak nggak ada acara tho?"

"Duh nok, besok Bapak sama Ibu kondangan ke Semarang e, itu temanmu nggak datang dengan kamu?" suara Ayah Audrey.

"Nggak Pak, dia datang sendiri," balas Audrey.

"Bapak pulang malam, kalau mau ya senin sore nok," jawab Ayah memberi alternatif.

"Njih Pak, aku sampaikan ke teman Audrey ya."

Tiket sudah dibeli Wil untuk hari besok, ia tetap berangkat. Hanya pagi hari Wil pamitan pada Audrey, setelah itu tak ada kabar hingga esok harinya. Ia hanya melihat Wil mengunggah foto Gereja St. St Antonius Kotabaru.

Ia cemas ayahnya akan menyalahkannya atas pilihan tersebut, namun ia meyakini penerimaan terhadap Wil adalah sebuah langkah yang luar biasa, sebab Wil yang brengsek itu dengan beraninya memohon restu menjalin hubungan yang serius, juga ayah yang entah menggunakan logika apa jika menerima Wil yang demikian tampilannya.

"Nok, kamu itu ketemu dimana dengan Mas Wilfred?"Tanya Ayah.

"Dia itu urakan, bertatto, pengalaman hidupnya kelam, mau ditaruh mana wajah Bapak dan Ibu nok?" kata Ayah tanpa menekanan selayaknya orang yang marah, juga tanpa mengharapkan jawaban.

Ayah merasa terkejut kala melihat dia pertama kali, ia datang dengan Go-Jek, celananya robek-robek, ya meski kelihatannya rapi dengan kemeja biru muda berlengan panjang, tapi tattonya masih samar-samar terlihat. Ibumu sudah menyedikan makan malam karena kami menduka pesan apa yang akan disampaikan. Ayah punya rasa enggan dan tidak menyukai Mas Wil sejak awal, tapi Ayah melihat ada kejujuan di laki-lakimu itu, jadi Ibu dan Bapak mengajak ia makan malam bersama.

Dugaan kami benar, laki-laki yang tak kami senangi itu nembung kamu nok. Ibumu terpaksa nyenggol Bapak untuk bicara di belakang, Ibumu khawatir sekali ketika dia cerita masa lalunya. Bapak juga tidak siap menerima resiko punya mantu model begitu, apa kata tetangga, apa kata relasi Bapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun