Mohon tunggu...
Cerpen

Mengubahkan Hidup

21 Mei 2015   14:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:45 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gadis cilik itu menengadah ke langit. “Sebentar lagi hujan,” batinnya. Dia tahu kapan akan hujan. Bau tanah dan suhu udara yang meningkat membuatnya yakin bahwa hujan sedang dalam perjalanannya. Ini artinya dia harus segera mencari tempat berteduh yang tidak hanya melindunginya dari air hujan, tapi juga dari angin dingin yang datang bersamaan dengan hujan.

Hari ini tempat tinggalnya tidak sama dengan kemarin. Sejak ibunya meninggal karena tergilas truk, dia tidak memiliki siapa-siapa lagi dan memutuskan tidak lagi menjadi gelandangan menetap seperti saat ibunya masih ada.

Dulu, saat ibunya ada, mereka selalu tidur di alun-alun kota. Tapi tempat itu sekarang hanya mengingatkannya pada ibunya, dan dia tidak suka. Dia memutuskan untuk pergi kemana kakinya membawanya. Tidur di tempat nyaman pertama yang dilihatnya. Terkadang di emperan toko roti, yang mana artinya dia harus bangun pagi-pagi sekali sebelum diusir pemilik toko. Terkadang di kolong jembatan layang, jika udara tidak terlalu dingin.

Hari ini dia memutuskan untuk pergi ke gang yang kemarin dia lewati. Gang itu atasnya tertutup seng, dan ada tempat sampah yang ditutup oleh triplek. Dia mungkin akan berteduh di sana sambil menunggu hujan berhenti.

Hari ini dia belum mendapat uang sedikit pun. Terpikir olehnya untuk kembali mengemis seperti dulu. Tapi dia tidak mau lagi mengemis di jalan raya sejak ibunya meninggal. Ibunya meninggal ketika sedang mengemis. Mungkin pengemudi truk itu tidak melihat karena hujan yang sangat deras, mungkin juga ibunya yang menyeberang jalan tanpa melihat kiri dan kanan. Ibu dan adiknya meninggal di tempat, meninggalkannya seorang diri di dunia yang begitu besar ini.

Sejak tidak mengemis, ia mencari uang dari mengumpulkan plastik bekas minuman kemasan. Ada beberapa pemulung yang mau membelinya, atau menukarkannya dengan sepiring nasi.

Sambil meringkuk di atas tempat sampah sambil memeluk lututnya ia ingat kejadian kemarin. Seorang anak laki-laki berusia 16 tahun menawarinya uang 5000. Tentu saja ia tidak menolak. “Tapi ada syaratnya,” kata anak laki-laki itu. “Apa syaratnya,” tanyanya polos.

“Malam ini kau temani aku. Tidur dengan aku,” kata anak laki-laki itu.

“Ngapain?” jawabnya lugu

“Besok malam, temui aku di tempat ini. Malam ini ada anak lain yang akan tidur dengan aku.”

Dia juga tidak tahu dari mana anak laki-laki itu mendapat uang. Mungkin ia kerja di pabrik. Kata orang, bekerja di pabrik itu akan mendapat uang yang cukup besar. Mungkin 20 ribu setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun