Shopee telah menjadi salah satu pasar digital terbesar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tidak heran jika banyak pelaku usaha mulai dari individu, UMKM, hingga brand ternama memanfaatkan platform ini sebagai tempat menjajakan produk mereka. Tapi, di balik kemudahannya, berjualan di Shopee menyimpan beragam risiko yang kadang luput disadari para penjual, terutama yang baru memulai.
Sebagai penjual, penting bagi kita untuk tidak hanya fokus pada peningkatan penjualan, tetapi juga mengelola potensi masalah yang bisa muncul kapan saja. Inilah yang disebut dengan manajemen risiko, dan berikut ini adalah panduan lengkapnya.
1. Risiko pada Sistem Pembayaran dan Transaksi
Salah satu hal yang paling penting dalam berjualan online adalah kelancaran pembayaran. Di Shopee, ada kalanya dana dari pembeli tertahan, transaksi tidak tercatat, atau sistem mengalami gangguan.
✅ Cara Menghindari dan Menanganinya:
- Pastikan seluruh informasi akun bank dan identitas telah diverifikasi dengan benar.
- Lakukan pengecekan transaksi secara rutin melalui fitur "Keuangan Saya".
- Simpan bukti transaksi sebagai arsip, baik secara digital maupun manual.
- Gunakan fitur bantuan pelanggan Shopee jika mengalami kendala pencairan.
2. Risiko Pengiriman: Barang Rusak, Hilang, atau Terlambat
Pengiriman menjadi salah satu elemen paling krusial dalam pengalaman belanja online. Barang yang terlambat, rusak, atau bahkan hilang bisa menyebabkan ulasan negatif dan kehilangan kepercayaan pembeli.
✅ Langkah Antisipatif:
- Gunakan bahan pengemasan yang kuat seperti bubble wrap dan kardus berlapis.
- Tambahkan asuransi pengiriman untuk produk bernilai tinggi.
- Dokumentasikan setiap proses packing, misalnya dengan foto atau video.
- Pilih ekspedisi terpercaya yang terhubung langsung dengan sistem Shopee.
3. Risiko Reputasi: Ulasan Buruk dan Komplain Pelanggan
Satu komentar negatif bisa menurunkan performa toko secara signifikan. Bahkan ketika kesalahan bukan berasal dari penjual, pembeli tetap bisa memberikan ulasan buruk.