Mohon tunggu...
Yeremia Tirto
Yeremia Tirto Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Manusia Biasa

Hai, Para Viewers, Selamat Menikmati Tulisan ini. Di tunggu Kritik-Sarannya Terima Kasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etika Lingkungan Hidup: Upaya Membangun "Kembali" Kesadaran Ekologis dalam Era Digital

11 Juni 2021   12:00 Diperbarui: 11 Juni 2021   12:16 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

            Pada dasarnya, kesadaran ekologis dalam diri manusia telah ada dan sudah menjadi sebuah kodrat yang melekat pada dirinya. Melihat kembali dari sejarah kehidupan pada masa lampau, manusia-manusia purba pada waktu itu, menggantungkan seluruh kehidupannya pada alam. Mereka menyadari bahwa tanpa alam, manusia tidak dapat mempertahankan kehidupannya di dunia. Hal ini yang sampai saat ini dilakukan.

Segala bentuk macam kebutuhan yang diperlukan oleh manusia, semua berasal dari alam. Walaupun telah adanya teknologi yang semakin maju dan berkembang, didukung oleh sains atau ilmu pengetahuan dari penelitian, tetap saja, dasar dari pembentukannya juga mengambil dari alam. Para ilmu pengetahuan misalnya dalam merumuskan suatu rumus baru (Kimia misalnya), juga mendapatkan inspirasi dari alam. Nampak jelas sekali bahwa kontribusi alam terhadap kehidupan realitas, termasuk pada diri manusia sangatlah berarti. Tidak terbayangkan misalnya jika seluruh alam (ekosistem) yang ada di dunia ini digantikan oleh kemodernisasian perangkat yang ada, mungkin dunia sudah tidak nampak lagi keadaan naturalnya.

            Dari pemahaman ini, tentunya telah memberikan ide tersendiri, bahwa alam sampai saat ini masih memberikan hidupnya untuk manusia. Secara tidak langsung juga, alam menjadi 'sosok' yang ikut juga dalam proses pengembangan kepribadian individu dalam realitas. Ia mau dijadikan sebagai 'objek' dalam akal budi manusia, supaya individu dapat memahami realitas. Ini adalah sebuah pernyataan atas kesadaran pada alam. Banyak dari budaya-budaya dan agama telah menyadari betapa pentingnya alam untuk kehidupan. Tidak melulu untuk manusia saja, melainkan untuk keseluruhan makhluk hidup yang ada di bumi ini.

Dalam tradisi jawa misalnya, konsep Memayu, Hayuning Buwana adalah konsep yang didasarkan pada refleksi atas alam. Hal ini selaras juga pada konsep Dewa-Dewi sebagai simbol dari alam pun demikian. Jikalau ada pertanyaan: mengapa harus membangun kembali kesadaran akan alam sekitar? Jawabannya sederhana. Manusia adalah bagian dari alam, dan tanpa alam, manusia tidak ada dalam kehidupan. Walaupun pernyataan ini masih mengundang pro dan kontra tersendiri dalam menyikapinya, setidaknya upaya ini perlu dilestarikan dan dikembangkan, dalam menghadapi perkembangan yang semakin maju dan pesat.

Alam (Ekologi): Jagalah "Aku" , Layaknya Engkau Menjaga Orang yang Kau Cintai. 

            Sudah selayaknya kewajiban manusia menjaga alam sebagai upaya hidup berdampingan dalam realitas telah ditentukan. Tindakan-tindakan yang bermakna kebaikan, tidak hanya diam dalam sebuah gagasan ideal saja, melainak pula perlu direalisasikan dan dimaknai kembali sebagai bentuk aktualisasi manusia. Makna baik dan bahagia merupakan sebuah refleksi diri atas tindakannya terhadap diri sendiri maupun orang lain, yang bertujuan untuk membantu menyelesaikan persoalan dan berguna untuk semua pihak. Maka dari itu, perlu adanya aksi atau tindakan yang diupayakan. Kesadaran ini akan jauh lebih mendalam ketika manusia merefleksikan tindakan-tindakan tersebut. Bukan tanpa sebab atau dasar, tentunya landasan berpikir tetap menjadi pijakan dalam berbuat suatu kebaikan.

Apa yang diinginkan oleh alam kepada manusia? Alam pada dasarnya tidak menyatakan secara konkret dan langsung terhadap manusia atas keinginan dan kemauannya. Manusia 'diminta' untuk menginterpretasikan arti dan makna dari setiap peristiwa yang berhubungan dengannya. Pelestarian dan perawatan sebagai bentuk kasih sayang manusia terhadap alam. Artinya, secara tidak langsung, alam menginginkan sebuah perhatian dan pengakuan secara 'eksistensi' dalam pikiran manusia. Memperlakukan Alam layaknya seorang sahabat yang selalu dibantu dan diperhatikan selayaknya adalah upaya konkret yang dapat direalisasikan. Penghijauan dan pelestarian keseimbangan alam adalah salah satu dari sekian cara manusia mewujudkan ide atau gagasan akan kesadaran ekologis di tengah era digital yang semakin pesat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun