Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Habitus, Berinvestasi Karakter dalam Hidup

25 Maret 2024   07:07 Diperbarui: 25 Maret 2024   07:25 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membangun kebiasaan baik sebagai investasi hidup. Sumber: brighthorizons.com

Vince Lombardi, Pelatih American Football, pernah mengatakan, "Saya belum menjumpai orang yang layak disebut cukup kompeten dalam jangka panjang jika di lubuk hatinya ia tidak menghargai kerja keras dan disiplin". Ketekunan dalam hal-hal baik senantiasa membentuk karakter diri yang tangguh dan berkualitas serta mampu memberikan pengaruh baik pada dirinya dan orang lain, terlebih sesama dalam komunitasnya.

Bertekun dalam kerja keras dan kedisiplinan membutuhkan kemauan dan niat yang konsisten dan berkesinambungan. Tanpa konsistensi, terkadang kerja keras dan kedisiplinan hanya akan menjadi jargon yang tak memiliki makna apa-apa. Hanya berhenti di kata-kata belaka, tanpa ada tindakan nyata untuk membiasakannya. Pembiasaan tersebut sejatinya merupakan investasi yang baik dan bermakna untuk ke depannya karena karakter baik tidak bisa datang tiba-tiba, harus dibentuk berkelanjutan, membutuhkan proses panjang.

Untuk membentuk rasa tanggung jawab, sejak anak usia 5 tahun saya membiasakan dia dengan tanggung jawab kecil, yakni ketika malam menjelang tidur dia bertanggung jawab untuk menutup pintu utama dan meyakinkan seluruh mainannya sudah dirapikan di tempatnya. Tidak mudah untuk setia dengan tanggung jawab untuk anak seusia itu. Perlahan-lahan dan selalu menjalin komunikasi, dia akhirnya mampu dengan proaktif bertanggung jawab pada tugasnya.

Bahkan untuk menanamkan budaya membaca, kami dalam keluarga membiasakan anak dengan membaca sejak usia 3 tahun. Setiap malam menjelang tidur, kami membacakan cerita dongeng atau kitab suci. Dalam perjalanan waktu, dia semakin mencintai buku dan menagih kami untuk pergi ke toko buku. Tanpa diminta untuk mendengarkan cerita, mulai usia 4 tahun dia sudah memilih buku dan cerita yang ingin dibacakan.

Membiasakan hal baik, membangun karakter baik. Sumber: jobs.washingtonpost.com
Membiasakan hal baik, membangun karakter baik. Sumber: jobs.washingtonpost.com
Datang ke kantor lebih awal juga menjadi kebiasaan yang harus dibangun. Bagi saya, datang 45 menit lebih awal dari jam kantor adalah sebuah kenikmatan tersendiri karena bisa menyiapkan berbagai hal termasuk menyiapkan hati yang damai dan siap bekerja dengan semangat. Hal ini juga membentuk diri pada sikap menghargai orang lain kaitannya dengan budaya tepat waktu (on time), hadir dalam rapat atau datang saat ada janjian tepat waktu, atau datang lebih awal.

Dalam sebuah tulisannya di The Maxwell Daily Reader, John. C. Maxwell menegaskan, "Hidup ini bukan hadiah, melainkan investasi". Apa yang dibiasakan dalam hidup adalah sebuah investasi jangka panjang. Jika kita terbiasa dengan hal-hal negatif, maka kita sedang membentuk karakter buruk dan masa depan yang suram pula. Sebaliknya, ketika kita membiasakan diri dengan hal-hal baik, senantiasa menjadi berkah dan masa depan yang baik pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun