Mohon tunggu...
Yuni E. L. Simarmata
Yuni E. L. Simarmata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis

Mari mulai menulis. Mulai dari menulis hal yang kecil, jangan pernah takut untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Berhenti atau Terus

26 April 2021   10:35 Diperbarui: 26 April 2021   10:44 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Udah capek nih", sebuah kalimat yang dikeluarkan seseorang ketika sedang mengeluh. Keluar begitu saja, tanpa tahu sebenarnya apa sih yang sudah dikatakan. Terkadang jika kita sudah merasa puas dengan hasilnya kita tidak akan pernah mengeluh, pasti akan terus berjuang, berjuang dan berjuang. 

Namun, jika sudah gagal atau belum berhasil dalam satu masalah atau satu posisi setelah berjuang dengan keras, pasti kita berkata "udah ah, udah cukup, capek tahu". 

Dan disaat kita sedang berada di titik jenuh itu, rasanya tuh pasti "udahlah cukup disini aja", "berhenti aja kali ya?", "capek woi", banyak hal-hal yang mungkin mendorong kita untuk berhenti, untuk tidak mau lagi berjuang, dan lain sebagainya.

Kita yang mungkin sedang duduk di bangku perkuliahan, pasti pernah merasakan titik jenuh itu. Pasti pernah berpikir untuk mengakhiri saja semua pencapaian ini, padahal jika dilihat-lihat lagi belum ada pencapaian yang bisa di banggakan. 

Mungkin juga bagi orang-orang yang sudah bekerja namun ternyata timbul kejenuhan dengan pekerjaannya sendiri, sehingga akhirnya memilih untuk mencari hal yang baru.

Untuk anak kuliah, ada banyak faktor yang mendorong untuk berhenti. Bisa saja dia merasa jenuh dengan semua tugas yang diberikan dosen, atau tugas dari kegiatan luar lainnya, bahkan tugas rumah juga. Jadi dia merasa jenuh dan merasa lelah. 

Sebenarnya sebagai mahasiswa kita sudah harus tahu apa yang akan kita jalani, kita sudah harus tahu apa saja tugas-tugas kita. Pada dasarnya, ya begitu dunia perkuliahan. 

Sudah semestinya di dunia ini kita berjuang mati-matian demi mendapat sebuah gelar yang sedang kita tempuh pendidikannya.

Sebelum menempuh pendidikan di bangku perkuliahan tentu kita sudah tahu apa resikonya menjadi anak kuliahan. Jangan pernah berpikir untuk "udah ah capek, berhenti ajalah". Ingat, tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan kita. 

Bisa saja diluar sana masih banyak orang yang mengharapkan posisi seperti kita. Banyak diluar sana yang lebih lagi berjuang mati-matian.

Jika mengingat kembali perjuangan kita pada bagian awal proses, sangat ingin sekali mencapai sesuatu. Dan jika sudah tercapai, perjuangannya dan semangatnya harus tetap sama tidak boleh surut begitu saja. 

Jangan mau jadi seperti lilin yang hidup karena api dan mati hanya karena tiupan. Jangan tunggu harus didorong-dorong dulu baru mau berjuang dan ketika ada masalah bahkan masalah kecil, kita langsung padam.

Jadi, berhenti atau terus melangkah? Ya, teruslah. Jangan mau berhenti. Perjuangan kita ini sudah jauh. Masa mau berhenti gitu aja cuma karena jenuh? Kan nggak. 

Pernah dengar kalimat "Aku lelah, tapi ibu bapak lebih lelah"? Ingat di belakang kita juga ada yang sedang berjuang demi kita. Siapa mereka? Ya, orangtua kita. 

Mereka lebih berjuang mati-matian demi perkuliahan kita, demi pendidikan kita. Tapi apa pernah kita melihat mereka mengeluh di depan kita? Tidak kan. Mengapa? Ya, karena mereka tidak ingin terlihat lemah di depan kita, mereka juga tidak ingin kita mengeluh karena lelah mereka.

So? Ya kita harus melanjutkan yang sudah kita mulai, tanpa ada kata "I want to stop". Ciptakan sebuah kalimat yang bener-bener bisa membuat kita berpikir untuk tidak berhenti. 

Jadi buat kita semua yang sedang berjuang, baik di dunia pendidikan atau pun bidang lainnya. Tetaplah berjuang tanpa ada kata berhenti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun