Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dalal: Harus Bertani agar Tak Bawa Utang Saat Meninggal

25 Februari 2021   16:19 Diperbarui: 25 Februari 2021   17:30 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalal sedang mendorong sepedanya menuju sawah. (ACTNews)

JAKARTA - Guratan usia memang terlihat dari wajah Dalal (70). Tapi sampai sekarang, fisiknya masih kuat menjejak kaki di sawah. Petani asal Sidoarjo ini menganggap lahan sawah adalah rumah keduanya. "Kehidupan saya di sawah, nak. Saya sehari ngecek lahan saya itu dua kali. Dari subuh ketemu siang, nanti sorenya saya ke sawah lagi. Pekerjaan saya cuma ini," ucap pak Dalal.

Sepeda kesayangannya menjadi teman. Setiap hari ia mengayuh sekitar 1 kilometer dari tempatnya tinggal, karena berjalan kaki bukan pilihan di usianya yang sudah senja ini. Lahan seluas 7.000 meter persegi itulah yang kini jadi satu-satunya sumber penghidupannya yang kini tinggal seorang diri.

Ia harus menyiapkan modal yang tidak sedikit untuk menggarap lahan tersebut. Apalagi modal ini didapat dari yang biasa ia pinjami yaitu bank keliling atau rentenir. Belum lagi jika bicara kesulitan demi kesulitan dalam bertani yang sering di alami oleh Dalal. Seperti pupuk yang sulit, modal tanam, belum lagi kalau gagal panen lengkapnya kesulitan semakin ia rasakan.

Bagi Dalal gagal panen bukan hal yang baru. Sudah 2 kali musim panen ia tidak bisa menikmati hasil dari lahannya karena dimakan tikus dan burung di usia tanaman 1 bulan. Jika hal ini sudah terjadi tidak banyak yang bisa dilakukan Dalal kecuali meratapi.

"Seperti ini lah petani, kalau sudah gagal panen cari utangan terus. Setiap hari didatangi pemberi pinjaman (rentenir) tidak ada pilihan lain karena cari modal untuk tanam sulit kecuali sama bank keliling. Pinjam hari ini ya langsung ada hari ini uangnya, petani kan butuh cepat kalau sudah masuk musim tanam. Kalau kelewat ya enggak bisa tanam," tutur Dalal.

Meski mengalami gagal panen, Dalal terus menggarap sawah miliknya. "Sayang kalau tidak saya garap, meski saya tidak tahu akan gagal lagi atau tidak. Pokoknya harus bertani buat bayar utang-utang saya, agar saya tidak bawa beban hutang kalau sudah meninggal," tutup Dalal.

Membantu kesulitan yang kini dialami Dalam, Global Wakaf -- ACT menyalurkan Wakaf Sawah Produktif kepadanya. Ia sangat berharap adanya program bantuan modal untuk bertani dari Global Wakaf -- ACT dan Yayasan penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I) ini bisa menyelamatkan petani dari pinjaman bank keliling, karena bunganya yang cukup besar.

Wakaf Sawah Produktif juga saat ini menjadi salah satu motor dari Gerakan Sedekah Pangan Nasional, yang bertujuan membentuk kedaulatan pangan negeri. Wakaf Sawah Produktif adalah hulu dari gerakan ini. Sehingga, selain memberdayakan petani sebagai produsen pangan, hasilnya juga dapat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun