Mohon tunggu...
Yatmi Rejeki
Yatmi Rejeki Mohon Tunggu... Administrasi - Suka becanda,, biar awet muda.

Wanita biasa dari Jogja

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengenal Lebih Dekat Kawasan Nol Km Malioboro Yogyakarta

28 Februari 2020   20:22 Diperbarui: 28 Februari 2020   20:28 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air Mancur di titik 0 km Jogja sebelum dihancurkan. KLITV Leiden

Karena keterbatasan waktu, dan harus melanjutkan perjalanan menyusuri Malioboro, sehingga cerita 0 km Jogja tidak begitu deteil. Namun bagi kamu yang berkunjung ke Jogja, rasanya gak akan lengkap kalau tidak berfoto dengan latar belakang 0 km Jogja ini. Buat foto, cantik banget, instagramble.

Kjogja foto: Riana D
Kjogja foto: Riana D
Benteng Vredeburg

Rintik-rintik air akhirnya jatuh juga dari langit yang sebelumnya memang tampak cemberut. Langkah kami sedikit lebih cepat menuju Benteng Vredeburg. Dari titik O menuju tempat ini, hanya berjarak 50- 100 an meter. Tinggal menyeberang saja, karena lokasi hanya terpisah jalan besar. Jika dari arah 0 km terletak disebelah kanan jalan atau sisi timur jalan Malioboro. Karena kami tidak masuk ke dalam, sehingga saya hanya bisa mencertikan sejarah singkatnya saja.

Mengutip dari cerita yang disampaikan Yulia Sujarwo, bahwa benteng ini, dahulu bernama Benteng Rustenburg dan berubah menjadi Benteng Vredeburg karena terjadi gempa besar pada tahun 1867.  Pertama kali dibangun pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda. Ketika itu Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa dipimpin oleh Nicolas Harting.

Dahulu, pertama kali dibangun tembok dari Vredeburg ini hanya dari tanah dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren.  Bangunan didalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap ilalang. Bangunan berbentuk bujur sangkar. Di keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastian.

Kemudian Sultan Hamengku Buwono ke-4 sudut ini diberi nama Jaya Wisesa (sudut barat laut), Jaya Purusa (sudut timur laut), Jaya Prakosaningperang (sudut barat daya), dan Jaya Prayitna (sudut tenggara).

Gedung Agung

Gedung ini terletak di sisi kiri/sebelah barat jalan Malioboro. Masih berhadapan dengan Benteng Vredeburg, hanya terpisah jalan saja. Gedung Agung dulu bernama Djogjakarta Residentie. Gedung utama dibangun pada Mei 1824 yang diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat, Residen Yogyakarta ke-18 (1823-1825) yang menghendaki adanya istana yang berwibawa bagi residen-residen Belanda. Artitek gedung ini adalah A. Payen. Istana ini memiliki luas lahan 43.585 m. Gedung Agung ini juga bisa dikunjungi oleh umum. Tetapi, didalam tidak boleh memotret.

foto: dok. pri
foto: dok. pri
Pasar Beringharjo

Setelah dari Benteng Vredeburg , Lebih maju lagi, kami melewati area Pasar Beringharjo. Dahulu, kawasan ini adalah hutan beringin. Pada tanggal 24 Maret 1925, keraton Yogyakrta menugaskan Nederlansch Indisch Beton Maatschappij (Perusahaan BetonHindia Belanda) untuk membangun los-los pasar.Nama Beringharjo diberikan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII. Beringharjo dari kata beringin atau bering dan harjo yang bermakna kesejahteraan. Yang diharapkan dari hutan beringin yang menjadi pasar dapat memberikan kesejahteraan. Hingga sekarang, pasar ini terkenal sebagai pasar induk yang besar dan lengkap. Saya jadi ingat, dulu nenek saya suka menyebutnya Pasar Gedhe. Mungkin karena pasar ini memang luas.

Kjogja, hujan-hujan tetap semangat. Foto: Riana
Kjogja, hujan-hujan tetap semangat. Foto: Riana
Malioboro

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun