"Berani pilih aku."
"Jangan tanya yang kamu tahu jawabannya."
Ninna tertawa kecil. Tapi di matanya ada sesuatu yang tidak ikut tertawa. "Aku bukan orang yang suka sembunyi terus, Mas."
"Kalau begitu, pergi saja."
Ucapan itu keluar lebih cepat dari yang ia niatkan. Tapi Ninna hanya menatap. Tidak marah. Tidak menjawab.
Tiga bulan. Itulah umur perselingkuhan mereka. Tidak panjang. Tapi cukup untuk mengubah arah hidup seseorang.
Pada bulan keempat, Wira mulai jarang membalas pesan. Ia mulai menyibukkan diri dengan pekerjaan yang tak penting. Ia menolak ajakan bertemu. Tapi ia tidak berhenti memikirkan Ninna.
Ia menyadari sesuatu: cinta bukan hanya tentang perasaan. Tapi tentang keberanian.
Dan ia tidak berani.
Ninna menghilang seperti ia datang. Tanpa suara. Tanpa perpisahan.
Hanya ada satu pesan terakhir yang Wira terima sebulan setelah pertemuan terakhir mereka.