Mohon tunggu...
Yasir Maulana
Yasir Maulana Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya pengajar fisika (IPA) di Madrasah Aliyah Negeri 4 Garut Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tinjauan Miskonsepsi Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X

8 Agustus 2023   11:54 Diperbarui: 8 Agustus 2023   12:00 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN

Salah satu indikator keberhasilan suatu pembelajaran adalah siswa memahami apa yang telah dipelajari. Pemahaman menjadi salah satu capaian kompetensi yang paling mendasar yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini dibuktikan oleh taksonomi Bloom yang menjadi rujukan dalam pelaksanaan pembelajaran di Indonesia yang menyatakan bahwa memahami adalah salah satu komampuan dasar yang harus diajarkan pada siswa. Astuti, Fitrianingrum dan Sarwi  (Annisa et al., 2019) menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran fisika. Dengan demikian, melalui pemahaman akan konsep fisika, siswa tidak hanya menghafal rumus, hukum serta teori fisika  tapi siswa diharapkan dapat menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Mengingat pentingnya pemahaman siswa pada pembelajaran fisika maka seharusnya seluruh pembelajaran fisika di sekolah memfasilitasi siswa sehingga memperoleh pemahaman yang benar pada materi fisika. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak bisa memahami bahkan salah memahami konsep fisika yang benar. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa siswa di Indonesia masih banyak mengalami miskonsepsi pada materi fisika bahkan saat pembelajaran telah selesai dilaksanakan. Menurut Nasir (Nasir, 2020) terdapat 700 studi tentang miskonsepsi dimana 300 studi dilakukan pada materi mekanika, 160 studi pada materi listrik, 75 studi pada materi kalor, 35 studi pada bumi dan antariksa serta 10 studi di materi fisika modern.

Miskonsepsi diartikan sebagai pemahaman yang salah terhadap suatu konsep. Siswa yang salah dalam memahami suatu konsep fisika, berarti siswa tersebut mengalami miskonsepsi atau salah konsep (Annisa, R. Et.al, 2019). Miskonsepsi atau salah konsep pada materi fisika terjadi jika konsep fisika yang difahami oleh siswa tidak sesuai dengan konsep fisika yang telah dinyatakan oleh ahli --ahli fisika sebagaimana tertuang dalam hukum-hukum dan teori-teori fisika. Pembelajaran fisika di sekolah seharusnya menjadikan siswa memahami konsep fisika dengan benar tanpa adanya miskonsepsi yang terjadi. Apalagi di kurikulum merdeka, guru lebih didorong untuk melakukan asesmen diagnostik yang bermanfaat untuk mengetahui tingkat kompetensi siswa juga mengetahui kondisi awal siswa termasuk apakah siswa mengalami miskonsepsi atau tidak (Rosnawati, 2021)

Penyebab miskonsepsi dalam pembelajaran menurut Nurulwati et.al (Nurulwati et al., 2014) dapat dikelompokkan dalam lima bagian yaitu siswa, guru, bahan ajar, konteks dan metode mengajar.

a) Siswa


Miskonsepsi yang berasal dari diri siswa dapat berasal dari beberapa aspek yaitu (1) pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Kadang pengetahuan awal siswa mengandung miskonsepsi yang dapat menyebabkan siswa salah memahami konsep yang benar, (2) pemikiran asosiatif siswa yang merupakan pemikiran siswa yang terkait dengan pengalaman kehidupan sehari-hari siswa, (3) pemikiran humanistik yang dipengaruhi oleh pengalaman siswa secara manusia, (4) reasoning yang salah yang dapat diartikan penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah. Kesalahan penalaran siswa tersebut dapat disebabkan oleh informasi yang diterima siswa tidak lengkap atau salah. (4) Intuisi yang salah disebabkan perkiraan atau tebakan siswa pada suatu konsep yang salah, (5) tahap perkembangan kognitif siswa , (6) Kemampuan atau bakat siswa, (7) minat belajar.

b) Guru

Faktor guru yang dapat menyebabkan miskonsepsi adalah ketidakcakapan guru dalam menguasai materi pembelajaran dan kemampuan melaksanakan pembelajaran atau kemampuan pedagogi.

c) Buku Teks dan Literatur

Buku teks juga dapat mengandung miskonsepsi. Buku teks yang dijadikan satu-satunya sumber referensi bagi guru dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi.

d) Metode Mengajar

Metode mengajar yang dilgunakan guru jika tidak sesuai atau cocok dengan gaya belajar siswa juga dapat menyebabkan miskonsepsi siswa. Ditambah lagi ketidakcakapan guru dalam melaksanakan pembelajaran juga dapat membuat metode mengajar yang baik menjadi kurang maksimal dan menyebakan miskonsepsi siswa.

Adapun cara untuk mengatasi miskonsepsi adalah sebagai berikut : pertama, menentukan miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Kedua, mencari tahu penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa tersebut. Ketiga, mengatasi miskonsepsi tersebut dengan memberikan perlakuan (Suparno, 2013). Penelitian ini dimaksudkan untuk menginisiasi langkah pertama yaitu menentukan miskonsepsi yang terjadi pada siswa melalui tes diagnostik yang dibuat berdasarkan informasi bagian konsep mana yang sering terjadi miskonsepsi siswa saat belajar materi fisika di kelas X semester ganjil.

METODE

metode penelusuran dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian systematic literature review dengan menggunakan metode kualitatif (meta-sintesis). Pada penelitian ini peneliti merangkum berbagai hasil penelitian yang relevan secara naratif dengan tujuan mendapatkan informasi yang konprehensif dan dapat digunakan sebagai pijakan awal untuk penelitian tentang miskonsepsi pada mata pelajaran fisika di tingkat sekolah lanjutan atas (SLTA).

Pada tanggal 11 Agustus 2022 peneliti melakukan penelusuran hasil penelitian yang berkaitan dengan miskonsepsi siswa pada mata pelajaran fisika di bagian materi kelas X semester 1 yang meliputi materi Kinematika Gerak Lurus, Gerak Melingkar, Usaha Energi dan momentum impuls di database elektronik google scholar. Jurnal-jurnal yang dipilih sebagai referensi adalah jurnal yang membahas miskonsepsi siswa pada materi fisika di sekolah terutama pada materi-materi fisika yang diajarkan di kelas X semester ganjil. Peneliti mendapatkan 4 jurnal yang menjadi referensi utama penelitian  yaitu :

  • Instrumen Tes Diagnostik Konsepsi Lima Tingkat pada Materi Gerak Lurus: Pengembangan, Uji Validitas dan Reliabilitas serta Uji Coba Terbatas oleh I. Sari dan F Ermawati (Sari & Ermawati, 2021b)
  • Profil Miskonsepsi Siswa pada Materi Kinematika Gerak Lurus di SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh oleh M. Nasir (Nasir, 2020)
  • Tes Diagnostik Four Tier untuk identifikasi pemahaman dan miskonsepsi siswa pada materi gerak melingkar beraturan oleh Annisa et. al (Annisa et al., 2019)
  • Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Usaha Dan Energi oleh Maison et. al (Maison et al., 2020)

HASIL DAN PEMBAHASAN 

MISKONSEPSI PADA MATERI KINEMATIKA GERAK LURUS 

Muhammad Nasir (Nasir, 2020) telah menguji miskonsepsi siswa SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh Aceh menggunakan teknik CRI (Certainty of Response Index) pada materi kinematika gerak lurus meliputi enam subpokok bahasan yaitu (1) posisi, jarak dan perpindahan, (2) kecepatan dan kelajuan, (3) percepatan dan perlambatan, (3) gerak lurus beraturan (GLB), (5) gerak lurus berubah beraturan (GLBB) dan (6) gerak vertikal. Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui bahwa contoh miskonsepsi siswa pada materi kinetika gerak lurus adalah:

  • Saat membedakan antara perpindahan dan jarak. Banyak siswa beranggapan bahwa perpindahan dan jarak adalah sama. Pada konsep yang benar disebutkan bahwa perpindahan dan jarak adalah berbeda. Jarak adalah panjang semua lintasan yang telah dilalui oleh benda saat bergerak sedangkan perpindahan adalah perubahan posisi akhir dan posisi awal.
  • Pada submateri kecepatan dan kelajuan siswa mengalami miskonsepsi dalam membedakan pengertian besaran kelajuan dan kecepatan. Siswa masih beranggapan bahwa kelajuan dan kecepatan adalah sama. Bahkan siswa menganggap bahwa spedometer yang ada di kendaraan bermotor adalah alat pengukur kecepatan. Pada konsep yang benar disebutkan bahwa kecepatan dan kelajuan adalah dua besaran yang berbeda. Kecepatan diperoleh dari hasil bagi perpindahan dan waktu sedangkan kelajuan adalah hasil bagi jarak dan waktu. Sebagaimana yang telah dibahas bahwa perpindahan dan jarak adalah besaran fisika yang berbeda.
  • saat membedakan antara karakteristik GLB dan GLBB. Siswa memiliki anggapan bahwa saat percepatan benda bernilai nol maka benda akan diam karena benda tidak bergerak atau memiliki perpindahan nol. Pada konsep yang benar disebutkan saat benda memiliki percepatan nol maka ada dua kemungkinan keadaan gerak yaitu benda dalam keadaan diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan (Serway, R. A. & Jewett, J. W, 2018)
  • siswa mengalami miskonsepsi pada saat menentukan kecepatan dan percepatan dari benda yang gerak vertikal ke atas, ke bawah maupun gerak jatuh bebas. Sebagai contoh siswa beranggapan bahwa saat benda berada di puncak gerak vertikal ke atas maka nilai percepatannya nol karena benda mengalami diam sesaat atau kecepatannya nol. Pada konsep yang benar disebutkan saat benda bergerak vertikal ke atas maka benda memiliki percepatan yaitu percepatan gravitasi yang arahnya selalu menuju pusat bumi.

Hasil penelitian Indah PM Sari dan Frida Ermawati (Sari & Ermawati, 2021a) yang mengembangkan instrumen tes diagnostik konsepsi lima tingkat pada materi gerak lurus menyebutkan potensi miskonsepsi yang terjadi pada siswa pada materi ini adalah :

  • Siswa masih mengganggap bahwa jarak dan perpindahan adalah sama.
  • Siswa menganggap bahwa semua benda yang bergerak jatuh ke bawah meskipun kecepatan awalnya tidak nol adalah gerak jatuh bebas. Pada konsep yang benar menyebutkan bahwa gerak jatuh bebas adalah gerak jatuh akibat tarikan gaya gravitasi bumi dan tidak berada dalam kesetimbangan juga memiliki syarat kecepatan awalnya adalah nol.
  • Siswa mengganggap saat benda bergerak jatuh bebas maka kecepatan jatuh bebasnya dipengaruhi oleh massa dan bentuk benda. Siswa masih menganggap saat dua benda berbeda massa dijatuhkan bersamaan maka benda bermassa lebih besar akan tiba lebih cepat karena kecepatannya lebih besar. Pada konsep yang benar disebutkan bahwa kecepatan gerak jatuh bebas hanya dipengaruhi oleh percepatan gravitasi dan ketinggian benda saat dijatuhkan.

Berdasarkan dua hasil penelitian tentang miskonsepsi pada materi kinematika gerak lurus yang tadi telah dikemukakan, maka dapat dibuat kompilasi miskonsepsi pada materi kinematika gerak lurus dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Matriks Miskonsepsi pada materi kinematika gerak lurus

Sub materi

Potensi Miskonsepsi

Konsep yang benar

Jarak dan Perpindahan

Siswa menganggap bahwa jarak dan perpindahan adalah sama

Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh benda terhadap titik acuan. Perpindahan merupakan perubahan posisi dari posisi awal ke posisi akhir. Jarak merupakan besaran skalar dan perpindahan merupakan besaran vektor.

                   Sumber : kompas.com/skola

Kelajuan dan Kecepatan

Siswa menganggap bahwa kelajuan dan kecepatan adalah sama.

Kelajuan adalah hasil bagi jarak dengan waktu sedangkan kecepatan adalah hasil bagi perpindahan dengan waktu.

Karakteristik GLB dan GLBB

Siswa menganggap bahwa saat percepatan nol maka benda selalu diam

saat benda memiliki percepatan nol maka ada dua kemungkinan keadaan gerak yaitu benda dalam keadaan diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan

Karakteristik gerak vertikal ke atas

Siswa menganggap percepatan benda saat sampai di titik tertinggi adalah nol karena benda diam sesaat.

saat benda bergerak vertikal ke atas maka benda memiliki percepatan yaitu percepatan gravitasi yang arahnya selalu menuju pusat bumi.

Karakteristik gerak jatuh bebas

Siswa menganggap bahwa semua benda yang bergerak vertikal ke bawah merupakan gerak jatuh bebas

Gerak jatuh bebas adalah gerak yang timbul akibat adanya gaya gravitasi dan benda tidak berada dalam kesetimbangan

Kecepatan gerak jatuh bebas

Siswa menganggap massa dan bentuk benda mempengaruhi kecepatan gerak jatuh bebas

Kecepatan benda ketika mengalami gerak jatuh bebas dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan ketinggian benda

 

MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR

 

Rizki Annisa dan kawan-kawan (Annisa et al., 2019) melaporkan miskonsepsi pada materi gerak melingkar yang ditemukan pada hasil penelitiannya sebagai berikut :

  • Pada sub konsep percepatan sentripetal, siswa menganggap bahwa arah percepatan sentripetal sama dengan arah kecepatan linier benda dimana arahnya menyinggung lintasan lingkaran. Pada konsep yang benar disebutkan percepatan sentripetal pada gerak melingkar beraturan tegak lurus terhadap kecepatan benda sehingga menuju pusat lingkaran.

Sumber : kompas.com/skola
Sumber : kompas.com/skola
  • Pada sub konsep ini pun, banyak terjadi siswa masih menganggap bahwa saat sebuah benda dihubungkan dengan tali dan diputar melalui porosnya, maka panjang tali tersebut tidak berpengaruh terhadap percepatan sentripetalnya. Pada konsep yang benar tentang percepatan sentripetal disebutkan percepatan sentripetal dipengaruhi oleh massa benda dan jari-jari lintasan gerak melingkar yang sama dengan panjang tali yang dipakai untuk memutarkan benda
  • Pada sub konsep kecepatan linier dan kecepatan sudut pada gerak melingkar beraturan. Pada konsep yang benar disebutkan bahwa pada gerak melingkar beraturan benda akan memiliki kecepatan linier dan kecepatan sudut dimana hubungan antara kecepatan gerak lurus (kecepatan linier) dan kecepatan linier adalah kecepatan linier adalah hasil kali kecepatan sudut dengan jari-jari lintasan gerak melingkar.

Pada sub konsep antara roda-roda yang saling menempel pada satu poros putar yang sama. Siswa sudah memahami bahwa kedua roda akan berputar dengan kecepatan sudut yang sama. Namun banyak siswa yang salah memahami bahwa kecepatan sudut adalah hasil kecepatan linier dikalikan dengan jari-jari lintasan gerak melingkar. Pada konsep yang benar percepatan sentripetal pada gerak melingkar beraturan tegak lurus terhadap kecepatan benda sehingga menuju pusat lingka

  • Sumber : hidup-fisika.blogspot.co.id
    Sumber : hidup-fisika.blogspot.co.id
  • Pada hubungan roda-roda gerigi yang bersinggungan dengan roda gerigi pertama memiliki diameter lebih besar daripada roda gerigi kedua. Pada kasus ini siswa beranggapan bahwa saat kedua roda gerigi ini bergerak maka keduanya akan berputar dengan arah yang sama seperti dua roda gerigi yang dihubungkan dengan rantai. Pada konsep yang benar dua roda gerigi yang bersinggungan akan bergerak berlawanan

roda-hubungan-64d1c7a4633ebc1dae2e2982.jpg
roda-hubungan-64d1c7a4633ebc1dae2e2982.jpg

MISKONSEPSI PADA MATERI USAHA DAN ENERGI

 

Maison kawan-kawan (Maison et al., 2020) melaporkan miskonsepsi pada materi usaha dan energi yang ditemukan pada hasil penelitiannya sebagai berikut :

Pada sub konsep usaha, siswa mengalami miskonsepsi saat memahami konsep usaha positif dan negative. Siswa menganggap bahwa usaha bernilai positif dan negatif ditentukan oleh arah gaya atau arah perpindahan. Jika gaya berarah ke kanan maka gaya bernilai positif dan usaha juga positif. Sebaliknya jika gaya berarah ke kiri maka gaya bernilai negatif dan usaha bernilai negatif. Hal yang sama berlaku untuk perpindahan, yaitu siswa menganggap jika perpindahan benda yang diberi gaya ke kanan maka usahanya positif dan sebaliknya jika perpindahan benda ke arah kiri maka usahanya negatif.

  • Pada konsep yang benar menurut Serway (Raymond A. Serway, John W. Jewett, 2014)  usaha bernilai poisitf jika gaya (F) searah dengan perpindahan (s) dan bernilai negatif jika gaya (F) berlawanan arah dengan perpindahan (s).
  • Masih pada sub konsep usaha, siswa juga mengalami kesalahan konsep saat memahami bahwa Semakin sulit atau semakin panjang lintasan yang dilalui maka usaha semakin besar. Siswa memahami bahwa besar usaha dipengaruhi oleh panjang lintasan yang dilewati benda saat bergerak.
  • Menurut Halliday (Halliday D, 2015) pada gaya konservatif maka usaha yang bekerja pada sebuah partikel yang bergerak diantara dua titik tidak bergantung pada lintasan yang ditempuh partikel tersebut. Sebagai contoh gaya gravitasi (berat) dan gaya pegas merupakan gaya-gaya konservatif; sedangkan gaya gesek kinetik merupakan gaya non konservatif. Selanjutnya Serway dan Jewett (Raymond A. Serway, John W. Jewett, 2014) menjelaskan bahwa kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif selalu memiliki sifat-sifat berikut yaitu, dapat selalu dinyatakan sebagai perbedaan antara nilai awal dengan nilai akhir dari fungsi energi potensial; bersifat reversible (bisa bolak-balik); tidak tergantung pada lintasan benda dan hanya tergantung pada titik awal dan titik akhir lintasan; dan ketika titik akhir dan awal sama, kerja total yang dihasilkan sama dengan nol.

Contoh terbaik untuk memahami konsep ini adalah benda yang bergerak pada bidang miring, maka usahanya adalah perubahan energy potensialnya sehingga usahanya hanya bergantung pada massa benda (m), percepatan gravitasi (g) dan ketinggian bidang miring (h). Usaha tidak ditentukan oleh panjang lintasan bidang miring tersebut.

  • Sumber : Pembelajaran et.al., 2017
    Sumber : Pembelajaran et.al., 2017
  • Pada sub konsep hubungan antara energy potensial, energy kinetic dan energy mekanik. Siswa mengalami miskonsepsi karena memahami saat bahwa saat benda bergerak jatuh bebas maka energi mekaniknya tidak tetap karena mengalami perubahan energi potensial dan energy kinetik. Siswa memahami bahwa saat benda bergerak jatuh maka energy potensialnya berkurang karena ketinggiannya berkurang dan energi kinetiknya bertambah. Oleh karenanya energi mekanik yang merupakan penjumlahan energi potensial dan energi  kinetic juga pasti berubah.
  • Pada konsep yang benar menurut Serway (Raymond A. Serway, John W. Jewett, 2014) pada gaya konservatif maka energi mekanik adalah kekal. Jadi pada benda yang bergerak jatuh bebas, dimana gaya yang bekerja adalah gaya gravitasi yang merupakan gaya konservatif maka energi mekanik bersifat kekal atau tetap.

KESIMPULAN 

Miskonsepsi dapat menjadi penghalang bagi siswa untuk mendapatkan pemahaman yang benar dalam pembelajaran fisika. Miskonsepsi dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti faktor siswa, guru, metode pembelajaran dan buku sumber yang digunakan. Banyak peneliti yang telah melaporkan kejadian miskonsepsi dalam materi fisika. Penelitian ini mengungkapkan laporan contoh miskonsepsi pada materi fisika yang diajarkan di kelas X semester 1 di tingkat madrasah aliyah berdasarkan studi literatur dari beberapa jurnal yang relevan. Materi fisika yang dikaji miskonsepsinya adalah kinematika gerak lurus, gerak melingkar beraturan dan usaha energi.

Hasil studi literatur dalam penelitian ini melaporkan pada materi kinematika gerak lurus, siswa banyak mengalami miskonsepsi pada sub materi (1) perpindahan dan jarak, (2) kelajuan dan kecepatan, (3) kecepatan pada gerak jatuh bebas dan (4). Selanjutnya pada materi gerak melingkar beraturan, siswa banyak mengalami miskonsepsi pada sub materi (1) hubungan besaran gerak linier dan gerak rotasi pada gerak melingkar beraturan, (2) percepatan sentripetal dan (3) hubungan roda-roda. Kemudian pada materi usaha dan energi, siswa banyak mengalami miskonsepsi pada sub materi (1) usaha negatif dan positif dan (2) hukum kekekalan energi mekanik untuk benda yang meluncur pada bidang miring.

Saran yang dapat peneliti kemukakan setelah melakukan penelitian ini adalah (1) bagi peneliti lain dapat melengkapi kajian yang sama untuk materi fisika lain sehingga didapatkan pengetahuan tentang contoh-contoh miskonsepsi pada materi fisika yang terjadi di siswa madrasah aliyah khusunya atau seluruh siswa SLTA umumnya, (2) bagi guru, hasil kajian ini dapat dijadikan pengetahuan awal untuk menyusun tes diagnostik yang sangat bermanfaat untuk mengetahui tingkat miskonsepsi yang mungkin terjadi pada siswanya sehingga ke depannya dapat menentukan langkah perbaikan jika siswa tersebut mengalami miskonsepsi.


REFERENSI

 Annisa, R., Astuti, B., & Mindyarto, B. N. (2019). Tes Diagnostik Four Tier untuk identifikasi pemahaman dan miskonsepsi siswa pada materi gerak melingkar beraturan. Jurnal Pendidikan Fisika Dan Keilmuan (JPFK), 5(1), 25. https://doi.org/10.25273/jpfk.v5i1.3546

Halliday D, R. R. (2015). Fisika dasar jilid 1. PT Erlangga.

Kanginan, M. (2016). Buku Fisika SMA Kelas XI. PT Erlangga.

Maison, M., Lestari, N., & Widaningtyas, A. (2020). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Usaha Dan Energi. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 6(1), 32--39. https://doi.org/10.29303/jppipa.v6i1.314

Nasir, M. (2020). Profil Miskonsepsi Siswa pada Materi Kinematika Gerak Lurus di SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh. Jurnal Pendidikan Fisika, 8(1), 61--66.

Nurulwati, Veloo, & Ruslan. (2014). Suatu Tinjauan Tentang Jenis-Jenis Dan Penyebab Miskonsepsi Fisika. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 02(01), 87--95.

Pembelajaran, I., Teaching, C., Makassar, U. M., Keguruan, F., Ilmu, D. A. N., Studi, P., & Fisika, P. (2017). Implementasi pembelajaran contextual teaching and learning (ctl) berbantuan media visual terhadap hasil belajarfisika pada peserta didik kelas xi ipa sma negeri 2 pinrang.

Raymond A. Serway, John W. Jewett, J. (2014). Fisika untuk sains dan teknik buku 1. Salemba Teknika.

Rosnawati, L. (2021). Asesmen Diagnostik. Pendidikan Dan Pelatihan, 2020, 1--17.

Sari, I. P. M., & Ermawati, F. U. (2021a). Instrumen Tes Diagnostik Konsepsi Lima Tingkat pada Materi Gerak Lurus: Pengembangan, Uji Validitas dan Reliabilitas serta Uji Coba Terbatas. PENDIPA Journal of Science Education, 5(2), 152--162. https://doi.org/10.33369/pendipa.5.2.152-162

Sari, I. P. M., & Ermawati, F. U. (2021b). Instrumen Tes Diagnostik Konsepsi Lima Tingkat pada Materi Gerak Lurus: Pengembangan, Uji Validitas dan Reliabilitas serta Uji Coba Terbatas. PENDIPA Journal of Science Education, 5(2), 152--162. https://doi.org/10.33369/pendipa.5.2.152-162

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun