Mohon tunggu...
Yanuar Z. Arief
Yanuar Z. Arief Mohon Tunggu... Dosen - Warga Kalbar, bagian dari Komunitas Masyarakat Energi Terbarukan (KOMMET)

Warga Kalbar, bagian dari Komunitas Masyarakat Energi Terbarukan (KOMMET)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

PLTN, Limbah dan Masalahnya

22 Februari 2020   13:29 Diperbarui: 22 Februari 2020   21:14 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersumber dari Wikipedia, disebutkan bahwa Limbah nuklir berat/HLW ini menyumbang lebih dari 95 persen dari total radioaktivitas yang dihasilkan dalam proses pembangkit listrik tenaga nuklir. 

Limbah radioaktif dari batang bahan bakar bekas terutama terdiri dari cesium-137 dan strontium-90, tetapi mungkin juga termasuk plutonium, yang dapat dianggap sebagai limbah transuranic. Waktu paruh elemen radioaktif ini bisa sangat berbeda. Beberapa elemen, seperti cesium-137 dan strontium-90 memiliki waktu paruh sekitar 30 tahun. Sementara itu, plutonium memiliki waktu paruh yang dapat mencapai hingga 24.000 tahun. 

Waktu paruh (half-life) ialah waktu yang diperlukan sebuah material radioaktif untuk meluruh menjadi setengah bagian dari sebelumnya. Istilah ini umumnya digunakan dalam fisika nuklir untuk menggambarkan seberapa cepat atom yang tidak stabil hidup, atau berapa lama atom stabil bertahan, peluruhan radioaktif (radioactive decay).

Jumlah HLW di seluruh dunia saat ini meningkat sekitar 12.000 metrik ton setiap tahun. Setiap 1.000 megawatt PLTN diperkirakan menghasilkan sekitar 27 ton bahan bakar nuklir bekas (tidak diproses) setiap tahun. Pada 2010, diperkirakan sekitar 250.000 ton HLW nuklir disimpan secara global.

Kontroversi yang sedang berlangsung hingga kini adalah mengenai cara pembuangan limbah radioaktif berat yang masih menjadi kendala utama pada ekspansi global pembangkit listrik tenaga nuklir. 

Sebagian besar ilmuwan setuju bahwa solusi jangka panjang utama yang diusulkan adalah penguburan geologis dalam, baik di tambang atau lubang bor yang dalam.

Sehingga tahun 2019, tidak ada satu negara pun yang berhasil membuka gudang penyimpanan limbah nuklir tingkat tinggi yang benar-benar aman bagi publik seperti itu.

Amerika Serikat, negara yang memiliki PLTN terbanyak (98 PLTN), menyimpan sisa limbah nuklir  di "kolam bahan bakar bekas" (spent fuel pool). Kolam ini terbuat dari beton bertulang setebal beberapa inci, dengan pelapis baja. 

Kedalaman air biasanya sekitar 12 meter dan berfungsi untuk melindungi radiasi dan mendinginkan batang-batang kendali (control rods). Bahan bakar bekas tersebut biasanya didinginkan setidaknya lima tahun di kolam pendingin di sekitar lokasi PLTN sebelum dipindahkan ke tong-tong penyimpanan. 

Penyimpanan bahan bakar bekas di lokasi pembangkit dianggap sementara, dengan tujuan akhir adalah pembuangan permanen. Untuk saat ini tidak ada fasilitas untuk pembuangan limbah nuklir berat secara permanen.

Usulan pembuatan fasilitas permanen penyimpanan limbah nuklir berat di Yucca Mountain, yang terletak di Nevada, 160,9 km barat laut Las Vegas, AS adalah contoh yang baik dari masalah yang terkait dengan rumitnya pembuangan limbah nuklir ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun