Hal ini tentu sangat merugikan salah satu pihak yang mengalami. Bisa kita lihat dalam kehidupan pra-nikah dimana salah satu pihak bucin, maka bisa dipastikan ketika hubungan mereka berakhir ada yang merasa dirugikan.
Contohnya adalah ketika laki-laki yang bucin, memberikan apapun sampai mengorbankan semuanya, harta-pekerjaan-bahkan hingga keluarganya sendiri. Merasa sudah melakukan pengorbanan yang besar, eh akhir-akhirnya tidak jadi pula.
Apakah pihak perempuan yang rugi? Lalu kita ambil contoh ketika pihak perempuan yang bucin, kita bisa lihat seberapa maunya bahkan sampai terkadang ‘tubuhnya’ pun ikut tergadaikan atas nama ‘cinta’ itu, belum lagi kerugian secara mental dan materil.
Penyebab bucin banyak sekali, menurut pengalaman pribadi yang sudah mengalami bucin dua kali, bucin pertama bisa disebabkan karena menginginkan sesuatu yang berlebihan dari pasangan.
Misalnya adalah menginginkan perhatian yang sama, balasan yang sama, atau keinginan lain secara personal (misalnya ganteng, cantik, fisik, rupa, dll). Lalu yang kedua, bucin ditimbulkan karena takut kehilangan. H
al ini disebabkan karena kita tidak menginginkan berpisah atau kehilangan sesuatu yang menurut kita sangat kita inginkan. Apabila mendapat apa yang kita inginkan, terkadang kita berpikir harus menjaga dengan apapun yang kita miliki.
Ketiga adalah nafsu, karena kadang bucin timbul karena nafsu bisa tersalurkan dan ingin mengganti dengan yang lebih, dan juga apalagi takut kehilangan hal itu (penyaluran hal yang tidak baik). Keempat karena kita tidak yakin dengan diri sindiri dan merasa tidak ada yang bisa menerima kita selain pasangan kita saat ini.
Bisa dibayangkan betapa merugikannya fenomena bucin ini. Bisa dikatakan sebuah fenomena yang toxic atau sesuatu yang buruk.
Hal ini sangat merugikan salah satu pihak karena terlalu besar berkorban demi orang yang belum tentu berkorban untuk kita sendiri. Tentu akan menjadi tambahan beban mental, moriil, materi, bahkan hingga ke kehidupan personal yang terganggu.
Ingat kata Patrick Star “Pemujaan yang berlebihan itu tidak baik”.