Mohon tunggu...
Yanti
Yanti Mohon Tunggu... Administrasi - Dream until your dream come true

instagram: @yanti_id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjejak Serpihan Surga Raja Ampat (3)

30 April 2017   20:17 Diperbarui: 1 Mei 2017   17:41 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sorong, pintu gerbang menuju Raja Ampat

Harga menginap dihitung per orang, meskipun menempati 1 kamar yang sama. Harga sewa homestay sekitar Rp350-400 ribu/malam/orang, sudah termasuk makan 3 kali/hari. Sedangkan untuk penginapan yang lebih mahal bisa memilih resort dengan harga sewa mulai dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Kami memilih homestay dengan tarif Rp350 rb/malam/orang sesuai dengan budget kami yang pas-pasan. Fasilitas di homestay berupa makan 3x/hari, listrik dari genset menyala mulai jam 6 sore sampai sematinya, kadang jam 9 malam, jam 12 malam atau jam 2 pagi. Cukup untuk sekedar men-charge batere HP dan kamera. Lebih baik bawa kabel kord listrik sendiri kalau gadget yang di-charge banyak.

Kamar mandi disediakan terpisah dari kamar tidur, ada 2 kamar mandi dan 2 toilet yang dipergunakan bersama. Kamar mandinya berlantai pasir dengan batu diatasnya, sehingga air bekas mandi langsung terserap ke dalam pasir. Air untuk mandi diperoleh dari sumur, sedikit asin rasanya karena merupakan air payau. Air tawar untuk minum/masak biasanya diperoleh dari desa terdekat atau dari Waisai. Kami memilih kamar di atas air supaya bisa tidur ditemani suara ombak. Selama 4 malam di homestay, kami sama sekali tidak pernah bertemu dengan nyamuk. Tapi kalau mulai gelap, berbagai macam serangga selain nyamuk (yang saya belum pernah lihat) akan mulai aktif mendekati cahaya lampu. Biasanya di setiap kamar akan disediakan kelambu, meskipun kami tidak pernah menggunakannya. Lotion anti nyamuk/serangga ada baiknya dibawa.

Informasi mengenai harga dan lokasi penginapan bisa diakses di www.stayrajaampat.id. Di situs tersebut dicantumkan info mengenai no telpon, lokasi dan foto-foto homestay. Sebelum booking bisa tanya-tanya dulu ke pemiliknya baik melalui email atau sms/WA. Memang kadang balasnya agak lama karena sinyal yang sering tidak stabil.

Spot snorkling di depan homestay
Spot snorkling di depan homestay
Salah satu biaya yang cukup besar adalah sewa kapal untuk island hopping di area Raja Ampat. Selain karena harga BBM yang cukup mahal, lokasinya juga jauh, terutama menuju Wayag. Sebelum berangkat, kami beberapa kali kontak ke pemilik kapal dan homestay untuk biaya sewa kapal menuju Wayag, dipatok harga Rp10-13 juta/kapal dengan kapasitas 8-10 orang. Sedangkan untuk ke Piaynemo sekitar Rp5 juta. Harga yang cukup fantastis. Kami hanya pergi bertiga, dan belum ada kepastian bakal ada barengan ke Wayag/Piaynemo pada tanggal yang sama. Akhirnya kami memutuskan bergabung dengan opentrip untuk mengunjungi Wayag dan Piaynemo selama 2 hari. Selebihnya selama 5 hari kami tidak menggunakan tour untuk berkeliling Raja Ampat.

Homestay tempat kami menginap lokasinya bisa dikatakan sepi karena disekitarnya tidak ada homestay lain. Desa terdekat sekitar setengah jam menyeberang dengan kapal.  Bersama dengan kami, ada 4 orang turis asing yang menjadi penghuni homestay, dari Perancis, Polandia dan Denmark. Meskipun bahasa Inggris kami pas-pasan, kami sering ngobrol dengan mereka. Mendengar cerita mereka yang sudah menjelajah Indonesia dan negara lain. Kadang malu juga dengan mereka yang dari jauh sudah menjelajah Indonesia. Tapi di sisi lain, bangga dengan kekayaan Indonesia yang sudah dikenal sampai ujung dunia.

Ribuan ikan di spot snorkling desa Sauwindarek
Ribuan ikan di spot snorkling desa Sauwindarek
Selama di homestay, banyak aktivitas yang bisa kami lakukan. Biasanya pagi hari kami duduk di ruang makan menikmati sunrise dan sarapan. Ketika air laut sudah surut, waktunya snorkling di sekitar homestay. Kalau sudah capek snorkling, tiduran di hammock yang dipasang d teras kamar atau duduk di pinggiran jeti juga sudah menyenangkan. Yang tidak bisa dilakukan adalah jajan di warung karena sama sekali tidak ada warung di sekitar homestay. Kami mengandalkan makanan yang disediakan ibu pemilik homestay dan bekal snack yang kami bawa.

Kami memang tidak memiliki jadwal trip setelah kami berpisah dari open trip tour. Bahkan kami tidak punya rencana selama sisa 5 hari di Raja Ampat mau ngapain.

Kebetulan pemilik homestay seorang dive master dan beberapa kali mengantar turis asing di homestay untuk diving di beberapa spot dekat homestay. Kami bergabung dengan mereka tapi untuk snorkling. Pemilik homestay juga pernah mengajak kami ke desa sebelah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Sementara mereka belanja, kami di drop di Pantai Friwen dan dijemput lagi setelah selesai belanja. Trip dadakan yang tidak terjadwal kadang justru menyenangkan.

Sehari sebelum hari terakhir, kami menyewa kapal homestay untuk mengunjungi Arborek Kami sudah mengunjungi desa ini saat bergabung dengan opentrip namun karena sudah terlalu sore, air laut sudah mulai pasang dan arusnya cukup kuat. Beberapa orang mencoba untuk snorkling, namun mereka tidak dapat melihat ikan. Padahal jeti Arborek terkenal dengan pemandangan jutaan ikan di bawah jetinya. Desa Arborek lebih ramai dan banyak juga homestay di desa ini. Saya sempat kaget ketika saya ke toilet umum dan bayarnya Rp10 ribu. Ternyata di desa ini air yang digunakan untuk mandi/toilet berasal dari air tadah hujan karena tidak ada sumur, sedangkan kalau air minum di kirim dari Waisai. Waktu yang pas untuk snorkling di Arborek adalah siang hari ketika air sudah surut dan arusnya tenang. Ikan-ikan dengan berbagai warna dan ukuran akan dijumpai disini. Bahkan ikan-ikannya ada yang tiba-tiba melompat di permukaan.

Desa Wisata Arborek
Desa Wisata Arborek
Ada beberapa spot snorkling di sekitar Arborek yang kami kunjungi: Desa Sauwindarek dengan pantainya yang juga dipenuhi ikan, manta poin meskipun gagal ketemu manta ehh..malah ketemu mantan yang dibuang ke laut dan terakhir pasir timbul Mansuar, yang seperti pantai pribadi karena hanya kami pengunjungnya. Kami juga mengunjungi Pasir Timbul Mansuar 2 kali. Pertama berkunjung, pas hujan deras dan ramai pengunjung, sebagian pasirnya sudah tenggelam. Kunjungan yang kedua, hanya kapal kami yang disini. Pasirnya masih luas, air lautnya tenang dan langit cerah. Malah kami bertemu dengan hiu kecil yang berenang di pantai.

Akhirnya liburan kami harus berakhir. Kebetulan 2 teman bule kami juga sudah mengakhiri liburannya di Raja Ampat dan sama-sama akan ke Sorong. Hujan tiba-tiba turun ketika kapal meninggalkan homestay. Salah seorang teman berkata bahwa Raja Ampat menangisi kepergian kami. Sebenarnya bukan Raja Ampat yang menangis, tapi hati kami menangis harus meninggalkan keindahan Raja Ampat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun