Mohon tunggu...
Yang Gustida
Yang Gustida Mohon Tunggu... Guru - Teacher, konselor, traveler, mechanics, writer, researcher

Seorang praktisi pendidikan yang menyukai berbagai disiplin ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesenian Kuda Renggong sebagai Identitas Bermartabat yang Siap Go Internasional

10 Februari 2020   14:43 Diperbarui: 10 Februari 2020   17:27 3142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Personil untuk memeriahkan Kuda Renggong ini bisa mencapai 60 orang karena hanya mengutamakan irama yang teratur serta berulang dalam rangka mengiringi kuda. Adapun beberapa lagu yang biasa disajikan adalah lagu-lagu kawih kapasindennane seperti Kidung, Kembang Gadung, Kadipatenan, Samping Butut, dan Rayak-rayak.

Dalam perkembangannya, musik iringan Kuda Renggong ditambahkan dari kesenian Jidur (genjring dan bedug kecil), kesenian pencak silat (kendang besar dan kendang kecil atau kulanter, bende atau goong kecil dan tarompet) , kesenian ketuk tilu (tiga buah ketuk). Selain itu, lagu yang dibawakan selain lagu pembukaan ( kidung dan kembang gadung ) juga disajikan lagu dalam seni ketuk tilu dan pencak silat seperti buah kawung, cikeruhan, geboy, gaplek, dan sebagainya.

Ketika masa penjajahan Belanda, iringan musik Kuda Renggong terpengaruh musik berirama mars dari korps musik serdadu Belanda. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya alat musik tanji (suling klarinet) serta lagu yang disajikan berirama mars seperti musik untuk mengiringi derap langkah prajurit berbaris.

Dalam rangka memperindah tampilan agar sedap dipandang, kesenian Kuda Renggong diberikan tata rias serta busana khas bagi kuda serta penunggangnya. Zaman dulu, busana yang digunakan mengarah kepada busana bangsawan. Untuk saat ini, selain busana bangsawan banyak lagi pilihan bagi para penunggang Kuda Renggong seperti busana tokoh wayang serta busana modern pengantin gaya barat atau rias busana pengantin tradisional.

Senada dengan tata rias busana penunggang kuda, aksesoris dan busana kuda pada zaman dulu terkesan seadanya seperti hanya hiasan pada kepala dan pelana kuda. Namun seiring perkembangan zaman perangkat busana kuda bertambah seperti adanya Sela, Sangawedi, Apis Buntut, dan Eles. Selain itu, busana kuda tunggangan dalam pertunjukan Kuda Renggong diperindah dengan manik-manik, beludru, serta benang emas.

Meskipun telah banyak dikenal masyarakat Sumedang, pemerintah dan budayawan Sumedang ingin Kuda Renggong ini semakin meluas dan dikenal sebagai ikon Sumedang. Salah satu usaha yang dilakukan adalah mengadakan Festival Kuda Renggong. Kegiatan ini sejatinya merupakan agenda rutin Yayasan Kuda Renggong Sumedang (YASKURES) dan Dispabudpora Kabupaten Sumedang. Pada tahun 2018, peserta Festival mencapai 66 Kuda Renggong dari 22 kecamatan se-Kabupaten Sumedang.

Bukti perhatian dan keseriusan lain dari pemerintah daerah terhadap Kuda Renggong adalah melalui acara Hardfest Pesona Jatigede 2019 yang ke-3 di Sumedang, Jawa Barat. Dalam kegiatan ini tampil sebanyak 300 Kuda Renggong. Menurut Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir, kondisi tersebut merupakan kegiatan dengan jumlah Kuda Renggong terbanyak selama pagelaran acara diadakan dan tentunya itu merupakan hal yang positif.

Mengacu kepada data yang ada baik secara tertulis maupun wawancara dengan anggota dan tokoh masyarakat di Desa Cikurubuk, eksistensi seni Kuda Renggong masih terjaga karena peran berbagai pihak seperti masyarakat, seniman dan pengelola daerah yang berkepentingan dengan kesenian ini. Seni ini dinilai sangat penting bagi Sumedang karena seni Kuda Renggong telah menjadi sarana dalam berbagai kegiatan seperti upacara khitanan, gusaran, penyambutan tamu, hiburan dan pentas seni, serta sebagai salah satu mata pencaharian.

Dalam perkembangan yang terbaru, Seni Kuda Renggong telah ditampilkan pada upacara-upacara besar penerimaan tamu resmi baik dari luar daerah, dari Pemerintahan Pusat, tamu Asing, Wisatawan lokal serta atau Mancanegara. Lebih menggembirakan lagi, Kuda Renggong ditampilkan dalam gelaran pentas seni di Taman Mini Indonesia Indah, dalam Forum Festival Keraton Nusantara, bahkan sudah menjadi atraksi Calender Event Festival Kuda Renggong tiap tahun di Lingkungan Museum "Prabu Geusan Ulun" -- YPS. Dengan adanya pengakuan yang jelas serta legal, maka kesenian Kuda Renggong sebagai identitas yang bermartabat sudah sangat siap untuk go internasional.

Bupati Sumedang, H. Eka Setiawan ketika menghadiri Pesona Wisata Atraksi 111 Kuda Renggong yang dihelat di lapangan Darongdong, Desa Buahdua, Kecamatan Buahdua menyatakan bahwa penyelenggaraan atraksi kuda renggong saat itu selain dalam rangka melestarikan warisan seni dan budaya leluhur Sumedang, diharapkan akan mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan.

Senada dengan Bupati Sumedang, Doni Ahmad Munir selaku anggota Komisi X DPR RI yang membidangi kepariwisataan manyampaikan bahwa seni Kuda Renggong cukup potensial untuk menjadi daya pikat para wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Sumedang. Oleh karena itu, diharapkan tersedia semacam teater serta adanya jadwal tetap pertunjukan kuda renggong di Sumedang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun