Mohon tunggu...
Yang Gustida
Yang Gustida Mohon Tunggu... Guru - Teacher, konselor, traveler, mechanics, writer, researcher

Seorang praktisi pendidikan yang menyukai berbagai disiplin ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesenian Kuda Renggong sebagai Identitas Bermartabat yang Siap Go Internasional

10 Februari 2020   14:43 Diperbarui: 10 Februari 2020   17:27 3142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekilas ketika kita mendengar tentang Sumedang, langsung terbersit suatu makanan lezat dan murah yang dikenal dengan nama "Tahu Sumedang". Secara tidak langsung, itulah yang sebagian orang kenal dari daerah yang berada di Jawa Barat ini.

Tidak cukup kiranya ketika kita membahas Sumedang hanya dari sudut pandang kuliner berbahan Tahu yang rasa nikmatnya tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Selain itu, alangkah lebih baik apabila mengenal Sumedang melalui potensi yang lain. Mengapa bisa seperti itu?

Apabila kita mau mengulik Sumedang dari berbagai sudut pandang maka dapat ditemukan potensi menarik yang beraneka ragam. Selain dari unsur kuliner, berbagai potensi yang dimiliki berasal dari unsur demografi panorama alam yang indah, destinasi pariwisata yang menarik, dan seni tradisional yang tidak ada di daerah lain. Mengacu kepada berbagai potensi yang dimiliki, penulis tertarik untuk mengulik lebih jauh tentang Sumedang dari sudut pandang seni tradisional.

Seni tradisional Sumedang dilatarbelakangi oleh kehidupan sehari-hari masyarakatnya yang secara umum berkaitan erat dengan bidang agraris. Kebudayaan seni tradisional ini telah diberikan secara turun-menurun serta sarat akan nilai kehidupan, diantaranya seperti memohon keberkahan ketika musim tanam, selalu bersyukur ketika panen, menanamkan suka cita ketika mengolah hasil bumi dan lain sebagainya.

Adapun berbagai jenis kesenian tradisional yang tumbuh berkembang di Sumedang diantaranya adalah; Seni Karinding, Seni Beluk, Seni Gondang, Seni Genggong, Tari Umbul, Jentreng dan Kuda Renggong. Beragam kesenian ini pada umumnya menunjukkan nilai kehidupan yang mengarah kepada pertanian dan kehidupan sehari-hari masyarakat dari zaman dulu hingga sekarang.

Dari berbagai seni tradisional yang ada, penulis tertarik untuk membahas Kuda Renggong lebih jauh. Ada alasan yang sangat kuat mengapa Kuda Renggong dibahas lebih dalam. Pertama, seni tradisional Kuda Renggong merupakan satu-satunya jenis seni tari Sumedang yang mengikutsertakan kuda asli sebagai aktor utama dalam tarian. Seperti kita ketahui, sangat tidak mudah mengkombinasikan gerak tari antara manusia dengan hewan.

Kedua, seni tradisional Kuda Renggong yang telah dikenal sejak tahun 1910 ini masih terus dilestarikan dengan penuh antusias oleh para budayawan Sumedang, salah satunya adalah Supriatna (59) yang menyatakan harapan tinggi kepada para generasi muda untuk mampu menjadi penerus dan pelestari warisan seni budaya tradisional yang ada.

Seni tradisional Kuda Renggong yang berhubungan erat dengan kuda ini digambarkan dengan satwa kuda yang mampu menari. Dalam seni ini, kuda yang notabene hanya seekor hewan mampu menari dengan anggun dan menarik mengikuti irama musik. Irama musik dalam seni Kuda Renggong biasa disebut "irama tatabeuhan". Sungguh suatu hal yang di luar nalar apabila kita selama ini hanya berorientasi kepada sudut pandang terhadap kuda yang hanya seekor hewan tanpa "keterampilan".

Munculnya seni Kuda Renggong tak terlepas dari sejarah Sumedang yang menggunakan kuda sebagai alat transportasi dan alat perang. Seiring bergesernya waktu, peran kuda juga ikut menyesuaikan dengan kondisi yang ada dimana masyarakat menggunakan kuda sebagai alat dalam pacuan serta mengembangkan seni "menari".

Lebih tepatnya pada tahun 1910, Sumedang yang dipimpin Pangeran Aria Suria Atmadja mampu menjadi daerah yang kondusif di berbagai sektor. Kondisi yang menguntungkan ini turut dirasakan masyarakat khususnya para budayawan pada saat itu. Dalam suasana yang nyaman tersebut, Aki Sipan seorang pengurus kuda keraton diminta Pangeran Aria untuk melatih kuda agar mampu berbarais rapi dalam rangka mengarak cucunya keliling kota pada waktu acara khitanan.

Aki Sipan yang notabene warga Cikurubuk memiliki jiwa seni serta rasa cinta yang tinggi terhadap kuda mencoba berkreasi agar kuda tersebut mampu bergerak teratur sesuai perintahnya. Dengan ketekunan dan keahlian, kuda tersebut mampu mengangguk, mengangkat kaki dengan dinamis.

Kuda yang telah dilatih Aki Sipan tersebut ternyata mendapat respon yang positif. Masyarakat pada saat itu banyak yang senang dan terhibur karena kuda yang mereka ketahui hanya mampu mengangkut dan berlari tersebut ternyata mampu memperlihatkan perilaku "menari" sehingga dari sinilah asal mula munculnya seni Kuda Renggong. Sejak saat itu, seni Kuda Renggong menjadi tradisi bagi masyarakat Sumedang.

Istilah Kuda Renggong sesungguhnya berasal dari kata Kuda dan Renggong. Kuda disini artinya adalah hewan tersebut merupakan pemeran utama yang digunakan dalam seni tari. Renggong itu sendiri berasal dari metatesis kata ronggeng yang berarti kamonesan/keterampilan. Kuda Renggong dapat juga dikatakan sebagai suatu seni penampilan kuda dengan menggerakkan anggota badan menyesuaikan alunan musik.

Seiring dengan perkembangan waktu, Kuda Renggong semakin populer di kalangan masyarakat Sumedang meskipun pada masa penjajahan pernah juga mengalami kemerosotan. Pada perkembangannya, gerakan kuda dalam seni Kuda Renggong dikembangkan sedemikian rupa. Salah satu gerakan yang dikembangkan adalah gerakan seperti berkelahi melawan pelatih dengan gaya pencak silat. Dari perkembangan itulah muncul istilah lain dari Kuda Renggong, yakni Kuda Pencak.

Seni Kuda Renggong atau Kuda Pencak agar mampu menampilkan tontonan sekaligus tuntunan yang berkualitas memang tidak mudah. Proses memilah dan memilih kuda serta pelatihan yang tepat menjadi kunci keberhasilan. Kuda yang digunakan untuk kepentingan seni Kuda Renggong harus dipilih, dilatih, dipelihara dan diberi perawatan yang khusus.

Masyarakat Sumedang biasa membeli kuda di pusat penjualan kuda yang ada di Jawa Barat seperti Cimahi, Cijerah, Bogor dan Rancaekek. Adapun pembelian yang biasa dilakukan mengarah kepada kondisi Kuda atah (kuda yang belum mampu menari) dan Kuda jadi (kuda yang sudah pandai menari).

Menurut Bapak Mamat yang dikenal sebagai cucu Aki Sipan, memilih Kuda yang diperuntukkan untuk seni Kuda Renggong tidak boleh asal. Ada beberapa ketentuan yang harus dilakukan, diantaranya yakni pengamatan useran (kunciran), pengamatan ules (bentuk fisik kuda), pengamatan babangus (wajah kuda), dan pengamatan mata kuda.

Proses menghasilkan Kuda yang berkualitas tentu tidak mudah. Ada berbagai langkah yang panjang dan butuh ketelatenan. Beberapa langkah agar Kuda menjadi penari yang handal adalah dengan cara diinsyafkan atau proses melatih kuda agar menurut bila dikendalikan, pelatihan gerakan kaki dengan tujuan agar kuda mampu menyesuaikan langkah kaki dengan musik, dan tentunya pengenalan musik serta keramaian agar kuda tidak stres ketika tampil.

Adapun hasil yang menjadi target agar kuda mampu menjadi Kuda Renggong, yakni kuda harus mampu melakukan gerakan-gerakan seperti Adean (kuda lari ke kiri), Torolong (gerakan lari kuda dengan langkah pendek-pendek dan cepat), Derap atau Jogrog (gaya berjalan kuda dengan langkah cepat), Congklang (gerakan kuda lari dengan langkah kaki sejajar seperti kuda pacu), dan Anjing Minggat (gerakan langkah kuda setengah berlari).

Pemain Kuda Renggong pada umumnya laki-laki dewasa yang tergabung dalam sebuah kelompok yang terdiri atas; seorang pemimpin kelompok (pelatuk), beberapa orang pemain waditra, dan satu atau dua orang pemain silat. Para pemain tersebut harus memiliki keterampilan khusus karena pertunjukan kuda renggong bersifat kolektif sehingga membutuhkan kerjasama dan ketrampilan setiap pemain. Dengan adanya kerjasama dan kemampuan yang saling melengkapi, kuda yang menjadi kekhasan kesenian ini dapat melakukan atraksi sesuai yang diinginkan.

Beberapa jenis kuda yang biasa digunakan dalam Kuda Renggong berasal dari Kuda Renggong Blaster dan Kuda Renggong Sandel. Kuda Renggong Blaster merupakan jenis kuda hasil perkawinan silang kuda Sumbawa dengan kuda Australia. Kuda Renggong Sandel merupakan kuda yang berasal dari pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Upaya menambah semarak Kuda Renggong dilakukan dengan menjejali musik iringan yang khas. Awal kemunculan Kuda Renggong, iringan musik berasal dari kesenian Reak, dengan ensamble atau Waditranya terdiri dari dog-dog , angklung, kempul, goong, kecrek, dan terompet. Menurut Bapak Mamat, iringan musik Kuda Renggong di Cikurubuk berasal dari musik Balaganjur, dengan waditranya terdiri dari Terbang, dog-dog, angklung, kendang dan bedug.

Personil untuk memeriahkan Kuda Renggong ini bisa mencapai 60 orang karena hanya mengutamakan irama yang teratur serta berulang dalam rangka mengiringi kuda. Adapun beberapa lagu yang biasa disajikan adalah lagu-lagu kawih kapasindennane seperti Kidung, Kembang Gadung, Kadipatenan, Samping Butut, dan Rayak-rayak.

Dalam perkembangannya, musik iringan Kuda Renggong ditambahkan dari kesenian Jidur (genjring dan bedug kecil), kesenian pencak silat (kendang besar dan kendang kecil atau kulanter, bende atau goong kecil dan tarompet) , kesenian ketuk tilu (tiga buah ketuk). Selain itu, lagu yang dibawakan selain lagu pembukaan ( kidung dan kembang gadung ) juga disajikan lagu dalam seni ketuk tilu dan pencak silat seperti buah kawung, cikeruhan, geboy, gaplek, dan sebagainya.

Ketika masa penjajahan Belanda, iringan musik Kuda Renggong terpengaruh musik berirama mars dari korps musik serdadu Belanda. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya alat musik tanji (suling klarinet) serta lagu yang disajikan berirama mars seperti musik untuk mengiringi derap langkah prajurit berbaris.

Dalam rangka memperindah tampilan agar sedap dipandang, kesenian Kuda Renggong diberikan tata rias serta busana khas bagi kuda serta penunggangnya. Zaman dulu, busana yang digunakan mengarah kepada busana bangsawan. Untuk saat ini, selain busana bangsawan banyak lagi pilihan bagi para penunggang Kuda Renggong seperti busana tokoh wayang serta busana modern pengantin gaya barat atau rias busana pengantin tradisional.

Senada dengan tata rias busana penunggang kuda, aksesoris dan busana kuda pada zaman dulu terkesan seadanya seperti hanya hiasan pada kepala dan pelana kuda. Namun seiring perkembangan zaman perangkat busana kuda bertambah seperti adanya Sela, Sangawedi, Apis Buntut, dan Eles. Selain itu, busana kuda tunggangan dalam pertunjukan Kuda Renggong diperindah dengan manik-manik, beludru, serta benang emas.

Meskipun telah banyak dikenal masyarakat Sumedang, pemerintah dan budayawan Sumedang ingin Kuda Renggong ini semakin meluas dan dikenal sebagai ikon Sumedang. Salah satu usaha yang dilakukan adalah mengadakan Festival Kuda Renggong. Kegiatan ini sejatinya merupakan agenda rutin Yayasan Kuda Renggong Sumedang (YASKURES) dan Dispabudpora Kabupaten Sumedang. Pada tahun 2018, peserta Festival mencapai 66 Kuda Renggong dari 22 kecamatan se-Kabupaten Sumedang.

Bukti perhatian dan keseriusan lain dari pemerintah daerah terhadap Kuda Renggong adalah melalui acara Hardfest Pesona Jatigede 2019 yang ke-3 di Sumedang, Jawa Barat. Dalam kegiatan ini tampil sebanyak 300 Kuda Renggong. Menurut Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir, kondisi tersebut merupakan kegiatan dengan jumlah Kuda Renggong terbanyak selama pagelaran acara diadakan dan tentunya itu merupakan hal yang positif.

Mengacu kepada data yang ada baik secara tertulis maupun wawancara dengan anggota dan tokoh masyarakat di Desa Cikurubuk, eksistensi seni Kuda Renggong masih terjaga karena peran berbagai pihak seperti masyarakat, seniman dan pengelola daerah yang berkepentingan dengan kesenian ini. Seni ini dinilai sangat penting bagi Sumedang karena seni Kuda Renggong telah menjadi sarana dalam berbagai kegiatan seperti upacara khitanan, gusaran, penyambutan tamu, hiburan dan pentas seni, serta sebagai salah satu mata pencaharian.

Dalam perkembangan yang terbaru, Seni Kuda Renggong telah ditampilkan pada upacara-upacara besar penerimaan tamu resmi baik dari luar daerah, dari Pemerintahan Pusat, tamu Asing, Wisatawan lokal serta atau Mancanegara. Lebih menggembirakan lagi, Kuda Renggong ditampilkan dalam gelaran pentas seni di Taman Mini Indonesia Indah, dalam Forum Festival Keraton Nusantara, bahkan sudah menjadi atraksi Calender Event Festival Kuda Renggong tiap tahun di Lingkungan Museum "Prabu Geusan Ulun" -- YPS. Dengan adanya pengakuan yang jelas serta legal, maka kesenian Kuda Renggong sebagai identitas yang bermartabat sudah sangat siap untuk go internasional.

Bupati Sumedang, H. Eka Setiawan ketika menghadiri Pesona Wisata Atraksi 111 Kuda Renggong yang dihelat di lapangan Darongdong, Desa Buahdua, Kecamatan Buahdua menyatakan bahwa penyelenggaraan atraksi kuda renggong saat itu selain dalam rangka melestarikan warisan seni dan budaya leluhur Sumedang, diharapkan akan mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan.

Senada dengan Bupati Sumedang, Doni Ahmad Munir selaku anggota Komisi X DPR RI yang membidangi kepariwisataan manyampaikan bahwa seni Kuda Renggong cukup potensial untuk menjadi daya pikat para wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Sumedang. Oleh karena itu, diharapkan tersedia semacam teater serta adanya jadwal tetap pertunjukan kuda renggong di Sumedang.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemprov. Jabar, Hj. Ida Hernida menuturkan bahwa seni Kuda Renggong merupakan seni tradisional khas Kabupaten Sumedang diharapkan mampu menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kepada pemerintah. Ketika seni tradisional Kuda Renggong telah terdaftar menjadi WBTB dan tercatat di UNESCO, maka bantuan dari UNESCO untuk memajukan seni tradisional Kuda Renggong Sumedang akan mudah diperoleh.

Sumber Rujukan;

Agustina, Sylvia. 2012. Peristiwa Komunikasi Ritual Pada Pergelaran Seni Kuda Renggong Di Kabupaten Sumedang (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Peristiwa Komunikasi Ritual Pada Pergelaran Seni Kuda Renggong Di Desa Cibunar Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang). Skripsi: Perpustakaan UNIKOM
sumedangkab.go.id
jatinangorku
Pikiran Rakyat
Akun Kompasiana Elang Maulana
Bandung Bisnis
GPS Wisata Indonesia
Liputan6
Desa Cikurubuk
sumedang.online
kudarenggongsmd
Kemendikbud
Eljabar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun