Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pengalaman Kerja di Start-up Jadul Tanpa PHK dan Resign Sebelum Membesar

5 Juni 2022   13:33 Diperbarui: 5 Juni 2022   19:45 3588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerja startup. (Sumber gambar: unsplash.com/@socialcut)

Aneh banget, ya? Iya, aneh, tapi lama-lama akrab juga. Tim Indonesia bahkan akrab dengan salah satu foundernya, Kelly Choo, karena sebelum laporan dikirim kepada klien, harus disetujui olehnya lebih dulu.

Gaji dan Tunjangan

Dibanding start-up masa kini yang dikenal memberi gaji lebih besar daripada perusahaan mapan, gaji kami di start-up jadul itu bisa dibilang alakadar.  Tanpa THR Lebaran, Natal, bonus akhir tahun, dan lainnya yang biasa diberikan oleh start-up di Indonesia masa kini.

Jangankan tunjangan, cuti melahirkan untuk remote worker pun hanya diberikan satu bulan. Staf yang baru melahirkan boleh cuti lebih dari sebulan sampai puas, tapi dengan status unpaid leave.

Gaji team leader (setara supervisor) dengan anak buahnya hanya berselisih Rp800rb-Rp1juta saja. Kami dibayar dengan mata uang rupiah yang langsung ditransfer ke rekening masing-masing. 

Tidak heran turnover di start-up itu tinggi. Tim remote working dari negara lain bolak-balik ganti personel hampir tiap bulan.  Namun, tim Indonesia betah saja bekerja dengan take home pay minim, termasuk saya. Selama tiga tahun, hanya dua orang di tim kami yang resign.

Satu rekan saya yang master degree dari UI bahkan masih bekerja di sana sampai sekarang sejak dia gabung tahun 2010. Kini dia sudah kembali bekerja remote dari rumahnya di Jakarta.

Etos Kerja dan Hustle Culture

Ilustrasi bekerja dari rumah (diolah dari Canva).
Ilustrasi bekerja dari rumah (diolah dari Canva).

Jam kerja dimulai dan berakhir sesuai zona waktu di kota tempat para staf remote tinggal, tidak mengikuti zona waktu Singapura. Staf remote yang tinggal di Kuala Lumpur mulai kerja satu jam lebih awal dari staf di Jakarta, tapi lebih cepat juga mengakhiri jam kerjanya.

Rapat dilakukan via Skype dan kebanyakan berlangsung pada pukul 13.00 waktu Singapura supaya pekerja di zona waktu yang lebih lambat, telah makan siang lebih dulu sebelum rapat.

Walau jam kerjanya berbeda sesuai zona waktu di mana staf tinggal, tidak ada hustle culture. Staf yang masih bekerja di zona waktu berbeda boleh kirim email ke staf yang sudah selesai bekerja, tapi email itu tidak bakalan dibaca dan dibalas sebelum jam kerja dimulai esok harinya.

Hustle culture adalah kondisi dimana kita bekerja terus-menerus bahkan ketika sudah tidak berada di kantor. Sebelum tidur cek kerjaan, bangun tidur buka email lagi, di kantor kerja sungguh-sungguh, sampai rumah masih uplek-uplek dengan kerjaan kantor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun