Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hujan dan Kekhawatiran yang Terus Membesar

22 Maret 2024   07:23 Diperbarui: 22 Maret 2024   07:34 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Rasa takut atau khawatir memang tak bisa lepas dari manusia. Dalam setiap hal yang dihadapi manusia , rasa khawatir akan selalu menyertai. Yang membedakan hanyalah kadarnya. Ada yang kadarnya kecil, Ada juga yang kadarnya  besar hingga mengganggu setiap kegiatan yang dilakukan. Salah satu yang hal yang sering menghadirkan rasa takut adalah terkait hujan .

Ketika kecil , saat hujan turun. kita akan larut dalam tarikan kekuatan untuk bermain main di tengah butiran butiran air hujan yang turun. Dengan girang kita akan berlari larian. Meloncat loncat  kesana kemari . Waktu  kecil rasa takut terhadap hujan, bukan karena hujannya itu sendiri tetapi , akibat bermain air hujan.

Ketika kita pulang , dengan baju basah setengah kotor dan orang tua telah menunggu , berdiri di depan pintu. Tatapan mata yang biasanya penuh sayang  itu, mulai terlihat berubah. Seperti ada perasaan yang tertahan. Melihat baju kotor dan basah menempel di badan anak kesayangannya. Belum lagi ketika terlihat juga tas yang juga basah. Kita seperti ingin menutup telinga rapat rapat sebelum bibir  yang mulai menua itu bersuara. Kita juga ingin menutup mata , dan menghindar dari pandangan wajah yang terlihat marah. Kita pun diam tanpa melawan ketika tangan tangan yang biasa membelai itu, saat menarik kita dengan agak cepat ke arah kamar mandi.

Saat tumbuh  remaja dan ,beranjak  dewasa , rasa takut atau khawatir terhadap hujan , juga hadir. Takut di masa ini bukan terhadap sikap orang tua sebagaimana ketika kita kecil. Namun rasa takut yang di akibatkan adanya kekhawatiran , terganggunya semua rencana untuk menunjukkan eksistensi diri . Menunjukkan siapa sebenarnya kita.

Ada rasa khawatir ketika hujan mulai turun. Apalagi berangsur mulai deras . Khawatir hujan yang turun akan mengganggu perjalanan menuju ke kampus tempat belajar dan menambah wawasan. Khawatir karena hujan sampai di kampus terlambat, akibat jalanan lebih licin. Atau ada genangan-genangan  air yang membahayakan keselamatan perjalanan.

Ada rasa kekhawatiran   kita terlambat masuk ke kantor tempat kita bekerja. Yang berakibat penghasilan menjadi berkurang karena terkena potongan. Bahkan masih dapat tambahan surat peringatan.

Ada juga rasa khawatir karena, terganggunya acara kencan dengan pacar. Janji tepat waktu untuk datang bisa terganggu, bahkan bisa juga gagal sama sekali. Yang membuat kehilangan moment indah bersama pujaan hati , belahan jiwa. Kesempatan duduk berdua sambil bercerita panjang lebar kesana kemari pun sirna.

Lain lagi ketika kita sudah   menjadi dewasa, menjadi kepala keluarga . Yang didampingi istri dan dikarunia anak , Hujan pun tetap mendatangkan rasa khawatir. Kekhawatiran yang ditujukan kepada tugas kita  sebagai pelindung dan pengayom keluarga menjadi terganggu.

Ada rasa takut hujan deras yang mengakibatkan atap bocor yang airnya masuk ke dalam kamar. Air hujan yang masuk ke dalam kamar menjadi pengganggu kenyamanan orang orang yang harus dilindungi  kenyamananya  di rumah. Anak anak terganggu . Istri menjadi repot. Semua anggota keluarga menjadi  tidak nyaman.

Ada juga perasaan khawatir jika hujan yang cukup deras mengakibatkan tanaman-tanaman di kebun atau di sawah  rusak. Panen gagal. Yang akan berakibat terganggunya suplay kebutuhan pangan bagi banyak keluarga. Yang dalam kondisi tertentu bahkan bisa mengakibatkan kelaparan.

Sebagai orang dewasa yang peduli dengan lingkungan sekitar, Kekhawatiran  akan hujan dan dampaknya juga ada. Ada rasa takut  , akan terendamnya perumahan tempat kita tinggal. Tempat tinggal tetangga kita sekomplek yang telah hidup bertetangga sejak lama. Bahkan mungkin sejak orang tua sudah hidup bersama dan saling tolong menolong. Para tetangga yang sudah seperti saudara sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun