Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

Penyebab Usia Puncak Atlet Esports Lebih Muda dari Olahraga Lain

10 Oktober 2021   08:56 Diperbarui: 10 Oktober 2021   23:10 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas AoV Indonesia di Asian Games 2018. Foto: Kompas.com

Juara IFeL 2020 Rizky Faidan yang mewakili PSS Sleman, saat ini berusia 18 tahun.

Sebelum bermain untuk PSS Sleman, Rizky telah jadi finalis kejuaraan dunia Pro Evolution Soccer (PES) 2019 di markas Arsenal, Emirates Stadium, Inggris, saat usianya baru 16 tahun.

Kini Rizky telah kembali ke Thailand untuk bergabung lagi dengan tim esports Buriram United yang telah diperkuatnya sejak dia selesai tanding di Emirates Stadium.

Lalu ada Daffa AB. Juara di kelas Seeded A Indonesia Digital Motorsport Championship 2021 ini usianya belum genap 14 tahun. Dia kini telah dikontrak untuk jangka waktu tiga tahun guna memperkuat tim esports balap JMX Phantom.

Jika Rizky Faidan dan Daffa AB saja sudah menjadi pro (profesional) dan mendapat kontrak resmi, maka tidak heran jika di MPL (Mobile Legends Premiere League) Season 7 tahun ini ada beberapa pemain yang masih berusia 16-18 tahun.

MPL adalah liga Mobile Legends tertinggi di Indonesia, jadi semua pemainnya bberstatus pro seperti Rizky dan Daffa.

Legenda bulutangkis Susi Susanti meraih emas olimpiade Barcelona 1992 saat usianya 21 tahun. Sedangkan Alan Budikusuma waktu itu berusia 24 tahun. 

Pada statistik usia para pemain bulutangkis peraih medali emas yang ditulis oleh Badminton Bites, usia puncak pebulutangkis putri ada di usia 21-24 tahun. Sedangkan prime age pebulutangkis putra di kisaran 24 tahun.

Usia puncak gamer pro, menurut ESPN, ada di umur 18-19 tahun. Biasanya mereka mulai karir di usia 14-16 tahun, lalu pensiun di sekitar usia 25 tahun.

Itu sebab banyak gamer pro yang memilih tidak mengikuti sekolah formal atau menunda kuliah agar bisa optimal mencapai puncak karena rentang karir mereka sangat pendek.

Pada cabang olahraga lain, ada SMP-SMA Atlet di Ragunan, Jaksel, di bawah naungan Kemenpora, yang seluruh siswanya adalah atlet pelajar. Saya belum tahu apakah ada gamer yang sekolah di sana atau tidak.

Sekolah formal yang punya program esports sudah banyak. Pun ada sekolah esports untuk melatih anak-anak yang ingin jadi atlet esports, tapi sekolah untuk menampung atlet esports nampaknya belum ada.

Atlet esports perlu latihan 7-9 jam sehari bersama tim atau didampingi mentor, untuk melatih strategi, ketahanan fisik dan mental, juga penguasaan permainan.

Jika belajar di sekolah formal, sebagian dari mereka kesulitan mengatur waktu mengikuti sistem pendidikan di Indonesia yang masih menitikberatkan pada materi pelajaran yang banyak dan tugas yang bejibun.

Mudanya usia puncak atlet esports dibanding atlet olahraga lain utamanya karena kemampuan koordinasi mata dan tangan. 

Riset yang dilakukan ilmuwan olahraga dari German Sports University, Professor Ingo Frobse, membuktikan bahwa,

Atlet esports melakukan 400 gerakan per menit pada layar ponsel, keyboard dan tetikus. Semuanya asimetris karena kedua tangan digerakkan pada waktu yang sama dengan banyak bagian otak juga digunakan di waktu bersamaan.

Itu menunjukkan bahwa saraf para gamer saat bertanding berada dalam kondisi sangat tegang, bahkan dibandingkan dengan atlet tenis meja yang memang melakukan gerakan koordinasi mata-tangan intensitas tinggi.

Intensnya aktivitas saraf dan motorik pada atlet esports menyebabkan mereka lebih cepat mencapai puncak karir daripada atlet olahraga lain.

Namun, karena itu juga mereka lebih cepat mengalami kelelahan fisiologis, juga kelelahan psikologis karena latihan intensitas tinggi berjam-jam selama bertahun-tahun.

Rasa jenuh dan lelah itulah yang membuat gamer pro tersohor dari tim EVOS, Jess No Limit, pensiun di usia 25 dan kini jadi YouTuber game dengan penghasilan mencapai Rp4 miliar per bulan.

Langkah sama dilakukan oleh Kenboo dari tim RRQ yang pensiun di usia 22 tahun, kini juga jadi YouTuber game.

Jadi YouTuber adalah salah satu aktivitas yang banyak dilakukan para atlet esports setelah pensiun. Pilihan lainnya meneruskan kuliah, jadi pegawai kantoran, streamer (game yang kerap melakukan siaran langsung), komentator pertandingan esports, dan jadi mentor di tim esports.

Usia puncak gamer pro makin terlihat muda bila dibandingkan dengan atlet sepak bola yang peak age-nya ada di usia 27-29 tahun. 

Cristian "El Loco" Gonzales adalah pengecualian unik karena dia masih main di usianya yang sudah 45 tahun. Klub terbaru El Loco adalah RANS Cilegon FC yang mengontraknya setelah dia lepas dari PSIM Yogyakarta.

Usia puncak memang tidak mutlak. Ada atlet yang mencapai masa emasnya sesuai aktivitas normal fisiologis dan psikologis dunia olahraga, ada juga yang perlu waktu lebih lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun