Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

Penyebab Usia Puncak Atlet Esports Lebih Muda dari Olahraga Lain

10 Oktober 2021   08:56 Diperbarui: 10 Oktober 2021   23:10 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas AoV Indonesia di Asian Games 2018. Foto: Kompas.com

Pada cabang olahraga lain, ada SMP-SMA Atlet di Ragunan, Jaksel, di bawah naungan Kemenpora, yang seluruh siswanya adalah atlet pelajar. Saya belum tahu apakah ada gamer yang sekolah di sana atau tidak.

Sekolah formal yang punya program esports sudah banyak. Pun ada sekolah esports untuk melatih anak-anak yang ingin jadi atlet esports, tapi sekolah untuk menampung atlet esports nampaknya belum ada.

Atlet esports perlu latihan 7-9 jam sehari bersama tim atau didampingi mentor, untuk melatih strategi, ketahanan fisik dan mental, juga penguasaan permainan.

Jika belajar di sekolah formal, sebagian dari mereka kesulitan mengatur waktu mengikuti sistem pendidikan di Indonesia yang masih menitikberatkan pada materi pelajaran yang banyak dan tugas yang bejibun.

Mudanya usia puncak atlet esports dibanding atlet olahraga lain utamanya karena kemampuan koordinasi mata dan tangan. 

Riset yang dilakukan ilmuwan olahraga dari German Sports University, Professor Ingo Frobse, membuktikan bahwa,

Atlet esports melakukan 400 gerakan per menit pada layar ponsel, keyboard dan tetikus. Semuanya asimetris karena kedua tangan digerakkan pada waktu yang sama dengan banyak bagian otak juga digunakan di waktu bersamaan.

Itu menunjukkan bahwa saraf para gamer saat bertanding berada dalam kondisi sangat tegang, bahkan dibandingkan dengan atlet tenis meja yang memang melakukan gerakan koordinasi mata-tangan intensitas tinggi.

Intensnya aktivitas saraf dan motorik pada atlet esports menyebabkan mereka lebih cepat mencapai puncak karir daripada atlet olahraga lain.

Namun, karena itu juga mereka lebih cepat mengalami kelelahan fisiologis, juga kelelahan psikologis karena latihan intensitas tinggi berjam-jam selama bertahun-tahun.

Rasa jenuh dan lelah itulah yang membuat gamer pro tersohor dari tim EVOS, Jess No Limit, pensiun di usia 25 dan kini jadi YouTuber game dengan penghasilan mencapai Rp4 miliar per bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun