Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adopsi "My Body My Choice" dari Legalitas Aborsi sampai Menolak Vaksinasi

26 September 2021   12:19 Diperbarui: 26 September 2021   12:19 3218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Protes terhadap aturan hukum yang membatasi aborsi di Minnesota, AS. Foto: MP$ News File.

Mereka beranggapan macam-macam alat kontrasepsi ditujukan untuk mengekang perempuan, sedangkan jika lelaki berhubungan intim tanpa kontrasepsi dan terjadi kehamilan, tidak ada sangsi yang memaksa lelaki agar mengurus kehamilan dan anak yang lahir dari kehamilan itu.

Di Indonesia aborsi diatur dalam Pasal 346 KUHP. Namun, karena aborsi juga diatur dalam UU Kesehatan yang merupakan aturan khusus berdasarkan asas lex spesialis derogate legi generalis (Pasal 63 ayat (2) KUHP) maka yang dipakai untuk perkara aborsi adalah UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009.

Aborsi boleh dilakukan pada korban perkosaan dan perempuan yang mengalami kedaruratan medis. Karena itu perempuan (dan orang yang menyuruh dan membantu) aborsi tetap dijerat dengan KUHP jika dia tidak memenuhi syarat aborsi yang tercantum pada UU Kesehatan.

Di Korea Selatan, selain untuk melegalisasi aborsi, My Body My Choice juga digunakan untuk menolak pernikahan dan meminta persamaan upah antara pria dan wanita.

Walau kebanyakan feminis berpendapat bahwa hak aborsi harus diberikan kepada wanita, ada beberapa organisasi feminis yang anti aborsi.

Gerakan yang telah muncul sejak 1970-an di Inggris dan Amerika ini meyakini bahwa melanjutkan kehamilan lebih banyak manfaatnya daripada menggugurkan, selain bagian dari upaya mencegah kepunahan manusia. 

Masker dan vaksinasi

Ide My Body My Choice pada April-Agustus 2020 diadopsi oleh sekelompok orang di Amerika Serikat yang menolak dipaksa untuk memakai masker selama pandemi Covid-19. 

Ratusan orang di Indiana, Wisconsin, New York, Texas, dan Florida memprotes kebijakan wajib masker karena pemerintah tidak punya hak menyuruh apa yang harus dilakukan terhadap tubuh mereka.

Demonstrasi menolak kewajiban memakai masker di Kanada. Foto: montreal.ctvnews.ca
Demonstrasi menolak kewajiban memakai masker di Kanada. Foto: montreal.ctvnews.ca

Hal sama juga terjadi di Brisbane dan Melbourne, Australia. Ratusan orang memprotes lockdown dan pemakaian masker atas nama "tubuhku pilihanku".

Penolakan masker berlanjut ke vaksin. Jutaan orang di Amerika menolak divaksin dengan "berlindung" dibalik My Body My Choice. Mungkin orang Amerika termakan hoaks juga, atau benci banget sama presidennya sampai-sampai vaksinpun ditolak.

Meskipun menolak keras, menurut Pew Research Center dalam surveinya di bulan Agustus, jumlah anti-vaxxers (sebutan untuk orang-orang yang menolak vaksin) di AS sebenarnya tidak banyak. Orang yang ingin dan sudah divaksin jauh lebih banyak daripada yang menolak.

Penghapusan kekerasan dan diskriminasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun