Mohon tunggu...
yamin sila
yamin sila Mohon Tunggu... Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Undiksha

Sedang Menempuh Study Lanjut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kegelisahan Dunia: Menemukan arah di Era Ketidakpastian

13 Oktober 2025   13:57 Diperbarui: 13 Oktober 2025   13:57 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Mengaitkan filsafat pendidikan dengan isu dunia kontemporer

Mari kita telusuri bagaimana prinsip-prinsip filsafat pendidikan merespons beberapa isu dunia yang paling mendesak.

a. Perubahan iklim dan pendidikan ekologi

Perubahan iklim menuntut pendidikan yang tidak hanya menyampaikan fakta ilmiah, tetapi membentuk tanggung jawab ekologis. Filsafat pendidikan humanistik dan kritis mengusulkan kurikulum yang menumbuhkan kesadaran sistemik: dari etika konsumsi, pemahaman tentang interdependensi hidup, hingga partisipasi kolektif dalam mitigasi dan adaptasi. Pendidikan harus memungkinkan siswa memahami hubungan antara gaya hidup, ekonomi, dan kerusakan lingkungan serta bagaimana bertindak secara kolektif.

Implementasi praktisnya meliputi pembelajaran berbasis proyek (Dewey), kegiatan lapangan yang mengaitkan teori dan praktik, dan integrasi nilai-nilai lokal yang menghargai keharmonisan alam. Di sini pendidikan menjadi wahana transformasi budaya, bukan sekadar transfer pengetahuan.

b. Konflik geopolitik, perdamaian, dan pendidikan kewargaan

Dalam dunia yang rentan konflik, pendidikan bisa menjadi alat perdamaian. Pendidikan kritis mengajarkan analisis akar konflik dimensi ekonomi, ideologis, dan sejarah---sementara pendidikan demokratis (Dewey) menekankan dialog dan resolusi konflik. Pendidikan kewargaan harus memperkuat kapasitas siswa untuk berpartisipasi dalam proses demokratis, membangun toleransi, dan memahami hak asasi manusia. Di wilayah terdampak konflik, kurikulum harus sensitif trauma dan berfokus pada rekonstruksi sosial.

c. Disrupsi teknologi dan etika digital

Kecerdasan buatan, algoritma, dan platform digital mengubah hubungan sosial dan ekonomi. Pendidikan harus menggabungkan literasi digital dengan literasi etika: kemampuan membaca teknologi sekaligus menilai dampak sosial dan moralnya. Pendidikan filsafat (pertanyaan tentang nilai, makna, tanggung jawab) menjadi penting untuk mencegah dehumanisasi dan ketergantungan terhadap algoritma. Mengajarkan siswa mengkritisi sumber informasi, memahami bias algoritmik, dan mempertimbangkan implikasi etis penggunaan teknologi adalah kunci.

d. Ketimpangan sosial dan inklusi pendidikan

Ketimpangan global membutuhkan pendekatan pendidikan yang inklusif. Filsafat pendidikan kritis menyorot perlunya transformasi struktural untuk mengatasi ketidaksetaraan mulai dari akses hingga relevansi kurikulum. Pendidikan harus memberi ruang bagi suara marginal, mengajarkan solidaritas sosial, dan menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat bagi komunitas tertindas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun