Mohon tunggu...
Yakobus Asa
Yakobus Asa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Calon Imam, Kongregasi SSCC

Syarat untuk menjadi penulis ada tiga, yaitu: menulis, menulis, menulis – Kuntowijoyo. saat ini masih menempuh pendidikan di uiversitas sanata darma, kampus Teologi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Panggilan Menjadi Seminaris

2 November 2023   11:31 Diperbarui: 2 November 2023   11:33 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pannggung Pesta Emas, SMAS San Dominggo, Hokeng (Dok. pribadi)

Malam ini langit terlihat elok. Bintang-bintang bercahaya memeluk malam yang panjang. Malam ini adalah undangan terakhir bagiku untuk memutuskan pilihan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saat malam mulai menghening, tanpa berpikir panjang Aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di SMK Binakarya Larantuka. Pilihan ku tidak mencuri hati ibu. Ibu membujuk dan merayuku agar Aku melanjutkan pendikan di Seminari Menengah San Dominggo Hokeng,yang merupakan salah satu lembaga pendidikan calon imam di keuskupan Larantuka.

            “Nak mending kamu sekolah di seminari. Di sana banyak ilmu yang bisa kamu dapat dan pelajari, ilmu yang tidak dimiliki SMA di luar sana,” tegas ibuku.

“Ah Aku tidak mau, bu,” tegasku

“Mendingan kamu bersekolah di Seminari saja nak.” Suara lelaki yang Aku kenal terdengar dari ruang tengah,hendak melangkah menuju ke tempat duduk ku dan ibu.

“Di luar sana banyak pengaruh yang tidak baik buat perkembangan pendikanmu, lagi pula di Seminari banyak pembinaan karakter bagi setiap siswa sehingga kamu dapat dibina dan hidup dengan baik.” nasihatnya


“Iya,pak.” “Ya sudah,tidur sudah,” ucap bapak seraya berjalan pergi meninggalkan Aku dan ibu yang sedang duduk menatap kepergian bapak.

                                                                              ***

            Pagi yang indah, menyelimuti suasana desaku. Matahari yang terbit di timur memamerkan wajahnya, melewati gunung dan perbukitan dan memancarkan sinar ultraviolet yang menembus sampai ke sela-sela jendela kamarku,hingga Aku terbangun dari tidurku.

            Seperti biasa, ku berjalan menuju kamar mandi. langkah kaki sedikit terbata-bata. Akhirnya dengan air gunung nan segar saya berhasil membasahi seluruh tubuku. Setelah mandi dan menyiapkan diri Aku beranjak menuju teras rumah. Duduk sembari menikmati secangkir kopi panas buatan ibu. Tiba-tiba terdengar suara seorang lelaki yang ku kenal memanggil namaku dari samping halaman rumahku.

“Ogen…,” panggilnya

“iya Frater,” jawab ku dengan sangat soapn dan santai. Frater berjalan menghampiri ku di depan teras rumah ku.

“Sebentar sore kita main bola di lapangan,” ajak Frater dengan penuh semangat.

“Ok Frater.”

             Frater Andris adalah kakak sepupu ku yang saat ini menempuh pendidikan di seminari tinggi. Ia sangat lincah dalam bermain bola. Ia juga banyak bercerita tentang kehidupan di seminari, dan apa saja proses pembinaan yang ada di seminari.

“Selamat pagi Frater,” terdengar suara ibu ku dari dalam rumah.

“Selamt pagi juga ,Bi.”

“Kapan Frater pulang liburan?”

“Baru kemarin,Bi.”

“Oooh,”

“iya, Bi”

“Ya sudah Bibi tinggal sebentar ya.”

“Oh ok, Bi,” ibu pun pergi meninggalkan kami.

“Frater juga pamit pulang ya.”

“Oh iya, Frater.”

“Jangan lupa sebentar sore,” ucap frater seraya berjalan pulang menyusuri lorong di depan rumah ku.

“Ok, Frater,” jawabku sambil menekuk secangkir kopi di depan ku.

                                                                         ***

            Senja pun tiba tepat pada pukul tiga sore  Aku berjalan bersama Frater Andris dan teman-teman yang lain, berjalan menyusuri jalan desa yang sempit menuju ke lapangan. Pada pukul setengah empat pertandingan pun di mulai dan berakhir pada pukul enam tepat.

            Seusai bermain bola kami duduk di lapangan bola kaki dengan santai, menikmati keindahan langit senja di baluti awan kemerah-merahan.

            Frater Andris banyak bercerita tentang pengelaman pribadinya dan motivasi panggilanya.

Banyak sekali hal-hal menarik yang di ceritakannya, hingga membuat aku tertarik untuk masuk ke seminari. Salah satu cerita yang membuat Aku tertarik untuk masuk ke seminari, yaitu pada saat Frater Andris menceritakan tentang pengembangan bakat dan minat di seminari. Salah satunya adalah teater. Aku sangat suka teater dan Aku mau mengembangkannya di seminari.

            Setelah berbincang beberapa lama, Frater Andrispun bertanya kepadaku. “Di mana sekolah pilihanmu, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi?”

“Di SMK Binakarya Larantuka, Frater.” Jawabku.

“Tapi belum masuk sekolah Frater, soalnya masih di rumahkan karena wabah covid-19 yang semakin parah.” lanjutku

“Kalo begitu belum masuk dong,”

“iya, Frater.”

“Mendingan kamu sekolah di seminari,” ujar Frater.

“Pendaftarannya masih di buka ko,”

“tapi bagaimana Frater, soalnya Aku sudah mendaftar di SMK Binakarya, Frater.”

“Tapi kamu maukan untuk sekolah di seminari?” tanya Frater memastikan agar Aku tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan.

Setelah berpikir beberapa menit, Aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di SMAS Seminari Menengah San Dominggo Hokeng. Frater Andris tampak senang mendengar jawaban ku.

             Setelah berbincang selama beberapa jam,  kamipun kembali ke rumah masing-masing menyusuri jalanan yang sempit di desa kami. Beberapa lama menempuh perjalanan, kamipun tiba di rumah. Frater Andris dan Aku di depan teras rumahku, sambil menunggu kedua orangtuaku yang belum pulang dari kubur. Setelah menunggu beberapa menit tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara motor bapaku, hingga tiba di depan rumahku.

“Selamt malam Frater,” ibu dan bapaku bersamaan menyapa Frater.

“Selamat malam juga,” jawab Frater dengan sopan.

Lekas kedua orang tuaku masuk ke dalam rumah, Frater juga langsung memberitahukan kemauanku untuk bersekolah di seminari kepada kedua orangtuaku. Orantuaku tampak tidak percaya dengan pilihanku untuk bersekolah di seminari. Namun ketika mendengarkan penjelasan Frater, orangtuaku langsung senang dan ibuku langsung memelukku. Setelah berbincang dengan kedua orang tuaku, Fraterpun pamit pulang ke rumahnya yang letaknya tak jauh dari rumahku, menembusi lorong-lorong sempit dan gelap yang menyelimuti malam dingin.

                                                                           ***

           Tepat pada pukul tujuh pagi Aku bersama Frater Andris berangkat ke gereja untuk mengisi formulir pendaftaran siswa baru. Selesai pendaftaran Aku dan Frater Andris berjalan kembali ke rumah dengan hati gembira. Sesampainnya di rumah Aku langsung memberitahukan kepada kedua orangtuaku.

                                                                           ***

           Pada tanggal 14 desember 2020 Aku masuk ke Seminari Menengah San Dominggo Hokeng. Dengan hati yang sedih dan perasaan yang sendu, terpaksa Aku meninggalkan kedua orangtuaku yang berdiri menatap kepergianku tepat di depan pintu gerbang seminari. Ibuku meneteskan air mata melihat kepergianku. Dengan langkah perlahan dan pasti, Aku berjalan menyusuri lorong-lorong di seminari, hingga tiba tepat di depan asrama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun