Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tears In Escape

26 November 2015   13:45 Diperbarui: 26 November 2015   13:53 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Pekat kian mengelam di sekitarku, para bintang entah pergi kemana, temaram rembulan mengiringi gontai kakiku yang tak lagi bisa ku rasakan. Aku sudah terlalu lelah untuk mengenal rasa letih, terlalu jengah untuk berciuman dengan rasa takut, detik seakan mengerti apa yang ku alami, tapi aku tak menyalahkan takdir, tak menyalahkan Tuhan, melainkan diriku.

Menyebut nama Tuhan, apakah aku masih pantas menyebut nama-NYA?

Entahlah....

Aku bahkan tak ingat kapan terakhir aku menyebut nama-NYA semenjak terlanjur menikmati lingkaran neraka ini, yang aku ingat, hari itu.....

Sembilan Tahun Lalu, Aceh.....

"Gimana Ri?"

"Deg-degan nih, bener kan itu orangnya. Aku tidak mau salah nih!"

"Dia udah lama menjadi langgananku, nanti bilang saja kalau aku lagi ada urusan makanya kau yang menggantikanku. Tapi inget man, kau sudah yakin dengan jalan ini?" sekali lagi Rahman mengingatkanku, aku menghela nafas dalam lalu mengangguk mantap, "good, soalnya.....sekali kau masuk kau tidak akan bisa keluar dengan nyawamu. Jadi sekarang jangan ragu dengan langkahmu!"

Jantungku memang berdegup setengah mati, mukaku merah dan keringat dingin membanjir di sekujur tubuhku, apalagi ketika kapal yang ku tumpangi hendak berlabuh. Keringatku makin banjir saja sampai seluruh bajuku kuyup, dan aku harus mencari akal atau jalan keluar lain yang aman agar tak sampai kesergap. Mungkin hari itu aku hanya beruntung saja sebagai pemula, tapi karena keberhasilanku melakukan tugas pertama aku jadi semakin mantap dengan pilihanku saat itu. Aku sangat menikmatinya, menikmati profesiku, menikmati apa yang aku hasilkan, mungkin aku sudah lupa akan adanya akhirat karena terlalu hanyut dalam nikmat dunia, hingga sebuah mimpi mengerikan menghampiriku.

Mimpi itu, aku bahkan masih mengingatnya hingga detik ini. Sesosok bayangan hitam menghampiriku, dengan cakar-cakar yang tajam, seluruhnya hitam bahkan aku tak bisa melihat bagaimana rupanya selain pendar merah yang aku yakin itu dari kedua rongga matanya. Dan lagi, yang ada di tangannya, sebuah cemeti membara seperti lidah api yang di hujamkan bertubi-tubi ke seluruh tubuhku hingga hancur. Aku bahkan tak sanggup untuk mengingatnya meski aku tetap saja mengingatnya, mimpi itu tak hanya menghampiriku sekali, tapi berulang.

Empat Tahun Lalu....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun