Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Price of Blood #Part 1

3 Desember 2014   14:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:10 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Anak lelaki 12 tahun berambut coklat itu sedang asyik mengotak-atik laptopnya. Ia sedang melihat-lihat koleksi fotonya. Karena mendapat skorsing selama tiga hari maka hari ini ia tak keluar kamar setelah bangun pagi. Semalampun ia tak mampu memejamkan matanya. Ketika mamanya pulang malam karena ada lembur ia pura-pura sudah tidur.

Di dalam koleksi fotonya ada beberapa foto pria yang ia tabrak kemarin. Ia sengaja memotretnya dari majalah Times, beberapa tahun terakhir pria itu masuk majalah paling bergengsi sedunia karena aksi heroiknya di dunia internasional di bawah bendera PBB. Kenapa ia begitu tertarik padanya hingga mengoleksi fotonya segala?

Pria itu memiliki sesuatu yang sama dengan dirinya, selain itu anak ini memang mengidolakan pria itu padahal di Amerika sendiri juga banyak agen dari CIA ataupun Organisasi lain yang bisa ia jadikan idola. Ia bahkan tahu beberapa informasi pribadinya dan siapa pria itu sebenarnya, ia mencari tahunya sendiri. Meski tidak banyak yang ia temukan dari internet, karena sebagai agen pasti sebagian data pribadinya di rahasiakan. Beberapa informasi terbuka karena sejak beberapa tahun lalu banyak koresponden Internasional yang mengejar beritanya dan berhasil mendapatkan beberapa sehingga kerahasiaannya bocor. Terutama sejak aksinya menyelamatkan SekJend PBB di China bersama Charles Barnes sekitar 15 tahun lalu.

Pintu kamarnya terbuka, seorang wanita berusia 39 tahun masuk menghampirinya. Di tangannya ada sebuah kertas putih.

"Sammy, what is this?" tanyanya lembut menunjukan kertas itu.

Anak itu hanya melirik tanpa menjawab. Sang Ibu meletakan kertas itu di meja.
"Can you just stop to make any problem in your school?" kalimatnya mulai tercampur oleh amarah.

Putranya masih tak menyahut, wanita itu menghela nafas panjang.
"Please, how many times I have to tell you?"
"Mom...., I just want to get out from this country. Why not you just give my wish, I never ask anything from you. Just one things, and you never gave it!"

Wanita itu menatapnya dalam, ada genangan bening di matanya.

"Sammy, don't you understand. We live here, and here we were!" butiran bening itu mengalir. Ia berjalan mendekati putranya, meraih kepalanya dan memeluknya.
"I'm sorry, if I never been a good mother for you. I just......, I haven't ready yet." serunya, sekali lagi ia menghela nafas, " to comeback to Indonesia!"

Anak itu bisa merasakan kepedihan sang Ibu, tapi ia sungguh ingin keluar dari negara ini. Ia menyentuh tangan ibunya dengan lembut.
"I'm sorry Mom, I really am!" desisnya.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun