* * *
Kuhentikan mobil di halaman rumahnya, ketika diri ini muncul, senyum Magnolia menghilang.Â
"Van, kau....?"
"Nikho ada urusan penting, jadi aku yang akan mengantarmu," memang mobil Nikho yang kukendarai.
"Ouh," ekspresi kecewa kubaca di wajahnya. Segera kubukakan pintu untuknya, maklum saja-sejak mereka menjalani hubungan serius, selalu Nikho yang menemani Magnolia ke mana ia pergi.Â
"Sangat pentingkah hingga tak bisa kauwakilkan?" tanyanya ketika kami dalam perjalanan.Â
Aku tahu apa yang ada dalam pikirannya, Magnolia selalu resah dengan apa yang kami lakukan. Ia bahkan pernah mencoba membujuk agar Nikho meninggalkan dunia kami. Tapi semua itu tidak mudah, kami menggeluti dunia hitam ini tidak hanya setahun-dua tahun. Tapi bahkan sejak diriku remaja, semenjak tak ada seorang pun yang peduli padaku kecuali Nikho. Di saat semua orang menganggapku sampah, Nikho memberiku makanan, tempat tinggal, pekerjaan, bahkan dia menganggapku seperti adiknya sendiri, menjadikanku satu-satunya kepercayaannya. Hingga kami memiliki segalanya. Hingga kami, bertemu dengan wanita yang tak pernah kami bayangkan. Magnolia!Â
Satu-satunya wanita yang mampu mengubah hati Nikho, yang juga membuat hatiku bergetar. Tapi sungguh, aku tak berniat sedikit pun untuk hadir di antara hati mereka. Kebahagiaan Nikho adalah segalanya bagiku. Dan aku pun tak pernah berniat menggantikan Natasha dengan wanita lain. Aku ingin terus mencintainya meski dunia kami sudah berbeda.Â
"Van,"Â
Suaranya mengenyahkan lamunanku, "Ya... seperti itu!"Â
Magnolia kembali diam, melempar pandangannya sejenak ke luar jendela. "Semua baik-baik saja, kan?" desisnya.Â