Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Novelet] Magnolia

10 April 2019   09:44 Diperbarui: 27 April 2019   09:43 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         Part 8    

 

Prev,  Part 7

Nikho berdiri di depan pintu, sebenarnya ia ragu untuk menembus pintu di depannya itu. Namun ia sendiri bingung, mengapa rasanya ia justru terdorong oleh rasa penasaran untuk mengetahui siapa sosok yang ada di dalam ruangan. Seperti apa wanita itu hingga mampu mengalihkan Ervan dari bayangan Natasha?

Perlahan ia putar gagang pintu seraya mendorong pelan, dengan menahan nafas ia pun melangkah masuk. Ruangan itu hanya diterangi oleh lampu redup di kedua sisi dinding, sepertinya sengaja lampu utama tak dinyalakan. Seorang wanita yang tinggi semampai, dengan rambut indah tergerai membelakanginya. Wanita itu menatap ke luar jendela, ia mengenakan gaun hitam selutut. Menampakan kaki jenjangnya. 

Sebuah rasa indah menyapu hati Nikho, jantungnya tiba-tiba saja  berdebar. Aroma lembut parfum yang memenuhi ruangan, ia tahu siapa wanita itu. Tapi ia sudah memutuskan, lagipula wanita itu tak pernah menginginkan dirinya! Dan kenapa ia harus terjebak di sini? 

Ketika Nikho hendak membalikan tubuhnya, suara wanita itu menghentikan. 

"Kupikir kau tak akan menyerah semudah itu," 

Dan ketika Nikho mengembalikan pandangannya, Magnolia sudah menghadap padanya. Menatap dengan sorot amarah yang bercampur kerinduan. Juga ada kilat benci di sana! Dan dia, terlihat sangat cantik dalam temaramnya ruangan.

"Kenapa kau lakukan ini padaku?" suaranya agak bergetar, 

"Apa maksudmu?" tanya Nikho polos,

Magnolia menggerutu. 

"Kau yang memaksa masuk ke dalam hidupku, meski kau tahu aku tidak mau. Dan ketika aku mulai terbiasa dengan adanya dirimu, kau dengan seenaknya menghilang," suaranya agak lantang. 

Nikho melebarkan mata, ia sungguh tak mengerti!

Nafas Magnolia terlihat memburu, menampakan amarah.

"Kau sungguh bodoh, atau kau memang bajingan!" makinya kesal seraya menghampiri Nikho, dan kini mereka berpandangan dengan begitu dekat. Nikho hanya diam, ini pertama kalinya ada wanita yang berani memakinya seperti itu! Namun ia melihat ada embun bening di mata Magnolia-yang perlahan menggelinding meluncuri pipinya. 

"Aku selalu mencoba membencimu, ya... kulakukan itu. Karena aku takut," aku Magnolia yang membuat Nikho kian membisu. "Aku takut apa yang kutakutkan terjadi, dan kau tahu apa itu?" bibirnya bergetar oleh isak lembutnya yang mengisi keheningan beberapa saat.

"Jatuh cinta padamu,"

Mata Nikho melebar, dan perlahan tulangnya seperti mencair. Membuatnya ingin roboh, ia pikir wanita itu sungguh membencinya-karena siapa dirinya!

Bibir Nikho bergerak-gerak, tapi tak ada suara yang terlahir. Bahkan ekspresinya tak bisa dibaca, 

"Kucoba untuk mengingkari itu, tapi hatiku..." isaknya kembali pecah, membuatnya sulit berkata, "kupikir-aku bisa, tapi...." kalimatnya terhenti ketika tubuhnya terseret ke dalam dekapan Nikho. Dan tangisnya harus pecah ketika tubuh mereka menyatu. Tak ada kata lagi, karena Nikho pun tak harus menjelaskan apa-apa. 

* * *

Kuhentikan mobil di halaman rumahnya, ketika diri ini muncul, senyum Magnolia menghilang. 

"Van, kau....?"

"Nikho ada urusan penting, jadi aku yang akan mengantarmu," memang mobil Nikho yang kukendarai.

"Ouh," ekspresi kecewa kubaca di wajahnya. Segera kubukakan pintu untuknya, maklum saja-sejak mereka menjalani hubungan serius, selalu Nikho yang menemani Magnolia ke mana ia pergi. 

"Sangat pentingkah hingga tak bisa kauwakilkan?" tanyanya ketika kami dalam perjalanan. 

Aku tahu apa yang ada dalam pikirannya, Magnolia selalu resah dengan apa yang kami lakukan. Ia bahkan pernah mencoba membujuk agar Nikho meninggalkan dunia kami. Tapi semua itu tidak mudah, kami menggeluti dunia hitam ini tidak hanya setahun-dua tahun. Tapi bahkan sejak diriku remaja, semenjak tak ada seorang pun yang peduli padaku kecuali Nikho. Di saat semua orang menganggapku sampah, Nikho memberiku makanan, tempat tinggal, pekerjaan, bahkan dia menganggapku seperti adiknya sendiri, menjadikanku satu-satunya kepercayaannya. Hingga kami memiliki segalanya. Hingga kami, bertemu dengan wanita yang tak pernah kami bayangkan. Magnolia! 

Satu-satunya wanita yang mampu mengubah hati Nikho, yang juga membuat hatiku bergetar. Tapi sungguh, aku tak berniat sedikit pun untuk hadir di antara hati mereka. Kebahagiaan Nikho adalah segalanya bagiku. Dan aku pun tak pernah berniat menggantikan Natasha dengan wanita lain. Aku ingin terus mencintainya meski dunia kami sudah berbeda. 

"Van," 

Suaranya mengenyahkan lamunanku, "Ya... seperti itu!" 

Magnolia kembali diam, melempar pandangannya sejenak ke luar jendela. "Semua baik-baik saja, kan?" desisnya. 

Jujur, keresahan yang sama juga menggeluti hatiku. Belakangan sikap Nikho sedikit aneh, biasanya ia selalu mendiskusikan apa pun denganku sebelum bertindak. Dan sekarang ia mulai sering bertindak sendiri. Bahkan melarangku ikut serta, aku juga mulai curiga ada hal yang tidak beres!

Kulirik wanita di sampingku ini, terlihat kini ia menatapku penuh curiga. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" 

"Karena biasanya kau tahu semuanya, dan kau akan berbohong padaku untuknya," 

"Lia, aku juga merasa Nikho mulai aneh. Dia tak pernah merahasiakan apa pun dariku-sebelumnya, tapi kali ini aku merasa, dia memang menyembunyikan sesuatu," jelasku jujur.

"Sungguh?"

"Jujur aku bukan pembohong yang lihai, meski hidupku penuh dengan dosa," 

Ia kini menunduk. Entah apa yang dipikirkan! 

"Apa mungkin dia mau memiliki kehidupan yang baru bersamaku? Aku sudah terlanjur jatuh terlalu dalam, mencintainya-memang tidak mudah. Dan sekarang, aku tak bisa membayangkan hidup tanpa dia," airmata menggelinding ke pipinya, namun segera ia seka. 

"Kurasa kau harus siap untuk itu, karena maut bisa menjemput kami kapan saja," celetukku.

Ucapanku membuatnya menatapku tajam, "Kenapa kau katakan itu?"

Kuhela nafas, "Jika Nikho dan aku mati,"

"Cukup!" potongnya, "jangan katakan apa pun lagi, terlebih tentang kematian!" tegasnya.

Jelas terdengar ada luka dalam kalimatnya, ada rasa takut yang begitu besar. Akhirnya kami hanya diam sampai di toko bunga, dan kutinggalkan dia di sana.

Sampai dirumah kulihat Nikho sudah berada di ruangannya. Dia melamun, tapi menyadari kedatanganku dengan kerlingan.

"Kupikir kau pergi sampai malam,"

"Bagaimana dia?"

"Tidak terlalu baik,"

Nikho segera menatapku, "Dia sakit?" cemasnya.

Kepalaku menggeleng. 

"Lalu?"

"Nik, dunia kita penuh dengan resiko. Magnolia sadar akan hal itu, dia mulai resah!"

"Itu yang kupikirkan," sahutnya menyesap cairan dalam gelas di tangannya. 

"Apa kita bisa berhenti, meninggalkan semua ini?"

Nikho menjawab dengan matanya, dan kutahu  artinya.

"Aku kehilangan Natasha karena dunia biadab yang kita jalani, apa kau juga mau itu terjadi pada Magnolia?"

Nikho masih terlihat tenang meski keresahan juga tersirat di matanya.

"Sejak awal kau tahu resikonya, itu sebabnya-harusnya kita tidak bermain hati. Dan sekarang apa yang harus kulakukan?" 

Kulebarkan bola mataku, dan kulihat ada keputus-asaan dalam ucapannya. Ia menenggak habis minumannya, lalu membanting gelas itu ke lantai hingga berkeping. Baru kali ini kulihat Nikho begitu frustasi. Ia jauh lebih tak berdaya dibanding diriku. 

------o0o------

Next, Part 9 || baca juga, Part 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun