Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Merah Putih di Dada Kakek

12 Agustus 2015   16:07 Diperbarui: 12 Agustus 2015   16:17 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Aku percaya mas, tapi ini tidak adil!" tangisnya,

"Aku tidak punya bukti untuk membuktikan diriku sendiri, dan orang ini...dia memiliki kekuasaan di pemerintahan. Aku mau kau janji padaku, Ratih!" pintanya, "berjanjilah untuk iklas, biarlah dunia menghujatku asalkan bukan dirimu, asalkan bukan Tuhan, dan bukan tanah negeri ini. Kau harus kuat demi anak-anak, dan jauhi semua hal yang berbau pemerintahan!"

"Tapi bagaimana kami bisa hidup tanpamu!"

"Jadilah kuat, demi anak-anakmu. Berjanjilah untuk tidak menuntut atau mencoba mengungkap, aku tidak mau mereka menyakiti kalian. Berjanjilah!"

Ratih menangis tersedu, "aku-jan-ji!" isaknya, "kau tahu aku masih dalam kebenaran, kenang aku seperti aku yang kau ingat. Aku yang mencintai kalian, sama seperti aku yang mencintai Negeri ini, aku yang mencintai Merah Putih. Karena aku akan selalu mengenang itu sampai ke liang lahat!"

Ratih hanya bisa menangis tiada henti, bahkan sampai suaminya kembali di bawa masuk ke dalam sel.

Itu adalah percakapan terakhir nenek dengan kakek.

* * *

Dan percakapan itu nenek torehkan di lembaran usang yang sedang kubaca, yang basah oleh airmata nenek  saat itu, dan kini basah oleh airmataku yang tiada mau terbendung.

Kakek meminta nenek berjanji untuk diam, agar kami selamat. Agar nenek tidak tidak di sakiti, agar ayah dan paman-pamanku tidak juga di sakiti oleh orang yang menjebak kakek. Hingga aku pun ada, kakek berkorban....membiarkan dirinya di cela, membiarkan namanya tercemar, hanya agar kami tidak di buru oleh orang yang menjebaknya. Kakek berkorban untuk menyelamatkan kami. Kakek berkorban mencemplungkan diri dalam organisasi itu untuk mengungkap pengkhianat di dalam pemerintah, hingga ia terjebak. Dan semua pihak membencinya, dan aku....juga membencinya!

Betapa besar dosaku padanya, karena telah menyalahkannya atas semua kegagalanku. Aku berhutang beribu maaf padanya, begitupun negara ini, orang-orang yang menghujatnya. Dan kini, aku hanya bisa bersujud di pusara kakek, memohon ampun atas semua kebencianku. Kini aku tahu, seperti kata nenek,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun