Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [35]

2 Mei 2021   21:38 Diperbarui: 2 Mei 2021   21:44 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

  • BLACKPINK -- Hope Not
  • SEVENTEEN - Hug
  • MONSTA X -- I Do Love You
  • Ha Sungwoon -- I Fall in Love
  • BIG BANG -- If You
  • IU -- I Give You My Heart
  • Kim Seokjin -- I Love You
  • WANNA ONE -- IPU (confession version)
  • SUPER JUNIOR -- Let's Not
  • Standing Egg -- Little Star

SPECIAL APPEARANCE:

PARK YOONHA -> WINNER'S KANG SEUNGYOON

JUNG HYOEUN-> BLACKPINK'S LISA

MIN DONGHYUN'S POV

Mataku masih menatap ponselku dengan lekat. Aku memang mengantuk dan enak sekali kalau bisa tidur sekarang dengan perutku yang kenyang, tapi aku masih menunggu kalau saja Choeun noona akan membalas pesanku. Aku baru saja melapor padanya aku sudah selesai sarapan dan sekarang sudah di ranjang. Tapi dia belum membaca pesanku. Mungkin dia tertidur lagi? Namun perhatianku teralih ketika sibuk mengecek timeline akun Instagram-ku. Mataku semakin lama semakin melebar ketika aku membaca berita yang menarik seluruh perhatianku itu.

"HYONG! BACA INI!"

"Kau membuatku kaget, Donghyun. Ada apa sih?"

Dongsun hyong memang dari tadi duduk di hadapan mejanya dan mungkin sedang mengerjakan tugas kuliah (ya, meskipun ini hari Minggu) dan sekarang dia meninggalkan mejanya untuk mendatangiku yang duduk di tepian ranjang (aku terlalu kaget sampai kehilangan mood untuk berbaring lagi). Aku menyerahkan ponselku padanya dan dia tampak sama kagetnya denganku.

"Aku ingin mempercayai mereka. Sama seperti aku mempercayai kau dan Choeun noona."

"Tapi masalahnya bukan disitu, hyong. Bagaimana kalau Choeun noona membaca berita ini? Apakah dia bisa percaya seperti kita?"

"Hmm... dan para fans, ya? Mereka sepertinya mendukung sekali kalau mereka bersama..."

"Aku... aku benar-benar kesal..."

Aku memejamkan mataku dengan emosi yang naik lagi ke puncak kepalaku. Baru saja aku memperingatinya kemarin untuk tidak macam-macam... tapi sepertinya dia tidak peduli pada peringatanku. Aku menyesal aku menahan diriku semalam, kenapa tidak kunyatakan saja perasaanku pada Choeun noona? Dongsun hyong menyerahkan kertas dan pena padaku ketika aku membuka mataku.

"Biar aku ke apartemennya dan menanyakan langsung padanya."

"Tidak, Donghyun. Kau tidak seharusnya ikut campur dalam urusan pribadi mereka," tolak Dongsun, "siapa kau? Dan tidak bijaksana jika seluruh keluarganya melihatmu mengkonfrontasi Chungdae."

"Tapi hyong... ini benar-benar tidak bisa dimaafkan!"

"Aku tau, aku tidak membela Chungdae. Aku malah menyarankanmu mengecek Choeun noona dulu, atau setidaknya mengobrollah lagi dengan Chungdae, tapi di luar. Tanyakan dengan jelas padanya, apakah dia masih menganggap Choeun noona pacarnya atau apalah itu, asal jangan di apartemennya."

Aku masih menimbang-nimbang hal mana yang harus kulakukan dulu ketika aku mengambil ponselku dari tangan Dongsun hyong dan melihat ada direct message yang masuk di aplikasi Instagram-ku. Aku membuka dan membacanya, dari seseorang yang tidak kukenal, karena pesan itu muncul sebagai request. Memang biasanya aku banyak menerima pesan yang tidak begitu penting, tapi aku tetap membukanya tanpa membalasnya. Tapi rupanya kali ini isinya cukup penting.

MDhyun-ssi? Kurasa aku bisa membantumu tentang masalah Million Stars.

Bagaimana kalau kita bertemu hari ini?

Kamu bisa pilihkan tempatnya.

Rupanya Dongsun hyong ikut membaca pesan itu dari balik bahuku,

"Kurasa masalah ini lebih mendesak, Donghyun. Kita temui saja orang ini dulu, lalu kau bisa bertemu dengan Choeun noona atau Chungdae sesudahnya."

"Ayo hyong," ajakku sambil membalas pesan itu, "kita temui dia dulu."

***

MIN DONGHYUN'S POV

Aku memasuki sebuah coffee shop tak jauh dari rumah kami (kami bahkan hanya berjalan kaki kesana) dan mataku mencari kesana kemari pria yang berjanji akan menemui kami. Rupanya itu dia, duduk di tengah ruangan dan memakai kaos berwarna putih, seperti janjinya. Aku dan Dongsun hyong mendekatinya. Dia tampak terkejut tapi cukup cepat menguasai dirinya.

"MDhyun-ssi kan?"

Umurnya tampaknya tidak berselisih jauh dari kami, dan aku tersenyum ramah padanya.

"Ya, aku Min Donghyun, dan ini hyongku Dongsun."

Kami lalu duduk di hadapannya. Dia tampak menunduk dan memandangi jari-jarinya yang ditautkannya di meja.

"Sebenarnya aku tidak sengaja juga tau tentang ini. Awalnya aku tidak mau terlalu peduli, tapi kudengar pihak Million Stars jadi mencurigai samchon-ku... aku jadi tidak bisa tinggal diam lagi," jelasnya panjang.

"Samchon-mu?"

"Park Yoonjoon-ssi adalah samchon-ku. Perkenalkan, aku Park Yoonha, keponakannya yang juga bekerja di tempatnya."

"Ah, jadi kau adalah keponakannya. Jadi... apa yang terjadi?"

"Aku biasa bekerja di gudang dan mengecek persediaan stock dan pada hari itu..." Yoonha-ssi mulai bercerita lalu menyerahkan ponselnya pada kami, "mungkin kalian mau menonton videonya sekalian aku menceritakannya dengan detil."

Aku sudah selesai menyatat jumlah stock barang baru dan mengecek tanggal kedaluarsa tiap barang.

"Aduh, ada beberapa barang yang packaging-nya tidak baik, kurasa kami harus retur barang-barang ini..."

Aku mengambil ponselku untuk mengambil foto dan video beberapa barang yang kemasannya kurang baik. Lalu perhatianku terusik pada sebuah truk yang berhenti tepat di depan pintu masuk gudang. Setauku untuk hari ini, semua stock sudah masuk, karena barang-barang itu biasanya masuk sebelum jam 11 pagi, dan sekarang sudah hampir jam 1 siang. Dan aku baru saja melihat truk yang membawa barang keluar meninggalkan pintu belakang gudang, jadi kukira inilah truk yang baru memutar jalan itu. Aku baru berniat mendatangi truk itu, ketika aku melihat ada dua orang yang menghalangi truk itu, satu pria dan satu wanita. Supir truk kami turun untuk berbicara dengan mereka, dan aku dalam jarak yang bisa mendengar pembicaraan mereka.

"Mau kemana kalian bawa barang-barang ini? Million Stars, kan?"

Aku mendengar si pria yang tidak kukenal itu menanyai supir kami, dan tentu supir kami tidak bisa berbohong, karena kami menempelkan nama "Million Stars" di dasbor truk kami, karena memang truk itu akan kesana dulu sebelum ke tempat lainnya.

"Ya, ada apa?"

"Kami mau kalian menukar barang kalian dengan ini. Million Stars baru saja menghubungi kami dan mereka bilang untuk kali ini, mereka butuh bahan yang kami bawa ini."

"Tapi dari mana kalian?"

Entah bagaimana, aku merasa aku perlu merekam pembicaraan aneh ini. Aku tak yakin Million Stars ingin menukar barang tanpa menghubungi kami dulu. Jadi kuambil ponselku dan mulai merekam mereka.

"2 A.M. Kami tadinya menawari mereka untuk mengantarkannya langsung, tapi biasanya kami hanya bisa mengirim barang lewat dari jam 3 sore, tapi mereka bilang mereka butuh barangnya sekarang."

"Jadi barang mana yang akan ditukar?"

"Ini tanda terimanya. Kami sudah mengurus proses pertukaran barangnya dan mereka tetap membayar barang kalian juga. Kami akan ikut menanggung biaya perjalanannya. Barangnya disini."

Aku mengarahkan kameraku pada dua karung tepung yang berbeda merknya, tapi aku cukup mengenal barang itu juga, kualitasnya bagus. Aku masih merasa aneh karena aku yakin mereka mungkin tidak butuh tepung yang ini, tapi bisa jadi mereka membutuhkannya untuk mencoba resep baru. Lalu si pria menyerahkan amplop pada supir kami.

"Apakah biaya transportasinya cukup?"

"Ya, ini cukup. Ayo kita masukkan ke dalam."

"Tidak, jangan khawatir, aku bisa membantu kalian memasukkannya. Beri aku waktu beberapa menit."

Lalu pria itu mengangkat karung itu ke dalam truk kami. Wanita yang bersama pria tadi akhirnya berbicara juga.

"Terima kasih atas bantuannya."

"Ah tidak apa, kami kan hanya membantu mengantarkannya."

"Dan aku mengakhiri rekamannya karena merasa tidak ada yang aneh disitu. Ketika kami mengantarnya juga, tidak ada complain apapun mengenai barang-barangnya."

"Tunggu sebentar," ujarku, menekan tombol pause, "Ini Hyunah."

"Oh kau benar, itu Hyunah."

"Jadi kurasa masalahnya ada di tepung ini... aku hanya perlu mengeceknya dengan Bojin hyong."

"Yoonha-ssi, ini benar-benar membantu kami. Terima kasih atas bantuannya," ujar Dongsun hyong sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa, tolong bantu samchon-ku juga... bersihkan namanya."

"Kami akan berusaha keras."

***

MIN DONGHYUN'S POV

Kami sudah di Million Stars sejak 10 menit terakhir, dan kami di gudang menyelidiki semua stok tepung.

"Apa? Kalian tidak mengirimkan apa-apa pada kami tanggal 8 Oktober? Oh... begitu? Baiklah..."

"Bagaimana?"

"Memang benar aku memesan tepung baru dari perusahaan distributor 2 A.M... tapi kata mereka barusan, mereka tidak mengirimkan apa-apa pada kami," jawab Hyoeun-ssi bingung, "tapi aku benar-benar menelepon mereka kok, maksudku, nomornya benar. Oh ya! Mereka memang awalnya bilang barangnya kosong... tapi tak lama sesudahnya, mereka meneleponku lagi dan mereka bilang barangnya baru masuk. Jadi aku mengiyakannya..."

"Bisa jadi Hyunah punya koneksi di tempat itu, jadi bisa jadi mereka mengirimkan barang palsu, bahkan, tidak menggunakan nama 2 A.M," ujar Bojin hyong sambil berpikir keras.

"Baik, kita bisa serahkan ini pada polisi sekarang," putusku, "kita hanya perlu cari tepung mana yang bisa dijadikan barang bukti, lalu kita berikan video yang direkam Yoonha-ssi, itu sudah cukup kan?"

"Ya, ayo kita cari tepung yang bermasalah itu. Jangan lupa juga kita bisa mencari bukti dari 2 A.M kalau mereka tidak mengirimkan apapun pada kita hari itu," sambung Dongsun hyong yang langsung memeriksa tepung terdekat darinya.

"Dan mungkin kita juga butuh nota palsu yang diberikannya pada supir yang ada di video itu?" usul Hyoeun-ssi.

"Aku bisa mendapatkan semua itu. Aku akan keluar sebentar," putus Bojin hyong dan dengan cepat meninggalkan kami.

"Aku tidak mengerti," keluhku sambil mencium tepung di telapak tanganku, "mengapa Hyunah melakukan semua ini pada Choeun noona."

"Ya, aku juga tidak mengerti, kecuali kenyataan dia menyukaimu..." sambung Dongsun hyong, "kau tidak mau menemuinya?"

"Memang aku mau menemuinya."

Aku membersihkan tanganku dan mengambil ponselku di dalam kantong celana jeans-ku. Celanaku jadi agak keputihan ketika aku berusaha mengambil ponselku, dan mendadak aku marah lagi ketika aku melihat siapa yang meneleponku. Tapi aku harus menerimanya, toh benar aku juga perlu menemuinya.

"Yeoboseyo... ya. Baiklah."

Dongsun hyong memandangiku dengan tatapan bertanya.

"Chungdae hyong, dia mengajakku bertemu di atap apartemen."

"Baiklah, disitu tempat yang cukup aman. Jangan emosi."

"Aku pulang dulu, kalau begitu. Tolong beritau aku perkembangannya nanti, hyong."

Wah, aku benar-benar tidak menyangka aku melalui dua hari yang terasa sangat panjang di hidupku. Tapi aku berharap bisa menemukan semua jalan keluar dari permasalahan di sekitarku. Aku yakin kami punya cukup bukti untuk menolong Million Stars. Setelah bertemu dengan Chungdae hyong, aku hanya perlu bicara dengan Hyunah. Sosok yang akan kutemui sudah menungguku di atap gedung apartemen kami. Chungdae hyong kali ini tidak memakai penyamaran apapun, hanya membalut dirinya dengan beberapa lapis jaket.

"Aku disini."

"Sebelum kau bertanya padaku atau mengatakan apapun... aku ingin memberikanmu ini."

Aku mengambil flashdisk yang diserahkannya dengan pandangan bertanya.

"Manajerku menggunakan koneksinya, dan dia berhasil mendapat rekaman CCTV ketika orang suruhan Hyunah mencampurkan isi tepung dengan sesuatu dari sakunya, di dalam truk barang yang akan diantarkan ke Million Stars."

"Sebenarnya kami sudah punya cukup bukti, tapi terima kasih untuk tambahan buktinya."

"Dan sekarang kau boleh menanyaiku."

"Apa alasanmu bermalam di tempat Youngkyong?"

"Kau tidak menanyakannya pada Youngkyong?"

"Sudah, tapi aku juga ingin mendengarnya darimu, hyong."

"Aku memang ke tempatnya untuk curhat, dan aku mabuk, lalu kau tau hujan saljunya deras sekali semalam. Aku tidak bisa pulang karena aku harus menjaga image-ku."

"Dan sudahkah hyong jelaskan itu ke Choeun noona?"

"Aku... aku akan menemuinya."

"Temui dia malam ini. Kalau bisa, temui dia sekarang juga. Hyong, tolong... segala yang kau katakan kepadaku sekarang terkesan seperti alasan... hanya satu alasan di atas alasan yang lain. Aku bukan tidak percaya padamu..." ujarku sambil mendesahkan nafasku, lelah sekali, "aku ingin percaya padamu. Tapi tak taukah hyong, betapa sakitnya perasaan Choeun noona?"

"Dan aku tau kau menemaninya semalam."

Aku tidak terkejut bagaimana dia bisa tau tentang itu.

"Dan kenapa kau tidak melabrak kami seperti yang kau lakukan di malam event kampus kita? Apakah... itulah jawabanmu?"

"Aku akan menemuinya. Memang kami perlu bicara."

Dia berbalik dan berjalan menjauh.

Don't be sorry

Don't worry

Don't be scared

Now don't cry

To me

You're so precious

You can tell me

Today was tough

I am here

You suffered a lot

I love you

I will hug you

(SEVENTEEN -- Hug)

"Apakah kau lebih memilih karirmu daripada Choeun noona?" tanyaku, membuatnya berhenti berjalan sejenak.

Tapi lalu dia berjalan lagi tanpa menjawabku.

"Aku akan menjaga Choeun noona kalau kau tidak bisa melakukannya lagi!" teriakku pada punggungnya.

Aku tidak tau berapa lama lagi aku bisa bertoleransi atas sikapnya. Kurasa aku sudah berada pada puncaknya. Apapun yang terjadi dengan mereka, mungkin kali ini aku harus menjadi pemeran antagonisnya. Aku akan mengambil Choeun noona darimu, Chungdae hyong. Aku benar-benar akan melakukannya kali ini, dengan sepenuh hatiku.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun