Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.
- N. FLYING -- Spring Memories
- THE BOYZ -- Spring Snow
- Doyoung & Sejeong -- Star Blossom
- UP10TION -- Still with You
- Ha Sungwoon -- Think of You
- Bolbbalgan4 -- To My Youth
- EXO - Wait
- ASTRO -- We Still
- Jeong Sewoon -- When You Call My Name
- J_Ust -- You
BAEK CHOEUN'S POV
"AKHIRNYA!"
Sepertinya aku berteriak kencang sekali dan saat ini aku tidak duduk di kantorku melainkan di salah satu meja di halaman belakang sambil menikmati kopi dan kue red velvet yang enak sekali. Sangyoo-ssi berlarian ke belakang.
"Sajangnim, ada masalah?"
Aku melihatnya lalu ke beberapa pengunjung yang tampak kaget dengan teriakanku dan aku tersenyum tidak enak pada mereka.
"Bukan... aku... sebenarnya... baru saja mendapatkan tiketnya."
"Sajangnim sibuk sekali sejak satu jam yang lalu. Tiket apa sih?"
Sangyoo-ssi ikut melihat ke laptop yang menyala di hadapanku.
"Konser NU'EST! Aku belum pernah menonton konser di VVIP standing area dan aku perlu perjuangan keras untuk dapat tiket ini. Dan aku dapat dua!"
"Wah! Aku bisa mengerti kenapa sajangnim sangat senang. Selamat ya!"
Aku tau Sangyoo-ssi merujuk pada poster NU'EST yang kupajang di tembok kantorku. Setelah Sangyoo-ssi sibuk lagi, aku cepat-cepat mengirimkan pesan pada Chungdae. Sudah empat hari lamanya aku tidak bertemu dengannya. Dia sepertinya sibuk sekali dengan kuliahnya. Begitu dia pulang, dia bahkan cepat sekali tertidur. Sisi baiknya adalah dia tidak lagi menjadi pecandu online game sejak itu.
Chungdae yaaaaaaaaaaa
Apakah kau akan sibuk hari Minggu?
Kosongkan waktumu jam tiga sampai delapan malam
Kukira dia akan lama membalas pesannya karena dia ada jadwal kuliah, tapi pesanku cepat sekali dibalas.
Minggu? Memangnya ada apa di hari Minggu?
Ah mianhae noona, aku baru saja berjanji pada teman-temanku untuk ikut kompetisi basket hari itu
Acaranya dari jam satu dan mungkin akan selesai jam makan malam
Aku memandangi ponselku sambil bersungut-sungut. Kenapa dia sesibuk itu? Ya aku tau memang kemampuan olahraga dia sangat baik di cabang apapun, tapi bukan berarti dia harus ikut semua kompetisi kan? Padahal aku membeli dua tiket. Masa aku harus menjualnya dan pergi sendiri?
Sebenarnya aku mau mengajakmu nonton konser NU'EST
Mianhae noona
Aku akan membalasnya dengan kencan di minggu depannya ya
Nanti kau ikut kompetisi lagi
Hahaha tidak, noona
Aku janji
Ya sudah, jangan terlalu lelah ya
Tenang saja noona
I love you!
Aku tertawa dan membalas pesannya dengan emoji cinta sangat banyak. Tapi itu tidak menjawab masalahku tentang siapa yang akan kuajak pergi. Aku tak mau menganggu Eunyul eonni yang pasti akan menghabiskan akhir pekannya dengan Dongsun, karena aku tau mereka jarang menghabiskan waktu bersama juga. Apakah Bojin... ah, tapi Bojin ada shift di waktu itu. Bagaimana kalau... Donghyun? Tapi aku tak yakin... Dia suka K-Pop sih, tapi aku tidak pernah mendengarnya bicara lebih seru dari Chungdae soal ini. Tapi yah... boleh dicoba. Siapa tau aku beruntung.
Konser NU'EST?
Aku cukup suka mereka
Dan minggu sore aku juga kosong
Ayo kita pergi
Aku sampai membaca pesan itu berulang kali. Pesannya dibalas cepat sekali dan dia terlihat bersemangat. Syukurlah aku tidak jadi menonton sendirian.
Donghyun muncul di depan pintu apartemenku pada jam satu siang dengan memakai sweater hitam melapisi kemeja putih di dalamnya dan celana jeans panjang berwarna hitam juga. Penampilan itu sebenarnya biasa saja, tapi tidak terlihat biasa untuk Donghyun. Dia terlihat tampan dan bercahaya ketika dia tersenyum padaku.
"Noona... pakaianmu..."
"Peraturan menonton konser: jangan pedulikan kau cantik atau tidak, tapi kenyamanan adalah kunci nomor satu."
Donghyun mendengus tertawa mendengar penjelasanku. Aku sendiri mengikat rambutku ekor kuda, memakai kaos berwarna cokelat yang longgar dan celana pendek berwarna hitam. Aku juga membawa backpack yang sebenarnya isinya hanya dua botol air, dua lightstick dan beberapa bungkus snack. Aku dan Donghyun bisa menghabiskan ini selagi menunggu antrian.
"Ya, kurasa noona sangat nyaman dengan pakaian itu dan... sport shoes kan? Bukan high heels?"
"Tentu saja. Dan aku sudah membelikanmu lightstick juga. Itu benda yang kau harus punya ketika menonton konser."
"Baik, sebagai bayarannya atas segala yang gratis hari ini," mendadak dia melepas tas dari punggungku, "biar aku saja yang membawanya."
Aku tersenyum lebar, "ide yang bagus. Ayo kita pergi!"
Aku menarik lengannya dengan tidak sabar.
Konser yang berlangsung dua jam sepuluh menit itu akhirnya berakhir pada jam delapan malam kurang sepuluh menit. Konsernya sangat memuaskan, aku menggila sepanjang menontonnya. Aku berteriak, melompat dan beberapa kali memukuli Donghyun. Donghyun beberapa kali bersorak, tapi dia tidak melompat seperti aku. Sekarang aku merasakan efek lompatanku karena kakiku pegal sekali. Aku berjalan perlahan keluar dari area stadion ke jalanan yang ramai. Jalanan dipenuhi penonton dari konser yang masih membahas segala hal yang berhubungan dengan konser tadi.
"Noona? Apakah noona lapar? Kita mampir dulu atau aku akan langsung mengantarmu pulang?"
"Aku lapar, tapi aku juga pegal."
Donghyun berhenti berjalan dan menoleh karena aku tertinggal. Pasti aku terlihat berantakan sekali sekarang karena aku juga berkeringat. Donghyun tertawa sambil menghampiriku.
"Apa? Kau mau mengejekku?"
"Hmm... aku..."
Dia tidak mengatakan apapun tapi masih tertawa. Dia masih membawa tasku, tapi saat itu dia memindahkan tas itu ke dadanya dan berjongkok membelakangiku. Ini bukan yang pertama kalinya untukku, dan mendadak aku ingat apa yang Chungdae lakukan untukku di subway station beberapa tahun yang lalu. Aku mendengus tertawa karena sekarang Donghyun melakukan hal yang sama untukku.
"Dan aku akan menjadi kakimu juga sebagai balas budi untuk segala yang gratis hari ini."
Aku tertawa lagi dan melompat ke punggungnya, tapi dia dengan sigap melingkarkan lengannya di kakiku.
"Baiklah, kuda, aku mau ke kafe untuk malam ini. Ayo kita makan disana tapi kali ini kau yang traktir," ujarku sambil memeluk lehernya.
Kudengar tawa Donghyun lagi ketika dia menjawab, "baik. Kuda siap berangkat!"
Dia membopongku hingga kami sampai di subway station dan ketika kami keluar lagi untuk pergi ke caf, dia membopongku lagi.
"Apa yang terjadi?" tanya Bojin ketika kami sampai di caf yang hanya tersisa sedikit pengunjung.
"Tidak apa-apa, aku hanya pegal-pegal karena menonton konser dengan terlalu bersemangat," jawabku sambil tertawa.
Bojin juga tertawa sesudahnya, "perlu bantuan?"
"Bawakan menu ke atas ya."
"Noona, apakah berat badanmu bertambah? Rasanya aku juga ikut pegal-pegal sekarang."
Aku menjitak kepala Donghyun keras sebelum dia meletakkanku di sofa. Dia sendiri langsung merebahkan diri di atas karpet.
"Enak saja. Mungkin ini karena kamu sudah semakin tua."
"Noona, aku belum 20 lho."
"Terserah. Aku lapar, cepat pesankan aku banyak makanan."
"Kurasa aku akan pesan jjajangmyeon, kimbap, lalu... beberapa kue, noona mau?"
"YA TENTU!" seruku senang.
Sesaat kemudian meja di hadapan kami dipenuhi beberapa piring kue, beberapa roll kimbap, beberapa cangkir minuman dan dua mangkok jjajangmyeon yang semuanya kami habiskan hanya dalam waktu setengah jam. Aku mengurut-urut pelan kakiku yang terasa pegal.
"Kurasa umurku sudah tidak cocok untuk menonton di standing area," keluhku.
Donghyun tertawa, "lihat siapa yang mengaku sudah tua."
"Aku Cuma bilang umur, aku tidak bilang aku tua!"
"Ada obat untuk mengurut kaki noona?"
"Kurasa ada, tolong ambilkan di laci paling atas."
Ketika membawakan obat itu, kukira dia akan memberikannya kepadaku, tapi Donghyun malah duduk di karpet lagi di hadapanku, lalu mengambil kedua kakiku untuk diletakkannya di pangkuannya. Dia membuka obat oles itu dan mengoleskannya di kakiku.
"Masih sebagai bayaran hari ini."
Aku tertawa atas inisiatifnya, "tolong pelan-pelan saja ya."
Enak sekali rasanya ketika tangan Donghyun memijat kakiku yang pegal. Ketika dia mengurut kakiku, kami berdua diam dan aku memandanginya dengan seksama. Aku bersyukur aku tidak kehilangan dia meski aku pernah melukainya dengan begitu kejam. Meskipun aku tidak tau apakah dengan tetap dekat dengannya seperti ini aku membuatnya bahagia atau malah melukainya lebih dalam, aku tak bisa membayangkan hidupku tanpa dia di sekelilingku. Karena aku menyadari, ini aneh, tapi aku lebih sering bersamanya dibanding Chungdae. Lalu aku merasa nyaman... merasa sangat nyaman...
"Choeun noona..."
Aku ingin membuka mataku, tapi kelopak mataku terasa berat sekali. Itu suara Donghyun. Apakah dia masih bersamaku?
I thought that it wouldn't affect me
Always waiting for you even at the end
The white world melts
The withered petals ripen into blue
Breathing while letting out scent
Everything changed after meeting you
The time when it was cold
As if it was decided towards me
You approach with a warm smile and embrace me
Spring that I'm experiencing for the first time
With different memories in the same place
We look at the sky surrounding us
Snowflakes fall towards me
Every time
I walk with you
My winter is beyond time
Now I meet you, who's like spring
One by one, I fill up with you
Through the time
My season that's filled with you goes beyond time
We'll always be together
At the end of winter
You approach me
The long winter has passed
Come to me with the spring of yours
Melt me and look at me with your eyes
And I hope our season doesn't change
I'm always grateful
For you who come to me
Even if the moment of you and me passes by
Even in those lonely moments
It's fine now as it's no longer cold
Gently, the spring snow kisses
Oh baby
When I open my eyes it's filled with you oh baby
In my winter, you approach me
(THE BOYZ -- Spring Snow)
"Aku... aku tidak bisa melupakan noona. Setelah beberapa tahun berlalu, aku malah semakin mencintaimu. Apa yang harus kulakukan dengan perasaanku?"
Aku masih belum bisa membuka mataku. Apakah benar yang dikatakan Donghyun? Jika benar, berarti berada di dekatku malah melukainya... karena dia sering melihatku dan Chungdae bersama.
"Aku tau noona tidak bisa membalas perasaanku. Biarkan aku tetap mencintai dan menjaga noona seperti ini ya? Aku hanya takut aku tak bisa menyembunyikan perasaan cemburuku setiap aku melihat noona bersama dengan Chungdae hyong. Tapi akupun tak ingin menjauh darimu."
Dan akhirnya aku bisa membuka mataku, dan aku melihat Donghyun memandang lurus ke wajahku sambil tersenyum... dan air mata mengalir dari matanya pada saat yang bersamaan.
Aku membuka mataku sekali lagi dan cahaya lampu yang terang membuat mataku sakit sesaat. Apa itu tadi? Aku menoleh dan melihat Donghyun tertidur. Sejak kapan aku ada di sofa? Donghyun duduk di lantai tapi kepalanya terkulai di sofa. Dia tertidur dengan wajah yang terlihat sangat damai. Kasian, dia pasti juga sangat lelah hari ini tapi dia masih mengurut kakiku tadi. Aku terus memandangi wajahnya... lalu perlahan tanganku mengelus pelan rambutnya... lalu dengan jari telunjukku aku menyentuh garis hidungnya... lalu bibirnya. Tunggu, apa yang kulakukan? Aku mendesahkan nafas dengan panjang dan lelah. Apakah yang tadi itu hanya mimpi? Ya, mungkin yang tadi itu hanya mimpi... tapi bagaimana dengan perasaanku sendiri? Bolehkah aku jujur kalau aku masih merasa begitu nyaman setiap aku berada di dekat Donghyun? Terkadang, tanpa aku bisa mengontrol diriku sendiri, jantungku bisa berdebar keras ketika dia membuatku senang. Aku takut mengakuinya, karena seharusnya aku tidak boleh merasakan ini. Aku sendiri takut aku tidak bisa mengendalikannya, terutama ketika kami sedang menghabiskan waktu bersama. Namun untuk malam ini, kurasa diapun tak akan tau kan? Dia tak akan dengar kan?
"Donghyun, kurasa aku juga masih mencintaimu."
***