"Tidak pernah," jawabku sambil tertawa lalu membalikkan badannya dengan memegang kedua bahunya, "puji aku lagi nanti. Kita harus bekerja sekarang."
"Baiklah. Jangan pulang sampai kafenya tutup ya," pinta Choeun noona.
Aku tertawa menanggapinya, "baik, aku akan pulang denganmu malam ini."
Jujur saja aku bukan tipe orang yang suka menjadi pusat perhatian (kecuali saat aku berolahraga) dan bekerja di Million Stars membuatku menerima banyak perhatian. Tapi setidaknya sekarang semua gadis tidak akan mengerumuni si barista lagi, karena sebagian dari mereka sekarang mengejarku: ada yang minta foto, ada yang minta akun media sosialku, ada yang minta kontakku (yang tidak akan kuberikan), bahkan ada yang mengajak berkenalan. Tapi ketika aku mencuri pandang ke arah Choeun noona, dia tersenyum padaku. Aku rela melakukan apapun asal kau bahagia, noona. Dan asal kau tidak melihat ke orang lain.
"Dari mana saja kau, Donghyun?"
Aku kaget karena sudah hampir setengah dua dini hari saat aku masuk ke kamar, Dongsun hyong belum tidur. Dia terlihat sibuk dengan ponselnya meski matanya terlihat mengantuk. Aku mengganti pakaianku dengan ogah-ogahan.
"Dari Million Stars. Aku membantu disana dan tadi mengantar Choeun noona pulang."
"Ah kudengar kafenya ramai sekali pada akhir pekan. Tadi Eunyul noona juga cerita soal kafenya," jelas Dongsun hyong, "aku besok akan kesana, sudah janji dengan Eunyul noona. Apa kau mau ikut?"
"Tentu! Ajak aku!"
Aku melempar diriku ke ranjang yang membuat Dongsun hyong bergulung menghindar tepat pada waktunya.
"Hyong tau tidak? Ada barista baru disana. Dan dia tampan sekali, dia tampak seperti Jin, personel BTS itu."
