Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [1]

18 Oktober 2020   13:52 Diperbarui: 18 Oktober 2020   13:54 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sebelum saya pindah ke Seoul, saya lahir dan dibesarkan di Icheon. Ketika lulus sekolah, saya belajar menjadi barista disana dan sempat bekerja selama dua tahun sebelum pindah ke Seoul."

"Apakah Anda pindah ke Seoul karena masuk ke Hyojae?"

"Dengan uang tabungan saya, saya pindah ke Seoul untuk mengambil kursus bahasa dan beberapa kursus lainnya supaya saya bisa lulus dan mendapatkan beasiswa di Hyojae," jelas Bojin, "dan saya berhasil mendapatkannya dalam setahun."

"Wah, Anda luar biasa sekali. Setau saya, cukup sulit mendapatkan beasiswa di Hyojae. Bolehkah saya tau alasan Anda mengapa tertarik menjadi seorang barista?"

"Sudah sejak SMA saya suka minum kopi. Saya juga mencoba meracik kopi untuk orangtua saya dan mereka menyukai kopi racikan saya. Rasanya hati saya hangat jika saya melihat orang lain tersenyum ketika mencicipi kopi saya. Saya ingin semakin banyak orang tersenyum ketika meminum kopi buatan saya."

Aku tersenyum. Aku bisa merasakan bahwa pria ini tulus ingin orang lain bahagia karena kehadiran secangkir kopi buatannya.

"Dan bolehkah saya tau kenapa Anda memilih Million Stars?"

"Saya ingat sekali saya mengunjungi Million Stars di hari kedua pembukaannya. Saya suka konsep yang diusung kafe ini, desain interiornya, dan selain para pengunjungnya, para pekerjanya juga tampak selalu berbahagia. Dan..." aku menikmati memandangi wajahnya ketika matanya bersinar saat dia bercerita, namun dia berhenti sesaat.

"Dan?"

"Dan... saya suka dengan nama kafe ini. Million Stars. Saya bisa mengerti kenapa namanya berarti 'jutaan bintang.' Saya menemukan bintang-bintang itu dalam hal-hal yang menarik perhatianku tadi. Oh ya, saya juga sudah mencicipi semua menu di kafe ini," jelasnya sambil agak tersipu, "jika sajangnim pernah melihatku, saya termasuk pelanggan tetap, saya bahkan punya kartu anggota disini."

Aku menepuk kepalaku perlahan dengan tumpukan kertas. Aku pastilah tidak lagi ingat soal siapa saja yang memiliki kartu keanggotaan di kafe karena anggota baru terus bertambah setiap harinya. Tapi aku suka sekali jawabannya. Dia hanya perlu melewati satu tahap lagi sebelum bisa diterima bekerja disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun