Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

A Winter Story [6]

2 Agustus 2020   20:29 Diperbarui: 2 Agustus 2020   20:26 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"APA KAU BODOH?"

Mau tidak mau, Nancy memandang tersinggung ke arah suaminya sambil sebelah lengannya memeluk Valene dari samping. Kata-kata itu sudah cukup keterlaluan.

"ANDREW!"

Valene menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan dia terisak kecil. Jelaslah dia sedang menangis sekarang.

"Apa lagi, Nancy? Apa kata-kataku salah? Benar kan dia bodoh? Bagaimana mungkin dia menyerahkan paspor kita pada orang yang baru dikenalnya sehari? Bahkan dia sendiri tidak tau cara menghubunginya!"

"Tapi menurut Valene, dia bukan penipu. Dia naik mobil mewah dan punya ponsel mahal," bela Nancy.

"Memangnya tidak ada penipu yang berakting kaya raya? Satu hari sudah berlalu tanpa kabar darinya dan kita bahkan akan terancam di black list selamanya dari Negara ini tanpa paspor kita!"

"Andrew, menurut Valene, dia pria yang baik."

"Bagaimana dia bisa yakin? Lagipula lihat buktinya, sekarang rencana liburan kita dibuatnya berantakan! Karena itu sejak awal aku tidak pernah mau kesini!"

"Ma... maafkan aku, Andrew..." isak Valene.

"Andaikan semuanya bisa selesai dengan satu kata maaf!"

Andrew keluar dan membanting pintu kamarnya. Menurut Nancy, dia tidak akan pergi jauh, kemungkinan hanya menghabiskan waktunya di ruang hiburan hotel dengan main game online, soalnya dia tidak punya paspor dan tidak akan mengambil resiko keluar hotel saat ini. Valene sangat sedih. Dia benar-benar mulai berpikir mungkin Kyungju menipunya. Buktinya, tidak ada yang menghubunginya hingga saat ini. Mereka akan segera diusir dari hotel ini dalam jangka waktu 2 hari, dan mereka tidak bisa kemana-mana tanpa paspor seperti ini.

"Andrew benar. Aku benar-benar bodoh."

"Jangan bilang begitu Valene, jangan putus harapan."

"Tapi bagaimana kalau Kyungju itu penipu?" tanya Valene dengan nada putus asa.

Jari-jarinya menyentuh syal yang masih dipakainya dan lupa dikembalikannya, itu milik Kyungju. Tapi masa... kesialannya berlangsung hingga sekarang?

"Bagaimana menurut instingmu?"

"Instingku mengatakan... dia tidak mungkin menipuku."

"Kurasa kau harus mempercayai instingmu. Lagipula, instingmu biasanya bisa diandalkan kan?"

Valene memandang Nancy dengan mata merah, "benarkah? Aku harus percaya pada instingku lagi?"

"Seperti yang biasa kau lakukan kan? Instingmu selama ini hampir selalu benar. Lagipula, kita masih punya 2 hari. Ayo kita banyak berdoa dan tidak berhenti berharap."

Valene menghapus air matanya, berusaha menghentikan tangisnya dan berharap Kyungju benar-benar bukan seorang penipu.

***

"Yang ini biaya sewanya paling murah disini?"

"Begitu menurut ahjumma. Memangnya hyong mau tinggal disini?"

Kyungju yang sedang memeriksa apartemen dengan tiga ruangan utama: ruang tamu dengan satu set sofa sederhana dan meja makan beserta dapur sederhana di ujung ruangan, dan dua ruang tidur yang bersebelahan, mendengus.

"Kau pikir mau kuapakan apartemenku yang di Gangnam?"

"Jadi untuk siapa apartemen ini?" tanya Yoonsung bingung.

"Kau masih ingat gadis berdarah? Yang hidungnya mimisan dan yang sangat kecil itu?"

"Oh, yang kita temui di sore hari, yang jatuh ke timbunan salju?"

"Ya. Aku sedang membantunya."

Yoonsung mengerutkan dahinya, "apa yang terjadi? Kalian saling kenal?"

"Kami bertemu kemarin di stasiun Seodongtan. Singkatnya, mereka ada kendala dana dan harus pindah dari hotel tempat mereka tinggal sekarang. Sayang si ahjumma baru pulang hari ini, jadi aku baru bisa minta bantuanmu sekarang."

"Mereka orang mana?"

"Nih."

Tanpa banyak bicara, Kyungju menyerahkan ketiga paspor yang selalu dibawanya kemana-mana di dalam tas pinggangnya yang kecil ke tangan Yoonsung.

"Indonesia? Cukup jauh ya. Kenapa hyong mau membantunya?"

"Hmm... menurutku dia lucu, itu saja. Kau akan tertawa kalau aku ceritakan bagaimana dia berusaha bercerita padaku dengan bahasa Korea, Inggris dan bahasa tubuh sekaligus."

"Kenapa? Hyong tidak bilang hyong bisa bahasa Inggris?" tanya Yoonsung sambil mengerutkan dahinya.

"Tidak. Aku sengaja bohong, soalnya dia lucu."

Yoonsung masih mengerutkan dahinya. Kyungju menepuk bahu sepupunya itu.

"Katakan pada haraboji aku izin kerja hari ini karena ada sesuatu yang penting, dan aku pinjam sekretaris Kim hari ini. Gomawo, Yoonsung."

Yoonsung masih setengah keheranan memandang punggung sepupunya yang keluar ruangan. Jarang melihat sepupunya yang suka bersenang-senang itu mau menyibukkan dirinya dengan persoalan orang lain yang tak ada sangkut pautnya dengannya sendiri. Apa yang membuat Kyungju berubah seperti ini? Dan rupanya Yoonsung sendirilah yang akan menemukan jawabannya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun